LEBIH DEKAT DENGAN GURU NGAJI PENDERITA TUMOR DI MULUT

Tujuh Tahun Mengajar Anak-anak Tanpa Pamrih

Riau | Senin, 19 Maret 2012 - 09:02 WIB

Laporan AHMAD YULIAR Merbau redaksi@riaupos.com

Sungguh sedih dan pilu melihat penderitaan Jareah (48) seorang guru mengaji yang menderita tumor di mulutnya sejak tujuh tahun lalu, namun tetap bertahan untuk menjalani hidupnya.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Bahkan seolah tak peduli dengan kondisi yang memprihatinkan terhadap dirinya itu, dia tetap mengajar anak-anak di sekitar tempat tinggalnya di Dusun Tanjung, Desa Mengkopot, Kecamatan Merbau, belajar membaca Alquran setiap harinya. Bagaimana dia bisa bertahan dan apa harapannya?

Sudah ke berbagai tempat dan jenis pengobatan ia tempuh dan jalani sejak tujuh tahun lalu, setelah dia mengetahui ada tumor di mulutnya. Baik itu melalui penanganan medis tingkat Puskesmas, alternatif dan lainnya, namun perjuangannya untuk kembali sehat tak mendapatkan hasil.

Hal tu makin diperparah dengan kondisi perekonomian yang morat marit.

Sang suami, Zaujar (48) yang hanya bekerja sebagai seorang nelayan apalagi penghasilannya mengeruk hasil laut juga tak menentu makin mempersulit dia mendapatkan pengobatan maksimal untuk menyembuhkan tumor di mulutnya. Belum lagi dia bersama suaminya harus menghidupi tiga orang anaknya, di mana sebanyak dua orang di antaranya masih kuliah di Pekanbaru, yang membutuhkan biaya yang tak sedikit.

Sedangkan anak satunya sudah berhasil menamatkan perkuliahannya di salah satu perguruan tinggi di Sumatera Utara.

Sedangkan Jareah yang setiap harinya mengajar anak-anak membaca Alquran tidak pernah menaruh patokan atas jasanya. Bahkan mantan qoriah Desa Mengkopot itu ikhlas jika tidak dibayar.

Walaupun menderita tumor, dia bertekad untuk dapat mengajar anak-anak di kampungnya agar bisa membaca Alquran.

Perjalanan panjang penyakit yang diidap Jareah itu dianggapnya sebagai ujian dari Allah yang harus dijalani. Meskipun terkadang sempat bercucuran air matanya sesaat mengenang nasib dirinya.  

Bahkan terkadang dia seakan tak sanggup untuk menahan derita tumor yang diidapnya itu.

‘’Ya beginilah, tumor yang ada pada mulut ini belum juga sembuh. Kalau usaha untuk berobat sudah selalu. Mulai dari yang tradisional sampai ke dokter. Mau berobat ke tempat yang bagus dan bisa menyebuhkan, kami tak mampu. Kata orang harus lebih modalnya. Sampai puluhan juta. Sebetulnya sudah seperti tak sanggup lagi menahannya. Apalagi kalau mau makan, sulit untuk mengunyah dan menelan, sakit jadinya mulut. Kadang selalu pula keluar darah dari mulut,’’ tutur Jareah dengan logat Melayu kental seraya tak bisa menyembunyikan isak tangisnya saat ditemui di kediamannya, belum lama ini.  

Sementara itu Suaminya Zaujar yang mendampinginya menceritakan lebih kurang sekitar empat tahun lalu dirinya pernah mencoba membawa berobat sang istri ke Pekanbaru.

Namun, dikarenakan berbagai hal yang tidak memungkinkan, seperti keterbatasan uang dan berbagai keperluan anak-anaknya terpaksa harus dibatalkan untuk dilakukan operasi.

Tak tahu lagi harus bagaimana? Memang banyak yang mengatakan pada kami kalau penyakit istri saya bisa disembuhkan Malaysia.

Tapi apa boleh buatlah, kami ini tak mampu untuk menyediakan ongkos berobat ke sana.

Syukur-syukur kalau ada pihak yang berbaik hati untuk membantu. Harapan kami seluruh lapisan masyarakat sama-sama berdoa dan memohon kepada Tuhan agar penyakitnya bisa sembuh,’’ kata Zaujar, yang senantiasa berharap kesembuhan bagi penyakit isterinya itu.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook