PEKANBARU (RP) - Kecelakaan udara menimpa salah satu pesawat milik TNI AU. Kali ini, pesawat Jenis Hawk 200 TT 0212 jatuh di halaman rumah warga di Jalan Amal RT02/RW03, Vila Pandau Jaya, Desa Pandau Jaya, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Riau, Selasa (16/10)
sekitar pukul 09.30 WIB. Lokasinya tidak jauh dari Panti Asuhan Yayasan Lembaga Bakti Muslim Indonesia (YLBMI) Riau.
Saat jatuh, pesawat ini sempat berputar-putar dan meledak tiga kali, satu kali di udara dan dua di darat. Beruntung, sang pilot Letnan Dua (Letda) Reza sempat keluar dengan menggunakan kursi pelontar sesaat sebelum pesawatnya jatuh.
Kondisi pesawat yang jatuh di salah satu pekarangan rumah warga dan tak jauh dari Sekolah Dasar Swasta 022 Yapsin ini cukup parah. Api tampak berkobar dibarengi dengan asap yang membumbung. Perlu tiga unit mobil pemadan untuk mematikan api yang membakar pesawat.
Peristiwa ini sontak menjadi tontonan, apalagi, saat pesawat itu jatuh, anak-anak SD tersebut sedang menikmati waktu istirahat. Salah seorang siswa MTS YLBMI, Febri (14) yang melihat kejadian mengatakan, saat itu ia bersama teman-temannya melihat dua pesawat sedang bermanuver beriringan.
Tiba-tiba pesawat yang berada di belakang mengeluarkan asap. ‘’Pesawat yang di belakang berasap lalu berputar-putar dan jatuh,’’ jelasnya.
Saat akan jatuh itu, lanjutnya, kursi pelontar pilot pesawat ini sempat mengenai atap rumah warga. Sementara pesawat meledak sekali di udara sebelum akhirnya meledak dua kali di darat. Api besar dan asap tampak membumbung setelah pesawat ini jatuh.
Saat pesawat ini jatuh menghantam tanah, dua orang murid kelas 6 SDS 022 Yapsin YLBMI terkena serpihan tanah dan batu yang tempat pesawat jatuh.
Keduanya adalah Jeki (12) dan Salman (12). Jeki menderita luka memar di bagian lengan kiri dan Salman di perut.
Dituturkan Jeki, saat ditemui Riau Pos di rumahnya, ketika peristiwa itu terjadi ia sedang berbelanja di kedai Upik, yang tak jauh dari lokasi. Tiba-tiba ia melihat pesawat jatuh dan mengeluarkan suara keras.
‘’Saya kira saya akan mati,’’ kata Jeki. Jeki sendiri kemudian dijemput oleh kakeknya, Syamsul Bahri (62). Dikatakan Syamsul, ia menyesalkan sikap oknum petugas TNI AU yang berada di sana.
‘’Pas saya jemput, ada orang AU itu. Saya bilang, ini cucu saya sakit. Dia datang, habis tu bekas memar anak saya diperiksa dan ditepuk-tepuk. Dia bilang, tak apa ini. Bawa pulang saja,’’ ungkapnya.
Pemukulan Wartawan
Sekitar 30 menit setelah kejadian, lokasi jatuhnya pesawat ini kemudian dijaga oleh sekitar 50 personil dari Paskhas TNI AU dan PM Lanud. Proses pengamanan oleh anggota TNI yang datang ini terkesan berlebihan.
Saat mereka akan mensterilkan areal yang mulai dipadati warga, beberapa wartawan dan warga sekitar yang mencoba mengabadikan gambar pesawat diusir secara paksa dan mengalami tindak kekerasan.
Empat orang wartawan yakni Didik Herwanto fotografer Riau Pos, Fakhri Rubiyanto kamerawan RTv, Ari wartawan TV One dan Rian wartawan Antara mengalami penganiayaan dan pengeroyokan.
Didik yang saat mengambil gambar bangkai pesawat ketika lokasi itu belum dipasangi pembatas, dicekik dan sipukul oleh Kadis Pers Lanud Rusmin Nurjadin Pekanbaru, Letkol Robert Simanjuntak.
Tanpa bisa melawan, ia yang sudah tersungkur di tanah, dicekik oleh perwira yang ukuran tubuhnya nyaris dua kali fotografer ini.
Menurut penuturan Didik, tangannya ditahan dan dadanya dihantam menggunakan lutut kiri perwira ini dua kali. Bukan itu saja, dalam keadaan tak berdaya, Robert melayangkan satu pukulan ke arah telinga kirinya.
Penganiayaan ini dilakukan dengan ditonton puluhan murid sekolah dasar yang memenuhi lapangan di depan SD 022 Yapsin.
Hingga kemarin sore, beberapa wartawan tetap berada di POM AURI untuk menanyakan kejelasan pengembalian beberapa kamera awak media yang sempat dirampas di lokasi kejadian.
Pernyataan Kapuspen TNI, Laksamana Muda Iskandar Sitompul, yang mengatakan telah terjadi perdamaian antara wartawan dengan pihak TNI AU, yang diakhiri dengan makan bersama bersama Danlanud Roesmin Norjadin, Kol Pnb Bowo Budiarto, dibantah wartawan yang hadir dalam penjemputan kamera tersebut.
“Kami tak ada makan bersama Danlanud, dan belum ada perdamaian, kasusnya tetap dilanjutkan agar diproses berdasarkan hukum yang berlaku, baik masalah penganiayaannya maupun perampasan alat kerja wartawan,” ujar Said Mufti, redaktur foto Riau Pos.
Selain beberapa awak media, aksi kekerasan oknum personil TNI AU ini juga dialami beberapa warga. Ponsel milik warga yang akan memotret beberapa di antaranya dirampas.
‘’Kalau mau ambil ke AURI,’’ ujar petugas yang mengambil seperti yang ditirukan salah seorang warga.
Salah satu warga yang mengalami luka cukup parah adalah Mancon Fernando, mahasiswa semester V Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Riau (UIR). Saat itu ia yang mencoba mengabadikan momen pesawat terbakar, tiba-tiba dipukuli dan dikeroyok oleh lima orang anggota TNI AU.
‘’Awalnya cuma mau mengabadikan kejadian, saya tak tahu kalau ngambil foto dilarang. Tiba-tiba saya dikeroyok oleh lima orang anggota AURI (TNI AU, red),’’ kata Mencon.
Ia melanjutkan, selain dipukuli, handphone BlackBerry miliknya juga dirampas. Akibat pengeroyokan ini, ia mengalami luka robek pada bibir bagian atas dan bawah.
Setelah puluhan personil yang melakukan pengamanan hadir, areal di sekeliling bangkai pesawat selanjutnya dipasangi garis pengaman berjarak 50 meter dari lokasi jatuhnya pesawat. Sekitar pukul 11.00 WIB, beberapa orang dari mereka juga tampak menutup bangkai pesawat dengan terpal berwarna hijau tua.
Saat waktu beranjak siang, masyarakat yang penasaran ingin melihat bagaimana bentuk pesawat yang jatuh ini kian banyak.
Bahkan, kumpulan masyarakat yang berduyun-duyun datang ini menyemut hingga memacetkan Jalan Pasir Putih. Kondisi sendiri mulai agak lengang ketika waktu menjelang sore.
Hal inipun diikuti dengan diperkecilnya pembatas hingga hanya mengitari sekitar pekarangan rumah warga yang menjadi tempat jatuhnya pesawat.
Minta Maaf
Sekitar pukul 15.45 WIB, Panglima Komando Operasi I TNI AU, Marsekal Muda Bagus Purhito meninjau lokasi jatuhnya pesawat didampingi Danlanud TNI AU Pekanbaru Kolonel Pnb Bowo Budiarto.
Di bawah rintik hujan, ia melihat keadaan pesawat yang ditutupi terpal itu. Selain lokasi pesawat, Bagus juga datang melihat rumah warga yang sempat terkena kursi pelontar Hawk ini.
Kepada wartawan di lokasi ini, Bagus mengatakan, pesawat naas yang dipiloti Letda Reza ini take off dari Lanud sekitar pukul 08.56 WIB dalam rangka uji latihan rutin penerbangan. ‘’Pukul 09.40 WIB pesawat ini meledak dan jatuh,’’ jelasnya.
Ia melanjutkan, pesawat ini dalam kondisi bagus, karena pesawat ini tergolong baru dengan tahun pembuatan 1996. ‘’Artinya kondisi pesawat laik terbang. Untuk cuaca juga cukup bagus,’’ lanjutnya.
Saat ditanya mengenai apa penyebab jatuhnya pesawat ini, Bagus mengatakan pihaknya masih melakukan penyelidikan. ‘’Ini akan diselidiki. Tim investigasi akan diturunkan,’’ ucapnya.
Bagus menyampaikan permintaan maaf kepada wartawan yang menjadi korban penganiayaan dan pemukulan oleh anggota TNI AU di lokasi. ‘’Saya mohon maaf atas kejadian itu. Kasus ini akan kita tindaklanjuti, apapun itu pasti diproses,’’ ujarnya.
Dikatakannya lagi, ia mengerti tugas jurnalis adalah menyampaikan informasi kepada khalayak luas. ‘’Dan kami petugas juga ingin TKP tidak terusik sampai penyelidikan selesai. Saat itu mungkin terjadi miskomunikasi,’’ paparnya.
KSAU: Hawk 200 Di-grounded
Terpisah, Kepala Staf TNI AU (KSAU) Imam Sufaat membenarkan bahwa anak buahnya memang menghalang-halangi wartawan yang mengambil gambar di lokasi jatuhnya pesawat Hawk 200. Menurutnya tindakan tersebut memang perlu dilakukan untuk menjaga kerahasiaan pesawat militer tersebut.
‘’Iya, kalau untuk pesawat tempur kan rahasia ya,’’ kata Imam kemarin di Istana Negara. Selain itu, menurut Imam, tindakan anak buahnya tersebut demi keselamatan awak media dan warga sekitar juga.
‘’Nanti kalau misalnya bawa bom, nanti situ (wartawan) kena bomnya. Sebetulnya ada kerahasiaannya juga,’’ ujar Imam.
Imam Sufaat, enggan berspekulasi sebelum dilakukan penyelidikan lebih lanjut oleh PPKPT (Panitia Penyelidik kecelakaan Pesawat Terbang) dari TNI AU.
‘’Biasanya itu pasti ada sesuatulah yang terjadi. Tidak mungkin penerbang tiba-tiba eject. Mungkin kena burung. Kita belum tahu pasti. Kalo saya yakin, saya kira ini bukan human error. Berdasarkan pengalaman, mungkin mesinnya,’’ tambah Imam yang belum bisa memastikan kapan investigasi jatuhnya pesawat Hawk 200 di Pekanbaru, selesai dilakukan.
Imam Sufaat menyatakan, pesawat tempur jenis Hawk 200 akan di-grounded pascakecelakaan kemarin. Pesawat tersebut tidak akan dioperasikan hingga diketahui penyebab kecelakaan tersebut.
‘’Pesawatnya akan di-grounded sampai kita temukan penyebabnya,’’ kata Imam.
Langkah tersebut merupakan antisipasi kemungkinan terulangnya insiden serupa. ‘’Jangan-jangan nanti kalau kita pakai ada sesuatu lagi,’’ sambungnya.
Imam menjelaskan, saat ini ada 32 unit pesawat Hawk 200 atau dua skuadron yang dimiliki TNI AU. Penempatannya dibagi dua, yakni di Pekanbaru (Riau) dan Pontianak (Kalimantan Barat).
Menkopolhukam Djoko Suyanto menambahkan kalau TNI AU bakal langsung bergerak cepat dalam mencari penyebab jatuhnya pesawat itu. Itulah kenapa, dia belum bisa memastikan apa yang menjadi penyebab jatuhnya pesawat.
‘’Nanti akan diselidiki, apakah karena faktor manusia, teknis, atau cuaca,’’ katanya.
Pesawat latih tempur Hawk 200 yang mengalami kecelakaan ini merupakan salah satu pesawat baru yang dimiliki TNI AU. Pengamat penerbangan, Dudi Sudibyo, dalam penjelasannya, menyampaikan bahwa Indonesia memiliki sekitar 34 pesawat Hawk 200 buatan British Aerospace, tersebut.
‘’Pesawat ini bisa disebut baru, karena masih 3-4 tahun digunakan. Jadi kondisinya seharusnya masih sangat bagus. Harus dipertanyakan, kenapa bisa jatuh?,’’ kata Dudi.
Mengenai kondisi pesawat yang masih baru, juga dibenarkan oleh Kapuspen TNI AU Marsekal Pertama TNI Azman Yunus. Dikatakannya, pesawat Hawk 200 diproduksi sekitar tahun 2000 dan masih sangat laik terbang. ‘’Itu pesawat masih baru, bukan pesawat tua,’’ kata Azman.
Imam mengatakan, jenis pesawat Hawk 200 masih terbilang baru dimiliki TNI AU. Saat kejadian, pesawat yang dikemudikan pilot Letda Reza Yori Prasetyo, tengah melakukan latihan persiapan mengisi acara TNI AU akhir bulan nanti.
Hingga saat ini belum diketahui penyebab pasti jatuhnya pesawat. Imam mengatakan, pesawat tempur canggih itu setiap hari dilakukan perawatan.
Untuk mengetahui penyebab jatuhnya pesawat, tim dari PPKPT (Panitia Penyelidik kecelakaan Pesawat Terbang) dari TNI AU akan segera melakukan penyelidikan.
‘’Nanti akan dilihat instrumennya. Sebelum kejadian, kecepatannya berapa, penerbangnya akan ditanya. Gak mungkin penerbang mendadak eject (keluar dari pesawat) kalau tidak ada sesuatu,’’ kata Imam.
Kondisi Baik
Danlanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru Kolonel Pnb Bowo Budiarto menambahkan, pesawat Hawk 200 TT 0212 dalam kondisi baik. Bahkan saat penerbangan satu hari sebelum kecelakaan, pesawat tersebut tidak menunjukkan masalah apapun. ‘’Pesawat bagus, kemarin juga terbang dan tidak ada masalah,’’ ujar Bowo.
Dikatakan Bowo, pesawat tersebut sudah ada dan beroperasi sejak tahun 1995 lalu di Pangkalan Udara TNI Angkatan Udara Pekanbaru. ‘’Sejak saya masuk tahun 1996 lalu, pesawat itu sudah ada,’’ kata Bowo.
Menurut Bowo, pesawat Hawk 200 yang jatuh tersebut sudah menjalani lebih dari 200 jam terbang, namun dia tidak mengetahui apa permasalahan yang terjadi. Terkait evakuasi bangkai pesawat, Bowo Budiarto mengatakan akan dilakukan dalam 1 x 24 jam. Namun sebelumnya, terlebih dahulu menunggu Panitia Penyidik Kecelakaan Pesawat Udara (PPKPU) dari Jakarta.
‘’Malam ini (malam tadi, red) tim itu akan datang empat orang dan akan melakukan investigasi. Setelah semua proses yang dilakukan tim selesai, baru dilakukan evakuasi,’’ katanya.(ali/rul/fat/afz/dil/fal/dim/dyn/jpnn)