Situs Kerajaan Koto Pait Masih Terjaga

Riau | Sabtu, 18 Januari 2014 - 09:12 WIB

PINGGIR (RIAUPOS.CO)- Desa Beringin, Kecamatan Pinggir pernah jadi pusat sebuah kerajaan di zaman lampau. Namanya Kerajaan Koto Pait (parit,red), sama dengan Kerajaan Gasib yang terwujud antara abad ke-11 sampai abad ke-13 Masehi.

Meski tak ada catatan tertulis, orang tua-tua di desa setempat meyakini kerajaan tersebut pernah ada.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Hal ini dikatakan Pemangku Lembaga Adat Mandau Drs Fachruddin Syarief pada Riau Pos Kamis (16/1).

‘’Menurut Kades Beringin Suwandi, situs bekas pusat kerajaan tersebut masih terjaga sampai sekarang. Lahannya di bawah penguasaan desa dengan luas sekitar dua hektare. Terletak antara Sungai Beringin dan Lubuk Ampui. Ini khazanah peradaban masa silam yang layak diteliti secara arkeologis,’’ kata Fachruddin.

Meski belum pernah sampai ke situs tersebut, cerita tentang kerajaan Koto Pait telah lama didengar Fachruddin.

‘Kisahnya sudah lama melegenda. Menurut cerita orang tua-tua, di sana pernah ditemukan pecahan-pecahan tembikar zaman kuno. Diyakini, tembikar tersebut merupakan peninggalan peradaban di zaman Kerajaan Koto Pait. Kala itu, masyarakat masih menganut agama Hindu maupun animisme dan dinamisme,’’ sambungnya.

Menurut sahibul hikayat, imbuh Fachruddin, Raja Syah Alam merupakan raja terakhir Kerajaan Koto Pait.

Anaknya, Putri Sunting Melayang dan menantunya Malim Jelito pun masih disebut-sebut dalam tembang tetua setempat.

Dalam ritual penzikiran yang dilakukan penduduk setempat pada waktu-waktu tertentu, masih sering pula terdengar bunyi seperti dentuman meriam. Suara itu diyakini berasal dari situs peninggalan kuno tersebut.  

‘’Diceritakan pula, panglima Kerajaan Gasib bernama Si Gimbam pernah pula melarikan Putri Kaca Mayang (putri Raja Gasib) ke Koto Pait. Ceritanya dua versi.

Pertama, mengatakan Putri Kaca Mayang akhirnya pulang dan meninggal di Koto Gasib. Versi kedua menyebut, Si Gimbam dan Putri Kaca Mayang terus ke Dumai lalu ke Batu Panjang, Rupat dan menyeberang ke Gunung Ledang, Malaysia. Setelah itu gaib,” pungkas Fachruddin.(sda)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook