Laporan AGUSTIAR dan MARRIO KISAZ, Pekanbaru redaksi@riaupos.co
Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Provinsi Riau semakin mengkhawatirkan untuk kesehatan masyarakat.
Hal ini dibuktikan dari jarak pandang yang sebelumnya minimum berada di angka 3000 meter, Senin (18/6) menurun menjadi 2000 meter di pagi hari.
Kondisi ini disebabkan, semakin meningkatnya jumlah titik panas (hotspot) yang terpantau satelit, dari 77 titik sebelumnya menjadi 174 titik khusus untuk Provinsi Riau, namun untuk Sumatera keseluruhan mencapai 310 titik dari sebelumnya yang hanya 163 titik.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, melalui staf analisa, Sanya Gautami kepada Riau Pos, menyebutkan jumlah titik panas untuk saat ini di wilayah Riau terus bertambah, bahkan menjadi yang terbanyak dari provinsi di Sumatera lainnya, 174 titik.
Dari monitoring satelit National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) 18, Pelalawan masih menjadi kabupaten terbanyak penyumbang titik panas, yakni 52 titik, disusul Rokan Hilir 25 titik, Inhil 22, Inhu 21, Bengkalis 12, Kuansing 12, Rokan Hulu sembilan, Siak delapan, Dumai tujuh, dan Kampar enam titik panas.
‘’Dari hasil monitoring itu, untuk Provinsi Riau terpantau sebanyak 174 titik, jumlah ini meningkat dari hasi sebelumnya. Kalau untuk temperatur justru menurun, 34 derajat celsius,’’ jelas Sanya lagi.
Dijelaskan Sanya, dari semakin banyaknya jumlah titik panas yang tersulut di Provinsi Riau dan juga di wilayah Sumatera lainnya, membuat jarak pandang menjadi semakin dekat. ‘’Hal ini dapat dibuktikan di pagi hari, dari 3000 meter menjadi 2000 meter,’’ ungkapnya.
Untuk wilayah Sumatera lainnya yang turut menyumbang titik panas adalah Aceh 12, Sumut 45, Sumbar 14, Jambi 48, Sumsel 14, dan Bengkulu tiga titik.
Bertambahnya jumlah titik api di Provinsi Riau membuat Wakil Ketua DPRD Kota Pekanbaru, Syahril SH khawatir. Apalagi sejak beberapa hari belakangan ini berdampak jelas di Pekanbaru.
‘’Tentu kita berharap supaya pihak terkait segera melakukan langkah antisipasi yang konkrit supaya kebakaran hutan dan lahan tidak semakin parah. Apalagi sampai mengganggu kesehatan,’’ harapnya.
Dari pantauan Riau Pos, Kota Pekanbaru hanya mendapat kiriman bahaya asap saja, soalnya sejak awal bulan lalu dari data BMKG nol atau tidak terdapat titik panas. Aktivitas Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru masih normal.
‘’Pekanbaru ini sama halnya korban, jadi Dinas Kesehatan untuk segera melakukan sosialisasi atau segera mempersiapkan hal-hal yang dianggap perlu untuk antisipasinya,’’ tutur politisi Golkar ini.
Gubri Imbau Antisipasi Kebakaran Hutan
Bersempena dengan momen hari lingkungan hidup, Gubernur Riau HM Rusli Zainal SE MP mengimbau seluruh perusahaan untuk bersama-sama mengantisipasi kebakaran hutan.
Upaya ini dilakukan, agar kabut asap yang kerap kali menjadi permasalahan di Riau dapat diminimalisir.
‘’Memasuki musim kemarau ini, kita harus lebih proaktif untuk mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan. Ini yang harus ditekankan seluruh perusahaan di Riau,’’ tegas Gubri kepada Riau Pos, di kantor Gubernur Riau, Senin (18/6).
Menurutnya, langkah antisipasi harus dilakukan sejak dini. Pasalnya kasus kebakaran hutan dapat berimbas pada berbagai sektor kehidupan.
Selain itu, seluruh kabupaten/kota di Riau juga diimbau untuk mendukung upaya meminimalisir kabut asap di Bumi Lancang Kuning.
Dalam kesempatan tersebut juga diberikan rapor kepada 37 perusahaan di Riau. Penilaian ini dilakukan atas komitmen perusahaan di Riau dalam memberikan perhatian terhadap lingkungan.
Hal itu dibenarkan Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Riau, Akmal JS kepada Riau Pos, Senin (18/6). Menurutnya, penilaian tersebut dilakukan secara rutin setiap tahunnya.
‘’Penilaian dilakukan dengan kategori perhatian perusahaan terhadap pengelolaan lingkungan hidup. Dari 37 perusahaan, enam perusahaan masuk dalam kategori merah dan selebihnya dalam kategori biru,’’ ulas mantan Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tersebut.
Lebih jauh saat ditanyakan mengenai nama-nama dan standarisasi rapor hijau dan merah yang diberikan, dia mengaku tidak hapal secara detail. Hanya saja, dia menjelaskan rapor merah belum menunjukkan kesalahan fatal dalam pengelolaan lingkungan.
‘’Untuk merah belum ada sanksi yang akan diberikan. Kalau rapornya hijau baru akan dikenakan sanksi pidana,’’ urainya.
Dalam momen tersebut, Sindikat Kartunis Riau juga menggelar kegiatan solidaritas di kantor Gubernur Riau. Terlihat beberapa anggota Sikari tersebut menggambar beberapa kartun bertemakan lingkungan.(muh)