Baku Tembak, Hendro Sang Gembong Rampok Lumpuh

Riau | Sabtu, 17 November 2012 - 09:32 WIB

Baku Tembak, Hendro Sang Gembong Rampok Lumpuh

TEMBILAHAN (RP) - Pelarian Hendro (37), seorang gembong rampok antar-provinsi, berakhir di tangan tim gabungan personel Polda Riau, Polres Indragiri Hilir (Inhil) dan pasukan TNI Kodim 0314 Inhil di sebuah rumah Jalan Suhada II Parit 7 Tembilahan Hulu, Indragiri Hilir, Jumat (16/11).

Desersi marinir yang juga DPO sebagai otak kerusuhan di Rutan Kelas 1 A Muara Dua Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan, Sumatera Selatan pada September 2011 ini, berhasil ditangkap petugas setelah sempat terjadi baku tembak dalam penyergapan yang berlangsung sekitar enam jam.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Hendro juga diduga menjadi dalang dalam perampokan lima toko emas di Air Molek, Indragiri Hulu, Palembang, Lampung dan beberapa daerah di pulau Jawa.

Saat penyergapan kemarin, Hendro ditembak petugas saat melakukan perlawanan ketika akan ditangkap. Dia sempat menyerang petugas dengan menggunakan senjata api (Senpi).

Akibatnya, salah seorang anggota Unit Jatanras Polda Riau, Brigadir Aulia terkena tembakan di bagian pelipis kanan hampir mengenai tengkorak kepala. Ia dilarikan ke RSUD Puri Husada Tembilahan.

Usai ditangkap, diketahui Hendro mempunyai tiga jenis senjata api yakni FN 45 (dipegang saat dilumpuhkan), Colt 38 dan senjata laras panjang otomatis (keduanya diamankan dari rumahnya).

Proses penangkapannya bermula saat petugas bersenjata lengkap mengepung kediaman pelaku sejak pukul 07.00 WIB.

Namun saat akan digerebek, pelaku mengeluarkan tembakan ke arah petugas dan mengenai Brigadir Aulia.

Setelah itu baku tempat pun tak terhindarkan. Pihak kepolisian mengaku sampai melepaskan ratusan peluru ke arah Hendro, dua di antaranya mengenainya.

Namun dengan gigih ia tetap melakukan perlawanan. Meski sempat mendapat peringatan dari petugas, pelaku tetap tidak mau menyerah dan memilih bersembuyi di bawah kolong rumahnya sambil memegang sepucuk senjata api.

Tidak ingin kehilangan buruannya, petugas berusaha memaksa pelaku keluar dengan menyentrum rawa di bawah kolong rumah pelaku. Saat itu sempat terjadi dialog antara Wakapolres Inhil Kompol Yuniar Ary dengan Hendro.

Wakapolres meminta pelaku menyerahkan diri dengan cara baik-baik.

‘’Hendro, sekali lagi kami peringatkan kamu. Cepat letakkan senjata dan keluar dari tempat persebunyian. Jangan melakukan pergerakan yang mencurigakan. Kalau tidak kami terpaksa melakukan tindakan tegas. Tempat ini sudah kami kepung,’’ ancam Ary dengan menggunakan alat pengeras suara.

Merasa sudah terdesak, akhirnya sekitar pukul 13.00 WIB pelaku yang menggunakan rompi anti peluru menampakkan kepala.

Terlihat di sekitar tubuhnya penuh lumpur dan di bagian paha sebelah kiri mengeluarkan darah segar yang diduga terkena tembakan.

Petugas dengan sigap menangkap dan memborgol pelaku.  Sebelum dibawa ke rumah sakit, Hendro terlebih dahulu dimandikan petugas, karena sekujur tubuhnya dipenuhi lumpur.

Dari tangannya diamankan sepucuk senjata api jenis FN 45 dan puluhan amunisi yang masih aktif.

Wakapolres Inhil Kompol Yuniar Ary mengaku saat beraksi pelaku terkenal sadis dan kejam. Ia tidak segan-segan melukai korban bahkan menghabisi nyawa korbannya.

Tidak itu saja, lanjutnya, informasi lain ia merupakan mantan prajurit TNI AL. Saat itu, sebelum dipecat ia berpangkat Prajurit Satu (Pratu) di Surabaya,  Jawa Timur.

‘’Diduga pelaku adalah bandit lintas provinsi, karena melakukan kejahatan di berbagai daerah seperi di Inhu, Palembang, Lampung dan Jogjakarta,’’ jelasnya.

Biasanya, kata Ary, komplotan pelaku berpindah-pindah tempat. Entah karena apa pelaku bisa berada di Tembilahan. Besar kemungkinan, keberadaan pelaku di Inhil untuk melakukan koordinasi dengan jaringannya. Lalu akhirnya tertangkap oleh petugas gabungan.

Kasubdit III, Reskrimum Polda Riau, AKBP Onny Trimurti SIK dan pemimpin penggerebekan Kanit Jatanras, Kompol Sapta Maulana SIK membenarkan terlukanya seorang personel polisi.

‘’Memang anggota kami terluka karena tembakan, tapi perampoknya berhasil kami tangkap. Ratusan peluru sudah ditembakkan ke arah tersangka, dua peluru merubuhkan tersangka. Ini demi pengabdian pada negara,’’ kata Sapta.

Dikatakan Sapta, penyidik berhasil mengamankan rompi anti peluru, dua pucuk senjata laras pendek FN 45 dan Colt 38 dan sapucuk senjata mesin laras panjang.

Diduga barang bukti tersebut digunakan tersangka saat beraksi dalam perampokan.

Selain barang bukti tersebut, diamankan juga empat butir amunisi, dua pakaian militer dengan nama berbeda berpangkat Kapten, wing penerjun dan tanda jasa militer.

Selain merampok di Air Molek, tersangka juga tercatat sebagai pelaku dalam puluhan aksi rampok.

‘’Selain Air Molek, tersangka juga ikut beraksi dalam perampokan toko emas Ciputat Jakarta. Di Lampung juga sering beraksi. Polisi Jakarta juga akan datang memeriksa tersangka nantinya,’’ kata Sapta.

Menyamar Jadi TNI AD

Komandan Kodim 0314 Indragiri Hilir, Letnan Kolonel Firalta Tarigan mengatakan, tersangka Hendro adalah desersi Marinir dan dalam beraksi sering menyamar sebagai anggota TNI Angkatan Darat dengan pangkat Kapten Agus Budiman.

‘’Dia bahkan menyamar menggunakan Atribut SUAD Mabesad TNI AD,’’ kata Firalta.

Karena sudah mendapatkan laporan mengenai tindak-tanduk tersangka dan merasa ancaman bagi masyarakat, Firalta yang diminta membantu polisi untuk melakukan penyergapan langsung datang ke lokasi.

‘’Karena mengetahui informasi dia sering menyamar itu, saya juga geram, dia harus dapat dan tertangkap. Akhirnya dia bisa dirubuhkan,’’ ujar Firalta.

Terjadinya baku tembak antara petugas dengan Hendro tentu membuat terkejut warga sekitar. Bahkan saat kejadian itu, tidak satupun warga sekitar yang membuka rumahnya, warga lebih memilih berdiam diri di dalam rumah terutama perempun dan anak-anak.

‘’Kami sangat terkejut melihat kejadian itu, apalagi saat mendengar letusan senjata api yang jumlahnya cukup banyak. Dari pada terkena sesuatu, mendingan kami menutup pintu,’’ ungkap, Ani warga sekitar usai kejadian tersebut, sambil menutup pintu rumahnya kembali.

Usai tertangkap, masyarakat pun berbondong-bondong mendatangi lokasi dan mengakibatkan kemacetan di jalan lintas Tembilahan-Rengat.  

Berkas 6 Perampok Toko Emas Sudah P19

Sementara itu, penyidikan terhadap enam tersangka perampokan toko emas di Pasar Air Molek Kecamatan Pasir Penyu beberapa waktu terus digesa Sat Reskrim Polres Inhu.

Bahkan saat ini pemberkasaan sudah diajukan ke Kejari Rengat yang sudah mencapai P 19.

Enam tersangka perampok toko emas itu berinisial HR (35), warga Rengat bersama rekannya AR (48), warga Pematang Reba Kecamatan Rengat Barat, MDR (32), SP (33) dan RI (29) sama-sama warga pendatang yang sudah menetap di Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Inhil dan BP (48), warga Kabupaten Siak.

‘’Hanya tinggal melengkapi beberapa pertanyaan lagi untuk sejumlah tersangka sesuai arahan kejaksaan. Apabila hal itu sudah lengkap, berkas sudah akan sampai pada tingkat P21 atau lengkap,’’ ujar Kapolres Inhu AKBP Hermansyah SH SIk kepada Riau Pos Jumat (16/11) melalui Kasat Reskrim, AKP Dody Harza Kusumah SH SIk.

Dikatakannya, sejalan dengan penyidikan terhadap enam tersangka tetap dilakukan pengembangan terhadap tersangka lainnya. Pasalnya, pelaku rampok toko emas tersebut lebih dari enam orang dan di antaranya merupakan otak pelaku perampokan tersebut.

Hendro Bunuh Sipir di Rutan OKU Selatan

Jejak pelarian Hendro berawal Rutan Kelas 1A Muara Dua, Jalan Wedana Pangkoe No 796, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan, Sumatera Selatan pada 18 September 2011 sekitar pukul 08.00 WIB lalu.

Saat itu terjadi kerusuhan di Rutan yang mengakibatkan seorang petugas jaga (sipir) bernama Arfan (44) dan napi Agus Saripudin tewas.

Sebanyak 13 napi berhasil kabur pada kejadian tersebut. Agus tewas akibat diamuk massa, Amran (tertangkap), Bambang (tertangkap), Albuni (tertangkap), Ridwan Jauhari (tertangkap), Hendrawansyah alias Hendri (tertangkap), Aprizal (tertangkap), Firmansyah alias Walidin (DPO), Dedi Irawan alias Dedi Beruk (DPO), Kisman (DPO), Iman Arifin (DPO), Hendro alias Suriadi (desersi TNI AL, otak kerusuhan, menjadi DPO).

Kejadian bermula saat para napi hendak mengambil air dari bak penampungan di luar Blok B untuk keperluan di dalam sel, secara bergantian. Saat itu, giliran napi dari kamar 18 (9 orang) dan kamar 19 (12 orang).

 Total napi di Rutan tersebut sebanyak 136 napi dan tahanan. Tanpa curiga, Arfan membuka pintu kamar sel 18. Ia lantas membiarkan sembilan penghuninya mengambil air.

Tiba-tiba napi kasus 365 bernama Hendro mendekati Arfan. Dia mengatakan kalau air dalam bak sudah habis.

Entah apa yang memicu keduanya, Hendro dan Arfan tiba-tiba terlibat cekcok mulut hingga berujung pergulatan. Korban Arfan dikeroyok napi Hendro yang dibantu napi lain bernama Dedi persis di depan pintu porter (pintu dua).

Kewalahan, Arfan tak bisa memberikan perlawanan. Bahkan, Hendro berhasil merampas senjata api jenis FN dari pinggang korban.

‘’Senjata itu yang ditembakkan Hendro dari jarak dekat ke dada bagian kiri Arfan. Sempat dibawa ke Puskesmas, namun nyawanya tak tertolong,’’ kata Kepala Rutan Muara Dua Bambang Wijanarko AMd IP SH MH, kepada JPNN beberapa waktu lalu.

Riswan, rekan korban sesama sipir, mengatakan, anak korban Arfan bernama Ridho (10) menyaksikan sendiri Hendro membunuh ayahnya. ‘’Arfan ditembak dalam jarak dekat,’’ tambah Riswan.

Kata Riswan, saat itu, dia juga dikeroyok tiga napi yang memegang sejata api rakitan. Ketiga napi itu yakni Hendri dan Agus. ‘’Satunya lagi saya tidak tahu namanya,’’ tutur Riswan.

Menurut Riswan nasibnya sedikit beruntung dibandingkan dengan rekannya Arfan. Sebab, senjata api rakitan di tangan napi Agus tak meletus saat ditembakkan ke arahnya.

Ia lantas bergulat dengan ketiga napi sampai ke pintu luar. Dari tangan napi bernama Agus, Riswan berhasil merebut satu senpi rakitan.

Beruntung ada napi yang melindunginya hingga Riswan selamat dari amukan napi yang kabur sambil memegang senpi.

Diduga dipukul pakai gagang senjata, Riswan menderita luka di kepala yang cukup serius. ‘’Beruntung aku ditolong napi lain dengan cara dipeluk,’’ kata Riswan.

Setelah kejadian itu, Hendro pun masuk Daftar Pencarian Orang (DPO) aparat kepolisian hingga ditangkap di Tambilahan, Indragiri Hilir, Jumat (16/11).

Toko Kelontong Jondul Dirampok

Sementara di Pekanbaru sebuah toko di sekitar Jalan Bambu Kuning Kelurahan Rejosari Kecamatan Tenayanraya milik Tin (50), dirampok dua pria, Jumat (16/11) petang.

Tin tidak pernah menduga aksi perampokan tersebut terjadi padanya. Menurut keterangan yang dihimpun, awalnya, dua pria yang berhenti di depan tokonya akan membeli bensin.

Setelah mengisi bensin, pelaku masih bertanya-tanya tentang harga barang-barang yang dijual oleh Tin, namun tidak terlibat jelas akan membeli apapun dari yang ditanyakannya.

Setelah Tin berada di dalam ruangan tokonya, pelaku memukul bagian muka Tin untuk melumpuhkan pemilik warung tersebut. Karena masih melawan, pelaku mengeluarkan senjata berupa sebilah pisau untuk melumpuhkan korban.

Pelaku menghunuskan senjatanya dan melukai kepala korban. Setelah itu pelaku menggasak uang dari laci toko dan satu unit handphone.

Ketua RT01 RW10 Kelurahan Rejosari, Desri Iqbal mengatakan, tidak tahu pasti, namun informasi yang didengarnya dari warga memang demikian.

‘’Diduga pelaku mau merampok korban, lalu karena masih banyak warga yang berlalu lalang, pelaku langsung kabur,’’ kata Desri.

Tin yang dalam kondisi terluka langsung dilarikan warga ke rumah sakit RSUD Arifin Achmad untuk mendapatkan pertolongan pertama.  

Kapolsek Tenayanraya, Kompol Dermawan Marpaung SIK saat dikonfirmasi menjelaskan, belum bisa memberikan keterangan yang rinci karena baru menerima informasi dari wartawan.

‘’Kami sudah turunkan anggota ke lapangan untuk melakukan penyelidikan,’’ kata Dermawan.(rul/*1/jpnn/ila)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook