BENGKALIS (RP) - Kebakaran hutan dan lahan semakin meluas di Kecamatan Bukitbatu, Bengkalis.
Sementara di Dumai, kabut asap tebal disertai abu beterbangan menyebabkan kualitas udara tidak sehat.
Karhutla di Kecamatan Bukitbatu tak hanya terjadi di lahan warga, tapi juga lahan hutan tanaman industri (HTI) jenis akasia milik PT Mapala Rabda (Sinarmas Forestry) walau belum terlalu luas, tetapi sudah mulai dilalap api.
Faktor cuaca yang panas dan tiupan angin yang kencang membuat api dengan cepat merambat ke area lain. Camat Bukitbatu M Fadlul Wajidi mengakui, karhutla yang terjadi kali ini cukup besar, karena berada di lokasi yang sulit dijangkau petugas. Di samping itu angin kencang membuat api terus bergerak membakar lahan-lahan kosong ataupun kebun serta HTI di sekitarnya.
‘’Kami sudah bagikan masker ke masyarakat melalui UPTD Kesehatan di Sungai Pakning. Di samping itu, kepada kepala desa juga sudah diinstruksikan untuk mengirimkan tim pemadam kebakaran mereka yaitu masyarakat peduli api (MPA) ke lokasi kebakaran bersama tim pemadam kebakaran lainnya,’’ ujar M Fadlul, Senin (17/6).
Kepala Humas PT Mapala Rabda Syaifuddin mengemukakan bahwa karhutla yang terjadi di Desa Tanjung Leban sudah merembet masuk ke lokasi HTI perusahaan pensuplai bahan baku bubur kertas tersebut. Sudah ada beberapa petak lokasi tanaman akasia yang dibakar si jago merah.
‘’Lokasi terjadinya karhutla sendiri cukup jauh, sulit dijangkau. Apalagi sekarang ini kebakaran yang terjadi cukup merata, mulai dari tepi Jalan Raya Dumai-Pakning sampai ke lokasi yang tidak bisa dilewati kendaraan. Beberapa petak lokasi HTI kami juga sudah ada yang terbakar,’’ sebut Syaifuddin.
Ia menyebutkan sebanyak 100 petugas regu pemadam kebakaran PT Mapala Rabda sudah dikerahkan ke lokasi kebakaran. Hanya saja karena medannya sulit dijangkau membuat pemadaman belum maksimal, ditambah angin kencang.
‘’Kami juga coba upayakan pemadaman dari udara melalui helikopter. Tetapi mengingat tebalnya kabut asap sangat tidak memungkinkan dilakukannya penerbangan oleh helikopter karena berisiko,’’ ujar Syaifuddin menambahkan.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah-Pemadam Kebakaran (BPBD-Damkar) Ja’afar Arif dari lokasi kebakaran di Tanjung Leban mengakui kesulitan melakukan pemadaman. Bahkan sekitar 300-an personel dari BPBD-Damkar, MPA, PT Mapala Rabda maupun dari Pemprov Riau sudah diturunkan, tapi kebakaran terus meluas.
‘’Api terus merembet ke mana-mana sejak dua hari terakhir ditiup angin. Petugas yang ada di lapangan kewalahan melakukan pemadaman, karena sering terjebak dalam kabut asap tebal di lokasi pemadaman,’’ ulas Ja’afar.
Abu Berterbangan
Di Dumai, sepanjang Senin (17/6), kabut asap disertai dengan abu yang berterbangan. Diduga abu tersebut merupakan abu bekas lahan yang terbakar.
Warga mengaku heran juga dengan banyak abu bertebangan yang kemudian tampak menumpuk di semua tempat. ‘’Tidak seperti biasanya. Sekarang tidak hanya kabut asap, tetapi banyak juga abu yang berterbangan,’’ ujar Depi, seorang pemilik kedai di Jalan Sudirman.
Karena angin bertiup cukup kencang, abu yang berwarna putih kehitaman itu banyak yang masuk ke rumah atau toko. ‘’Dari tadi pagi sudah tiga kali kami menyapu ruangan kedai. Tiap sebentar masuk abu,’’ sebutnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Dumai Marjoko Santoso mengatakan, penderita ISPA dari pekan ke pekan semakin bertambah akibat kabut asap disertai abu yang menyelimuti wilayah kota Dumai. Pada pekan ke-22 ini, Diskes mencatat kasus ISPA sebanyak 351 kasus. Pekan ke-23 bertambah menjadi 368 kasus ISPA dan pekan ke-24 telah mencapai 393 kasus.
“Sebulan belakangan ini penderita ISPA terjadi peningkatan di beberapa fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat,” katanya.
103 Hotspot
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) stasiun Pekanbaru, Senin (17/6) merilis di wilayah Riau tersebar 103 hotspot (titik panas). Dari 113 hotspot yang termonitor satelit NOAA 18 di Pulau Sumatera, Riau yang terbanyak.
Hotspot Riau 103 titik terdapat di Rohil 19 titik, Rohul 3, Dumai 9, Bengkalis 16, Siak 18, Pekanbaru 1, Pelalawan 26, Inhil 13, dan Meranti 1 titik. “Untuk hari ini, Pelalawan yang terbanyak 26 titik, dan biasanya Pekanbaru nol kini terpantau 1 titik,” kata Kepala Stasiun BMKG Ferry Sitorus melalui staf analisa Tri Puryanti kepada Riau Pos.
Dikatakan banyaknya penyebaran hotspot di wilayah Riau, disebabkan karena memang saat ini Riau mengalami musim kemarau ditambah dengan temperatur suhu rata-rata 35 derajat celsius.
‘’Akibatnya cuaca kering membuat mudahnya terjadi penyulutan api, sehingga juga memudahkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Sepekan ke depan masih terjadi kondisi seperti ini,’’ jelas Yanti.(evi/afr/gus/*2/aal/yls)