Padamkan Api, Dua Heli Dikerahkan

Riau | Rabu, 19 September 2012 - 10:03 WIB

Padamkan Api, Dua Heli Dikerahkan
Di pagi hari, ketika para siswa berangkat ke sekolah, kabut fog (awan lembab) menyelimuti beberapa daerah di Riau, seperti di Kampar. Menjelang siang, kabut ini mulai menghilang, Selasa (18/9/2012). (Foto: mirshal/riau pos)

RENGAT (RP) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Selasa (18/9) melakukan pemadaman titik api yang ada di Kabupaten Indragiri Hulu.

Dua helikopter yang dipinjamkan dari BPBN langsung dikerahkan. Berdasarkan pantauan Satelit NOAA 18 yang diterima BPBD Riau, di Inhu terdapat titik api paling banyak, yakni sebanyak 23 titik.  

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

“Hari ini, kami turun ke Inhu untuk melakukan pemadaman titik api dari udara. Dua helikopter kita kerahkan,” ujar Kepala BPBD Riau, Ir H Syamsurizal MT menjawab Riau Pos, Selasa (18/9) usai rapat operasional bersama tim gabungan.

Jumlah titik api yang terpantau satelit NOAA pada Selasa (18/9) mencapai 36 titik, 23 titik berada dalam wilayah Kabupaten Inhu yang sebelumnya hanya 1 titik terpantau di kawasan Hutan Lindung Bukit Betabuh.

Sesuai rencana pemadaman titik api langsung dengan cara penyiraman titik api dengan air (bambi bucket helicopter) yakni menggunakan helikopter.

‘’Dalam bulan ini juga terjadi karhutla di Kabupaten Pelalawan sejumlah 30 titik api dan berhasil dipadamkan melalui dua helikopter selama tiga hari,’’ ungkapnya.

Namun demikian katanya, di Kabupaten Inhu belum dapat dipastikan berapa lama waktu untuk memadamkan titik api yang ada. Karena selain posisinya terpencar, tentunya harus didukung oleh sumber air yang memadai.

Apalagi kabut asap masih cukup tebal menyelimuti Riau. Itu hampir terjadi di seluruh kabupaten/kota. Pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan Bupati Indragiri Hulu yang siap membantu pemadaman api. “Kita harus melakukan tindakan,” ujarnya.

Dikatakannya, terkadang yang tertangkap NOAA tidak sama dengan kondisi di lapangan. Karena satelit NOAA bisa menangkap titik api/hotspot dengan temperatur tertentu.

Selain Inhu, titik api juga terdapat di Kuansing 8 titik api, sisanya di Pelalawan dan Inhil. Belum lagi titik api yang terdapat di Sumatera

sangat tinggi, yakni mencapai 250 hotspot.

Dari jumlah itu, Jambi paling banyak terdapat titik api yakni mencapai 112 titik dan Sumatera selatan 78 titik api.

Dalam upaya melakukan pemadaman api dari udara, secara teknis tidak ada kendala. Begitu juga dengan air yang bisa diambil dari pasokan air Sungai Indragiri.

Hanya saja, yang menjadi persoalan adalah ketersediaan minyak aftur yang terbatas. Sehingga, tim harus mempersiapkan kecukupan minyak aftur sebelum melakukan operasi.

BPBD Riau menyarankan agar kabupaten/kota seperti Inhu, Pekanbaru, Siak, Meranti dan Rohil bersiap membentuk badan yang sama. Karena kalau terbentuk BPBD, koordinasi BPBD Riau akan berjalan dengan cepat.

“Untuk Inhu, Pak Bupati komunikasi via telepon tadi sudah siap untuk segera membentuk BPBD,” ujarnya.

Dia menyebut, banyak manfaat yang bisa diambil dari terbentuknya BPBD dari pada daerah yang belum memiliki. Meski Riau diselimuti asap, namun untuk tingkat visibility-nya, Riau masih dalam kondisi normal.

Upaya memerangi asap ini, juga sangat bergantung peran dari masyarakat dan pemerintah daerah setempat. Sehingga apa yang terjadi tidak terkesan menjadi persoalan tahunan Riau.

Satker Diminta Proaktif

Wakil Gubernur Riau HR Mambang Mit menilai kondisi kabut asap yang dialami Riau merupakan hal yang tidak bisa diprediksi, karena berhubungan dengan kondisi cuaca.

Kendati demikian, instansi terkait diminta proaktif dalam mengatasi kabut asap tersebut. ‘’Ya itu otomatis, bukan kejadian yang seketika.

Tetapi merupakan kejadian yang selalu kita alami. Ini karena kondisi yang tidak bisa kita duga. Namun langkah antisipasi harus tetap dilakukan,’’ tutur Wagubri kepada Riau Pos, di Kantor Gubernur Riau, Selasa (18/9).

Dia mencontohkan musim panas yang tidak bisa secara sistematis terdeteksi, baik untuk mulai hingga berakhirnya. Kondisi yang sama juga terjadi pada musim hujan.

‘’Kita tidak bisa memprediksinya. Hanya saja, hot spot dapat terjadi dan meningkat ketika suhu sudah mencapai 37 derajat celcius. Kondisi itu rentan terhadap kebakaran hutan dan lahan yang dapat menimbulkan kabut asap,’’ papar Wagubri.

Dengan kondisi itu, instansi terkait seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Badan Lingkungan Hidup serta Dinas Kehutanan hendaknya dapat melakukan langkah antisipasi secara berkelanjutan.(kas/dac/rio/muh)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook