Riau, Apa Kabarmu di Sana?

Riau | Selasa, 17 September 2013 - 10:41 WIB

Oleh: Rusli Zainal, Gubernur Riau

Alhamduilllahi Rabil Alamin. 4 September lalu, rakyat Riau telah melaksanakan satu tahapan penting berdemokrasi. Memilih calon pemimpin, yang akan membawa perahu Riau untuk 5 tahun ke depan.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Dari kejauhan dan dalam keterbatasan, meski jari tak bisa menentukan pilihan, tapi setiap hari saya ikut berikan doa untuk seluruh rakyat Riau tercinta. Semoga melalui proses ini bisa menemukan pemimpin terbaik dari semua calon terbaik yang ada.

Saya yang kini berada di balik jeruji besi-untuk sebuah alasan yang biarlah nantinya saya perjuangkan sendiri melalui proses hukum yang harus sama-sama kita hormati, sesungguhnya secara batin tidak hanya ikut berdoa tapi juga berpesta.

Sama seperti rakyat Riau lainnya, saya ikut menyimak, berusaha mendengar-dengar dan tak sabar ingin tahu, siapa kelak yang akan disebut sebagai orang Riau nomor satu. Kamis lalu, saat jam besuk tiba, kabar suksesnya pelaksanaan Pilgubri juga datang tersampaikan kepada saya.

Ada kegembiraan dan rasa syukur, satu helat akbar yang menjadi pesta demokrasi telah berjalan dengan baik dan lancar.

Siapapun pemenang Pilgubri nantinya, saya mendoakan semoga mereka bisa melaksanakan tanggung jawab dan amanah dengan sebaik-baiknya.

Sementara itu untuk masyarakat Riau, hendaknya juga memberi dukungan kepada kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih. Satukan tekad satukan tujuan, sejahtera bersama-sama.

Dari kabar yang tersampaikan, Pilgubri ini bagi saya sedikit menghasilkan sebuah kejutan. Kejutan itu dengan munculnya nama calon yang diusung Golkar, dua sahabat saya, Pak Annas Maamun dan Andi Rachman yang disebut sementara ini mampu meraih suara terbanyak, unggul dari kandidat lainnya.

Hasil ini membuat saya mengulum senyum sendiri. Keraguan pun kini terjawab sudah, meski baru sementara tapi paling tidak mampu mengubah persepsi dan prediksi. Inilah bukti bahwa yang terpenting tidak hanya faktor ketokohan, tapi juga karena sistem partai yang bekerja.

Sebuah pelajaran politik sedang tersajikan. Ketika pada 1999 dan 2009 secara nasional Golkar terpuruk hampir di semua daerah, Golkar di Riau terbukti mampu eksis dan teruji. Begitu pula saat kasus PON Riau mencuat, banyak yang mengaitkan kasus saya dengan menyebut-nyebut asal partai politik.

Golkar pun ikut terseret-seret dan dipersepsikan negatif di berbagai media publik. Banyak yang memprediksi, dengan kasus yang menimpa saya saat ini, Golkar Riau akan layu, padam lalu mati pelan-pelan.

Alhamdulillah, terbukti bahwa cobaan yang menimpa saya ini, tidak mempengaruhi persepsi publik tentang calon yang diusung partai di Pilgubri. Rakyat sudah cerdas dan bagi saya pribadi itu adalah kabar bahagia. Mesin partai bekerja, kecintaan itu masih ada.

Sistem yang bekerja inilah yang dulunya coba saya sampaikan, sebelum iven internasional ISG yang sudah di depan mata berpindah ke daerah tetangga.

Saya pribadi diposisikan menjadi ‘’sosok penentu semua keputusan’’. Seolah-olah selama ini dipersepsikan, Riau adalah Rusli dan Rusli adalah Riau. Betapa mirisnya ketika semua sistem telah bekerja namun akhirnya orang jua yang berpesta.

Sama dengan rasa miris, ketika mendapat kabar Pilgubri kali ini menyajikan sebuah ‘’misteri’’’’ informasi.

Dengan segala kemajuan teknologi yang tak ternafikan, saya dikabarkan tentang kembalinya pelaksaan perhitungan suara Pilgubri ke zaman batu. Manual menunggu hasil rekapitulasi KPU.

Selain itu tidak ada satupun media televisi nasional, yang ‘’berkenan’’ menayangkan secara live penghitungan cepat hasil Pemilu karena tidak ada satu pun lembaga independen yang diajak bekerja sama untuk melakukan perhitungan cepat atau quick count.  

Padahal biasanya, pemilihan sekelas bupati atau wali kota di daerah lainnya bisa ditayangkan langsung berjam-jam lamanya.

Dalam proses politik modern saat ini, rakyat yang berpesta harusnya tidak hanya menjalankan proses tapi juga dapat mengetahui perkiraan hasil secepatnya.

Sehingga tidak menerka-nerka, meraba-raba, bertanya-tanya dan mempertanyakan komitmen dari para calon dan penyelenggara Pemilu.

Dari kejadian ini memang tidak ada satu pun aturan yang dilanggar, namun betapa miris mengetahui untuk kesekian kalinya Riau seperti menjadi daerah ‘’tak dianggap’’ penting secara politik nasional. Sungguh pesan yang menyedihkan.

Harusnya Pilkada Riau mampu menjadi salah satu barometer politik di tanah air ini. Ketika Pilkada Sumsel diulang dan kembali mendapat perhatian, di hari yang sama Pilkada Riau katanya hanya senyap-senyap saja, tak menjadi satu agenda politik nasional layaknya Pilkada daerah lainnya. Betapa sedihnya.

Ini hal kecil yang menyiratkan sebuah pesan besar, tentang ‘’betapa tak pentingnya’’ Riau di mata banyak kalangan. Sungguh menyesakkan.

Memang tidak ada aturan yang mewajibkan KPU selaku penyelenggara Pemilu untuk menggandeng lembaga manapun melakukan quick count, apalagi sampai ‘’memaksa’’ televisi nasional untuk menayangkan, tapi apakah memang tidak ada satupun pihak yang punya komitmen memberikan pesta sesungguhnya kepada rakyat? Yang mampu menjadikan Pilgubri ini disimak dan didengar hasilnya secara bersama-sama layaknya Pilkada lainnya? Bisa dibayangkan, bagaimana bingungnya masyarakat Riau mencari satu pintu informasi, apalagi bila semua calon saling klaim kemenangan. Dari kejauhan bayangan ini sedikit saya sesalkan.

Sesungguhnya ini pesta rakyat bukan semata pesta para pelaksana dan elite politik. Ketika suara dan kerja dari daerah didengar, maka kita tidak menjadi asing di negeri sendiri.

Semoga ini menjadi pemikiran dan pesan untuk kita bersama. Jika bukan kita, siapa lagi yang akan peduli pada Riau ini? Jangan sampai Pilgubri hanya ajang menjadikan rakyat sebagai objek Pemilu saja. Yang hanya ikut serta meramaikan, hura-hura pesta dan kemudian dilupakan tentang cita-cita dan keinginan besarnya.

Riau tidaknya perlu partisipasi aktif sesuai hak politik individual, tapi partisipasi kolektif yang syukur-syukur bisa didengar dan disaksikan ke penjuru Nusantara. Setelah apa yang kita berikan untuk tanah air ini, berharap masih ada yang mau bertanya, ‘’Riau, apa kabar mu di sana?’’***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook