PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Bertempat di gedung Sapta Pesona Kementerian Pariwisata Republik Indonesia, seorang tokoh asal Riau yakni Prof Suwardi menerima tanda kehormatan Satyalencana Pariwisata 2019, Sabtu (17/8). Penghargaan tersebut diberikan atas dedikasi yang luar biasa dalam pembangunan, kepeloporan dan pengabdian di bidang kepariwisataan.
Usai menerima penghargaan yang diserahkan Menteri Pariwisata Arief Yahya, Prof Suwardi kepada Riau Pos mengaku bersyukur dengan penghargaan yang ia terima tersebut. “Mudah-mudahan penghargaan ini akan menjadi cambuk bagi kita dalam meningkatkan peranan pariwisata dalam rangka pembangunan daerah dan nasional,” katanya.
Menurut Prof Suwardi, Riau saat ini perlu meningkatkan sumber daya manusia untuk mengembangkan sektor pariwisata tersebut. Tidak hanya pada jenjang perguruan tinggi, namun juga pada pendidikan jenjang menengah. “Pelatihan-pelatihan untuk mengembangkan sumber daya manusia ini perlu ditingkatkan. Di samping juga mengelola objek-objek pariwisata yang ada di Riau,” sebutnya.
Lebih lanjut, Prof Suwardi mengatakan Riau memang tidak begitu banyak memiliki destinasi pariwisata seperti wisata alam. Namun, Riau memiliki potensi lain yang bisa dikembangkan yakni potensi wisata budaya. “Untuk itu, pemerintah daerah harus dapat merangkul semua pihak untuk mengembangkan pariwisata berbasis budaya tersebut. Setelah ini saya juga berencana bertemu dengan gubernur Riau untuk menyampaikan beberapa hal terkait kepariwisataan di Riau,” ujarnya.
Sedangkan untuk objek-objek pariwisata di Riau yang sudah menjadi kalender wisata nasional, menurutnya juga perlu dikembangkan untuk menjadi objek wisata dunia. Seperti Kerajaan Siak, Candi Muara Takus yang saat ini tengah diusulkan menjadi warisan budaya dunia. “Kemudian kita juga harus mengembangkan wisata halal. Karena potensi pariwisata halal ini cukup menjanjikan, targetnya yakni wisatawan dari timur tengah. Untuk itu, juga perlu dukungan dari semua pihak,” sebutnya.
Prof Suwardi juga menilai saat ini perlu pendekatan lebih intensif lagi dengan negara tetangga Malaysia. Pasalnya, asal usul sebagian warga Malaysia saat ini juga berasal dari Riau, tanah Melayu. “Dengan adanya asal usul itu, mereka juga punya tradisi balek kampung. Untuk itu, wisata balek kampung ini juga perlu dikembangkan. Orang Malaysia yang berdarah Kampar, saat ini jumlahnya ada jutaan,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Riau Raja Yoserizal Zen menyebutkan, gelar Satyalencana Kepariwisataan kepada Prof H Suwardi MS diusulkan Dinas Pariwisata Riau. Saat itu, ada beberapa nama yang diusulkan namun setelah melalui seleksi Kementerian Pariwisata penghargaan dijatuhkan kepada Prof H Suwardi MS. “Banyak jasa Prof Suwardi terhadap kepariwisataan di Riau ini. Beliau sudah bertungkus lumus memajukan pariwisata. Salah satunya mendirikan sekolah tinggi pariwisata,” sebutnya.
Sebelumnya, pada Kamis (15/8), tokoh masyarakat Riau lainnya yakni almarhum Tengku Nasaruddin Said Effendy (Tenas Effendy) merima gelar kehormatan berupa Bintang Mahaputera Nararya. Penghargaan bagi almarhum Tenas Effendy, diserahkan langsung oleh Presiden Joko Widodo kepada ahli warisnya di Istana Negara.(sol)