Kabut Asap, Sekolah Diliburkan

Riau | Rabu, 19 Juni 2013 - 11:58 WIB

Kabut Asap, Sekolah Diliburkan
PADAMKAN API: Petugas pemadam kebakaran Kota Pekanbaru sedang memadamkan api yang membakar lahan kosong di Jalan Parit Indah, Pekanbaru, Selasa (18/6/2013). Pantauan Satelit NOAA-18, tercatat 148 hot spot di Provinsi Riau kemarin. Kondisi terparah akibat kabut asap ini terjadi di Kota Dumai karena kualitas udara masuk kategori membayakan kesehatan. foto: Mirshal/riau pos

PEKANBARU (RP) - Kabut asap kembali mengepung sebagian besar wilayah Provinsi Riau. Stasiun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru merilis, hasil pantauan satelit NOAA-18 beberapa hari terakhir, hot spot (titik panas) terpantau di atas angka 100.

Kondisi paling parah terjadi, Selasa (18/6), yakni 148 titik berada di Provinsi Riau dari 187 hot spot di Sumatera.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Kondisi ini menyebabkan kabut asap tebal terjadi hampir di semua daerah. Kondisi terparah terjadi di Kota Dumai. Bahkan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di Kota Minyak itu mencapai angka 293 atau kategori membahayakan kesehatan, Selasa (18/9) pagi.

Akibatnya pemerintah setempat meliburkan aktivitas belajar dan mengajar semua sekolah selama tiga hari terhitung, Rabu (19/6). Sebelumnya, orangtua dengan inisiatif sendiri telah melarang anak-anaknya untuk berangkat ke sekolah karena udara tidak sehat.  Selain itu, kabut asap tebal ini juga mempengaruhi jalur pelayaran.

Pihak otoritas pelabuhan pun mengeluarkan maklumat amaran kepada nahkoda dan perusahaan pelayaran untuk mewaspadai kondisi ini.

Banyaknya hot spot yang diduga akibat aksi pembakaran hutan dan lahan (Karhutla) ini dipengaruhi oleh musim kemarau kering yang melanda Provinsi Riau.

Kondisi itu diperparah dengan kecepatan angin yang mencapai 30 Km per jam sehingga menjadi pendukung rambatan api khususnya di lahan gambut.

Kepala Stasiun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru, Ferry Sitorus melalui Ketua Kelompok Analisa Warih Budi Lestari menyebutkan, saat ini tingkat kebakaran di Riau cukup tinggi. Bahkan temperatur suhu mencapai titik maksimum yakni 35,2 derajat Celcius, Selasa (18/6) sekitar pukul 17.00 WIB.

‘’Dalam beberapa hari terakhir ini, jumlah titik panas berada di atas 100 mengepung Provinsi Riau dan menjadi penyumbang terbanyak dari provinsi lainnya. Sempat mencapai 116 hot spot, lalu turun 106 hot spot dan kini mencapai 148 hot spot atau jumlah terbanyak bulan Juni,’’ jelas Warih kepada Riau Pos, kemarin.  

Disebutkan Warih, dari 187 hot spot di wilayah Sumatera, 148 titik termonitor di Provinsi Riau yang berada di Kabupaten Rokan Hilir 32 titik, Rokan Hulu 23 titik, Siak 21 titik, Pelalawan 20 titik, Indragiri Hilir 18 titik, Bengkalis 17 titik, Indragiri Hulu 8 titik, Kampar 7 titik, Dumai dan Kuansing masing-masing 1 titik.

‘’Banyaknya muncul hot spot ini dipengaruhi Riau memasuki musim kemarau dan juga ada terjadi gangguan badai tropis di wilayah Timur Filipina. Sehingga massa udara banyak tersedot ke lokasi gangguan,’’ ungkapnya.

Ia melanjutkan, hal ini pula yang membuat pembentukan awan-awan hujan menjadi terganggu di atas wilayah Riau.

‘’Karena musim kemarau yang sedikit kering ini membuat penyulutan api sangat mudah. Dan kami mengimbau untuk senantiasa waspada dengan pembakaran hutan dan lahan, kebakaran hutan dan lahan saat ini kami tidak tahu, apakah dibakar dengan sengaja atau terbakar kondisi cuaca yang mengalami panas tinggi,’’ tuturnya.

Namun aktivitas penerbangan di Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II masih berjalan normal. Jarak pandang masih di atas batas aman.

‘’Sampai hari ini aktivitas penerbangan masih aman, belum ada pengaruh dari kabut asap ini. Mudah-mudahan tidak sampai mengganggulah,’’ sebut Airport Duty Manager PT (Persero) Angkasa Pura Bandara SSK II, Asnan.

Udara Dumai Tak Sehat

Kondisi di Kota Dumai, kabut asap sudah sampai tahap membahayakan. Kualitas udara makin memburuk, sementara kabut makin tebal dan udara masih dipenuhi abu yang berterbangan.

‘’Pencemaran udara semakin memburuk. Dan kondisi ini sudah masuk kategori membahayakan kesehatan,’’ ungkap Marjoko Santoso, Kepala Dinas Kesehatan Kota Dumai.

Kondisi ini menjadikan Pemerintah Kota Dumai meliburkan aktivitas belajar-mengajar di semua tingkatan sekolah, mulai dari TK, SD, SLTP, hingga SLTA, selama tiga hari mendatang terhitung Rabu (19/6).

‘’Kondisinya sangat mengganggu karena ISPU selama dua hari terakhir sudah mencapai 293, sehingga kondisinya sudah tidak normal,’’ kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Dumai Drs Syaari MP, saat dihubungi RPG, Selasa (18/6) petang.

Menurut Syaari, keputusan ini diambil berdasarkan hasil keputusan rapat Wali Kota Dumai dengan instansi pendidikan. ‘’Kita sudah sampaikan hasil keputusan rapat bersama Wali Kota ini kepada masing masing kepala sekolah, agar meliburkan kegiatan belajar mengajar Rabu hingga Jumat,’’ ujarnya.

Dinas Pendidikan Kota Dumai, lanjut Syaari, akan terus berkoordinasi dengan Badan Lingkungan Hidup (BLH) untuk memantau perkembangan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU).

‘’Kondisi kesehatan anak-anak sangat rentan dengan cuaca dan udara tidak sehat,’’ ujarnya lagi.

Salah seorang warga Kota Dumai, Usman (38), mengatakan, kebijakan meliburkan aktivitas sekolah sangat tepat. Sebab sudah banyak anak-anak maupun orang dewasa yang telah terjangkit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

Dinas Kesehatan Kota Dumai mencatat sudah kasus 383 ISPA hingga pertengahan Juni ini.

‘’Dari hari ke hari kabut asap semakin tebal. Anak saya ketika pulang sekolah sering mengeluh matanya perih. Bahkan, banyak temannya menderita flu dan batuk,’’ ucap Usman.

Kondisi serupa juga diakui Herawati, warga lainnya. ‘’Udara macam ini sangat berbahaya sekali. Dari pandangan mata saja sudah kelihatan buruknya udara di luar rumah. Makanya anak-anak di rumah saja, tidak pergi ke sekolah,’’ ungkap Herawati, seorang ibu rumah tangga di Jalan Sudirman.

Sementara di Kota Pekanbaru baru terjadi penurunan kualitas udara. Partikel debu terbawa angin terdeteksi melalui pemantau kualitas udara laboratorium udara milik Balai Lingkungan Hidup (BLH) Pekanbaru, Selasa (18/6).

Hasil pemantauan itu, kualitas udara terdeteksi terjadi penurunan tetapi masih dalam ring kategori sedang alias udara tidak berbahaya bagi kesehatan yakni di ring 85.

Kepala Labor Udara BLH Pekanbaru Syarial mengatakan, menurunnya kualitas udara terjadi sejak dua hari belakangan. Udara yang dicemari partikel debu biasanya akibat adanya aktivitas pembakaran lahan atau hutan.

Partikel debu yang dibawa angin bisa sesaat hilang dan sesaat timbul itu semua dipengaruhi arah angin. Menurutnya, bisa jadi partikel debu yang dibawa angin berasal dari luar Pekanbaru atau pun berada di Pekanbaru.

‘’Kualitas udara menurun dengan katagori sedang, tetapi masih tidak membahayakan dan itu terpantau pagi siangnya sudah kembali normal alias kualitas udara katagori sehat,’’ ujar Syarial kepada Riau Pos.

Ganggu Pelayaran

Dampak kabut asap di Kabupaten Bengkalis mengganggu aktivitas pelayaran. Administrator Pelabuhan (Adpel) mulai mengeluarkan amaran kepada nahkoda dan perusahaan pelayaran yang melintasi Selat Bengkalis.

Nakhoda kapal Roro KMP Aeng Mas, Lilik Thio menyebutkan, bahwa jarak pandang hanya 500 meter sampai 1.000 meter di perairan Bengkalis. Kondisi tersebut sudah di bawah batas jarak pandang kapal untuk pelayaran.

‘’Biasanya batas normal jarak pandang di perairan minimal 2.000 meter. Sekarang saat berlayar kita sering berkomunikasi dengan kapal-kapal lain yang melintasi Selat Bengkalis,’’ ungkap Lilik, Selasa (18/6).

Ia mengaku sudah menerima surat amaran tentang peringatan dini bagi perusahaan pelayaran. Sejauh ini, pihak KMP Aeng Mas sendiri masih melakukan aktivitas pelayaran seperti biasanya.

Kepala Adpel Bengkalis, Muhammad Fikri menyebutkan, pihaknya mengeluarkan amaran yang berisi bahwa setiap kapal yang melintasi perairan Bengkalis dan seterusnya untuk menyalakan seluruh lampu navigasi kapal.

‘’Seluruh kapal sejak dua hari yang lalu sudah kita beritahukan, mereka harus menyalakan seluruh lampu navigasi di kapal yang berlayar. Tujuannya agar dalam pelayaran tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, khususnya kecelakaan di perairan akibat kabut tebal,’’ ungkap M Fikri.

Diakuinya, saat ini kabut tebal menyelimuti kawasan perairan mulai dari Kota Dumai-Bengkalis hingga Kepulauan Meranti. ‘’Untuk pelayaran antarpulau serta antarprovinsi, kita juga sudah ingatkan kepada nahkoda untuk tetap berada di jalur pelayaran normal,’’ imbau Fikri.

Khusus bagi nelayan tradisional yang menangkap ikan di perairan Bengkalis, ia berharap untuk berhati-hati karena ketebalan kabut asap kali ini bisa membahayakan siapa saja.

Sementara di Kepulauan Meranti, kabut asap mulai mengkhawatirkan masyarakat yang beraktivitas di laut. Meskipun jarak pandang di darat masih normal, namun tidak untuk wilayah perairan.

Muslim, nelayan asal Desa Tanjung Pisang Kecamatan Tasik Putri Puyu, mengaku dirinya enggan untuk melaut karena perairan ditutup kabut asap yang tebal.

‘’Sudah dua hari ini kabut asap di tempat kami. Makanya kami khawatir dan takut mau pergi menjaring. Karena jarak pandang di laut tak begitu jelas,’’ kata Muslim kepada RPG melalui telepon selulernya, Selasa (18/6).

Sementara di Kabupaten Pelalawan, berdasarkan laporan Badan Lingkungan Hidup (BLH) setempat, terpantau 27 hotspot (titik panas) oleh Satelit NOAA-18 di Kecamatan Pangkalan Kuras, Bunut dan Kecamatan Kuala Kampar, Senin (17/6) lalu.

Kepala BLH Pelalawan Ir Mulyono MBA mengatakan, dari 27 titik panas tersebut, terbanyak di Kecamatan Kuala Kampar yakni 21 titik.

‘’Sementara di Kecamatan Bunut ada 4 titik dan di Pangkalan Kuras 2 titik. Tapi, sebenarnya hotspot ini tidak hanya tersebar di tiga kecamatan tersebut, tapi memang ada beberapa kecamatan dan kecamatan yang sudah dilakukan pemekaran, namun masih dicantumkan pada kecamatan induknya,’’ terang kepada Riau Pos di ruang kerjanya, Selasa (18/6).

Kondisi ini, lanjutnya, pihaknya bersama Badan Penanggulangan Bencana Dearah (BPBD) Pelalawan dan perusahaan di sekitar lokasi telah melakukan usaha untuk memadamkan sumber api dengan menurunkan mobil pemadam kebakaran dan juga water cannon.

‘’Selain itu, kita juga telah melakukan sosialisasi dengan mengimbau seluruh lapisan untuk tidak melakukan pembakaran hutan serta imbauan melalui papan tanda larangan membakar hutan dan lahan,’’ bebernya.  

Titik panas tidak saja ditemukan di areal perkebunan masyarakat, tapi juga terdeteksi di HTI, HPH dan perkebunan milik perusahaan. Akibatnya kota Pangkalan Kerinci diselimuti kabut beberapa hari terakhir.

Data sejak 1-15 Juni 2013, ditemukan 58 titik panas yang tersebar di Kecamatan Langgam, Pangkalan Kuras, Bunut dan Kecamatan Kuala Kampar. Hotspot terbanyak ditemukan di Kecamatan Kuala Kampar yakni 30 titik.

Dari 58 titik yang terpantau satelit masing-masing 14 titik di kawasan hutan Areal Penggunaan Lain (APL) atau areal perkebunan masyarakat 23 titik di perkebunan perusahaan, 17 titik di areal HTI dan 4 titik di areal HPH perusahaan.

‘’Jadi, sejak 1-17 Juni, titik api di Kabupaten Pelalawan berjumlah sebanyak 85 titik,’’ ungkapnya.(gus/ilo/dik/evi/afr/amy/*2/aru/rpg/fia)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook