Diseret Banjir, Bocah Langgam Tewas

Riau | Sabtu, 17 November 2012 - 09:41 WIB

Diseret Banjir, Bocah Langgam Tewas

LANGGAM (RP) - Banjir yang terjadi di Kecamatan Langgam tampak semakin mengganas. Pasalnya, pada Kamis (15/11) sekitar pukul 16.30 WIB, seorang bocah berumur 8 tahun terseret banjir hingga tewas tenggelam di dekat jembatan Langgam.

Bocah malang bernama Agit bin Nasution masih itu berstatus pelajar yang tinggal di RT 6,RW 4 Kelurahan Langgam, Kecamatan Langgam anak kesayangan Tuti bin Maakab (34) itu baru berhasil ditemukan ibu korban bersama warga sekitar setelah 20 menit sejak kejadian tenggelamnya bocah di sekitar lokasi jambatan tersebut.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Informasi itu dibeberkan Kapolres Pelalawan AKBP Guntur Aryo tejo SIk melalui Kapolsubsektor Langgam Iptu Ayang Rizki kepada Riau Pos yang dikonfirmasi via ponselnya Jumat (16/11) petang di Pangkalan Kerinci.

Menurut Ayang Rizki, kejadian naas si bocah Langgam bermula dari ketika korban sedang asyik mandi bersama sang ibunya bernama Tuty di pinggir sungai dekat lokasi Jembatan Langgam.

“Dalam kondisi sedang asyik mandi itulah bocah yang masih duduk di bangku SD di Langgam itu tiba-tiba diseret arus banjir yang deras menghantamnya hingga tenggelam ke dasar sungai di lokasi kejadian,’’ ujarnya.

Kejadian yang menghantam bocah hingga tenggelam selama 20 menit di dasar sungai itu sempat mengagetkan masyarakat Kecamatan Langgam.

Pasalnya, saat anaknya yang berada di sampingnya saat asyik mandi sudah tidak ada lagi membuat ibu korban panik dan meronta minta tolong pada warga sekitar kejadian.

Mendengar ada orang minta tolong itu, warga di sekitar kejadian langsung berduyun-duyun berlari menuju lokasi sungai di dekat jembatan Langgam.

‘’Mereka ikut membantu mencari anak yang sudah tenggelam terbawa arus banjir tersebut,” ujar Kapolsubsektor Langgam.

Diterangkan A Rizki, para warga yang berada di lokasi kejadian langsung membantu ibu korban untuk mencari sang bocah.

Selama 20 menit hilir mudik mencari di dalam ungai Langgam itu  warga yang membantu mencari baru berhasil mendapati si  bocah di dasar sungai dalam kondisi tidak bernyawa lagi.

Karena  tidak pandai berenang, anak itu langsung tenggelam ke dasar sungai.

“Meski warga berhasil menemukan bocah itu, namun karena saat ditemukan dalam kondisi sudah tewas, sang ibu korban langsung histeris di depan kerumunan warga,’’ ujarnya.

Akibat kejadian tewas si bocah tersebut arus transportasi ponton sebagai sarana penyeberanagan masyarakat Langgam itu lagsung dihentikan beroperasi.  

“Bahkan kendaraan roda empat dan kendaraan roda dua dilarang melintas oleh petugas ponton di lokasi kejadian tenggelamnya pelajar SD tersebut,’’ tukas A Rizki.

Sebelas Desa di Lima Kecamatan Terendam

Sementara itu, sedikitnya sudah 11 desa di 5 Kecamatan di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) terendam akibat luapan air Sungai Indragiri. Bahkan empat Kepala Kuluarga (KK) harus mengungsi ke tempat saudaranya.

Tidak itu saja, akibat luapan Sungai Indragiri tersebut sudah sekitar 466 hektare kebun masyarakat dan 142 hektare lahan palawija ikut terendam.

Selain itu, murid di MTs Tariqul Hidayah di Desa Danau Baru, Kecamatan Rengat Barat terpaksa pindah tempat belajar di banguan MDA daerah itu.

‘’Sejauh ini status air Sungai Indragiri masih siaga II atau dengan ketinggian 6,50 M. Sedangkan normal ketinggian air Sungai Indragiri antara 5 cm hingga 5,50 M,’’ ujar Kepala Kesbangpol dan Penanggulagan Bencana Daerah (BPD) Inhu, Adri Bahar SSos Jumat (16/11) di Posko Satlak Penangulangan Bencana dan Pengungsi (PBP) Jalan A Yani Rengat.

Dijelaskannya, lima kecamatan yang sudah terendam banjir itu adalah di Kecamatan Rengat, Kecamatan Rengat Barat, Kecamatan Lirik, Kecamatan Kelayang dan Kecamatan Kuala Cenaku.

Luapan air Sungai Indragiri terparah terjadi di Kecamatan Rengat Barat. Ada 4 KK di Desa Danau Baru harus mengungsi ke tempat saudaranya.

Namun demikian tak kalah parahnya, luapan Sungai Indragiri di Kecamatan Rengat. Sejak sekitar satu pekan lalu tepatnya di Desa Pasir Kemilu, sejumlah 26 unit rumah terendam.

‘’Di Kecamatan Lirik ada 150 unit rumah dan pekarangannya yang terendam di tiga desa daerah itu,’’ ungkapnya.

Sementara di Kecamatan Kelayang, luapan Sungai Indragiri menggenangi sejumlah 12 unit rumah yang terjadi di 3 desa. Sedangkan di Kecamatan Kuala Cenaku, luapan Sungai Indragiri menggenangi 120 unit rumah.

Ditanya kerugian yang disebabkan banjir terutama untuk tanaman dan kebun warga, Adri belum bisa menjelaskannya lebih rinci. Sebab, saat ini pihak kecamatan tengah mendata dan data tersebut belum disampaikan ke Posko Satlak PBP.

Selain itu ditanya kondisi air Sungai Indragiri, ketinggian Sungai Indragiri pada Jumat (16/11) mencapai 6,50 meter. Apabila air Sungai Indragiri mencapai hingga 7 meter, status akan ditingkatkan menjadi siaga I.    

‘’Apa bila mencapai siaga I, sudah banyak warga yang mengungsi,’’ terangnya.

Sekolah Terendam

Sementara itu dari Rantau Kobar, Rohil dilaporkan, tingginya curah hujan dalam sebulan terakhir mengakibatkan sejumlah tempat mengalami banjir.

Banjir melanda di SD Negeri I Rantau Kopar di areal Pasar Rangau, SD Negeri 02 terletak di Jalan Rojali Mahidin, SD Negeri 03 Kepenghuluan Sekapas serta SMP Negeri I Rantau Kopar.

“Yang terparah itu di SD Negeri Sekapas dengan ketinggian 1 meter lebih. Proses belajar mengajar tidak memungkinkan terlaksana di gedung sekolah sehingga terpaksa dipindahkan kegiatannya di rumah warga setempat yang relatif terhindar banjir,” terang Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pendidikan Rantau Kopar, Samsuri pada Riau Pos, Jumat (16/11).

Praktis ratusan murid kelas 1 sampai 6 tidak menjalani proses pendidikan seperti biasanya, terutama murid kelas jauh di sekolah tersebut karena dikhawatirkan banjir dapat mengakibatkan korban jiwa.

Pasalnya, murid biasanya melewati jembatan di pinggir sungai serta ruas jalan yang cukup rawan dilewati sekitar 500 meter ke sekolah. “Kita takut tiba-tiba arus kencang, tentu berbahaya,” ujar Samsuri.

“Keadaan cukup mencemaskan juga karena perkiraan kita banjir belum mencapai puncaknya. Biasanya banjir bertambah besar sampai penghujung bulan, bahkan kalau dilihat SD 002 dan SMP I sepertinya tinggal menunggu waktu saja. Siswanya terpaksa diliburkan juga mengingat ketinggian air bertambah,” tambahnya.

Para murid sekolah itu terang Samsuri terancam tidak dapat melangsungkan ujian semester seperti kondisi normal. “Ya, apalagi selama ini sekolah tutup. Kebijakan belajar di rumah kita instruksikan sampai banjir surut,” tukasnya.(*2/kas/rpg/fad/muh)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook