Laporan AGUSTIAR, Pekanbaru dan MAHYUDI, Jakarta redaksi@riaupos.co
Pesawat Garuda Indonesia jenis Boeing 737-800 nomor penerbangan GA 174 masih ‘’tersadai’’ (terbaring diam) di ujung landasan pacu Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II, Pekanbaru hingga Kamis (19/7) pukul 00.00 WIB dini hari tadi.
Kurang lebih 32 jam, pesawat rute penerbangan Jakarta-Pekanbaru yang tergelincir, Selasa (18/7) pukul 15.26 WIB lalu, dan Kamis (19/7) pukul 00.00 dinihari WIB proses evakuasi kembali mulai dilakukan.
Menurut informasi, pesawat milik maskapai pelat merah ini akan ditarik dari ‘’cengkraman’’ tanah landasan dini hari tadi. Evakuasi pesawat kali ini tercatat yang paling lama dalam kasus tergelincirnya pesawat di SSK II.
Lebih kurang 32 jam terhitung sejak tergelincir hingga evakuasi lanjutan karena menunggu bandara ditutup dan alat dari Jakarta.
General Manager PT Angkasa Pura II (Persero) Bandara SSK II Anggono Raras TS membenarkan lamanya evakuasi tersebut. Namun tim evakuasi terus berusaha untuk dapat menarik pesawat ke apron.
‘’Tengah malam nanti (dini hari tadi, red), selesai penerbangan baru bisa ditarik. Artinya proses evakuasi yang dilakukan tidak menganggu penerbangan lain, maka dilakukan ketika bandara tutup pukul 00.00 WIB,’’ sebutnya kepada Riau Pos malam tadi.
Ditegaskannya, dalam proses evakuasi yang telah dilakukan tim sebelumnya terkendala alat yang digunakan untuk mengangkat dan menarik badan pesawat dari lokasi tergelincir.
‘’Alat sudah datang. Salvage itu belum bisa digunakan. Menunggu semua penerbangan selesai atau setelah bandara ditutup. Untuk proses evakuasi malam ini (malam tadi, red) akan dilakukan sampai pagi. Perkiraan memakan waktu 3 jam, baru bisa ditarik ke apron,’’ tambah Anggono.
Ditanya soal pengaruh tergelincirnya Garuda Indonesia dengan jadwal operasional bandara pada Rabu (18/7) kemarin, dijelaskan tidak ada persoalan. Bahkan bandara sudah buka sejak pukul 05.00 WIB.
‘’Memang untuk jadwal penerbangan menjadi terganggu sejak kemarin, mulai dari delay pesawat, sampai kepada persoalan penumpang dengan pihak airlines, namun semua berangsur-angsur terakomodir,’’ katanya.
Menurutnya, posisi pesawat belum bergerak dari posisi tergelincir apalagi kondisi hujan gerimis terus melanda TKP. Bisa jadi ketiga bannya semakin dalam masuk ke tanah.
Ditambahkan Airport Duty Manager Bandara SSK II Ibnu Hasan, penerbangan Rabu (18/7) kemarin kembali normal, meski jadwalnya menjadi kacau.
‘’Untuk keselamatan penerbangan, maka semua pilot pesawat yang akan mendarat di SSK II dikabarkan mengenali kondisi terkini di SSK II,’’ ujar Ibnu.
Ditanya soal keluhan pihak airlines dan penumpang, Anggono mengatakan akibat dari insiden ini, maka maskapai lain pun merasakan akibatnya.
‘’Bahkan banyak penumpang yang komplain. Tentunya ini perlu penyelesaian dan pihak bandara ikut membantu beban airlines seperti penginapan itu bisa di bandara. Selain itu makan minum penumpang yang delay juga dibantu bandara,’’ sambung Anggono.
Kemarin, lanjutnya, Bandara sudah buka sejak pukul 5.00. Namun pesawat pertama tiba dari Jakarta sekitar pukul 09.30 WIB dan pesawat pertama yang berangkat yakni Sky Aviation pukul 08.30 WIB.
‘’Namun penerbangan tidak ada masalah, semua yang bisa diterbangkan dilepas, penerbangan tertunda pasti ada, karena pengaruh delay kemarin. Tapi untuk penumpang yang kemarin sudah diterbangkan semua,’’ tambahnya lagi.
Tunggu Investigasi KNKT
Di bagian lain, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) belum mau menyimpulkan penyebab tergelincirnya pesawat Garuda Indonesia itu.
Kemenhub masih menunggu hasil penyelidikan dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) yang kini sedang melakukan investigasi di lapangan.
‘’Kita belum bisa menyimpulkan penyebabnya, karena masih menunggu hasil investigasi KNKT,’’ ujar Kepala Humas Kemenhub Bambang S Ervan dihubungi Riau Pos, Rabu (18/7).
Menurut Bambang, setiap ada insiden pesawat tergelincir tidak bisa disalahkan pada single factor (satu faktor) tertentu saja, tapi ada beberapa faktor yang melatarbelakangi kejadian tersebut.
‘’Nanti biarlah KNKT yang mengecek, apakah runway (landasan pacu), pilot, maskapai, otoritas bandara, dan lainnya,’’ ungkap Bambang sembari menyebutkan, saat ini bandara SSK II Pekanbaru sudah bisa dioperasikan dengan beberapa catatan.
Ditambahkan Bambang, panjang runway bandara SSK III saat ini aman dan cocok bagi pesawat yang berukuran besar seperti jenis Boeing 373-900 ER.
‘’Ketika kejadian serupa pada pesawat Lion Air beberapa waktu lalu, memang kita rekomendasikan kalau pesawat jenis Boeing 737-900 ER dilarang mendarat dan terbang bila kondisi ranway keadaan basah,’’ pungkasnya.(ila)