TAMBANG (RP) - Ulat bulu kembali menyerang Kampar. Kali ini ulat yang berwarna hijau menryerang Desa Terantang, Kecamatan Tambang, sehingga para petani terutama petani sawit menjadi panik. Ulat bulu ini memakan daun-daun sawit hingga hanya tinggal lidinya saja.
Menurut Ahmad, salah satu warga yang juga petani sawit di Terantang kepada Riau Pos, kehadiran ulat bulu membuat anjloknya produksi dan para petani semakin kuatir. Betapa tidak, ulat bulu mampu memnggerogoti dahan kelapa sawit hingga pelepahnya tinggal lidi. ‘’Apalagi saat ini harga sawit turun dratis bahkan capai Rp700 per Kg,’’ ujarnya sedih.
Anjloknya harga sawit membuat kehadiran ulat bulu ini tambah memusingkan warga. Wargapun sibuk membersihkan ulat bulu dengan cara manual, mengambil binatang berwarna hijau itu dari setiap dahan bila terlihat oleh mata. Ulat-ulat itu kemudian digabung dan dikumpulkan ke dalam sebuah goni.
Namun ternyata tidak memudah melepaskan ulat-ulat ini dari dahan. Petani harus mengais-ngais atau dengan alat bantu berupa ranting kayu. Sebab jika dengan tangan, akan mengakibatkan gatal-gatal. Ulat melekatkan tubuhnya pada pelepah dengan cairan berupa lendir yang keluar dari tubuh bagian bawah. Ribuan ekor ulat yang terkumpul itu mencapai setengah karung berukuran 20 kilogram. Oleh petani setempat menamakan hewan itu ulat api.
Bentuk tubuhnya memanjang seukuran rata-rata dua ruas jari telunjuk dan diameter tubuhnya kurang lebih sebesar jari kelingking orang dewasa. Selain sudah jelas berbulu, pada permukaan tubuhnya tonjolan-tonjolan seperti duri.
Menurut seorang petani Nasripul, kebun kelapa sawit yang diserang hama adalah milik Koperasi Iyo Basamo. Anehnya, kata dia, hama itu pada umumnya menyerang pohon kelapa sawit yang berada di sekitar sisi jalan atau dilewati cahaya. ‘’Kalau agak jauh dari jalan, paling dua atau tiga pokok yang kena,’’ ujarnya.
Sementara itu, Ketua Koperasi Iyo Basamo Hermayalis mengungkapkan, serangan hama tersebut sudah mulai terjadi sejak Kamis (13/9) lalu. Namun, ia tidak bisa pastikan berapa hektare kebun yang sudah terserang. Sebab, serangan hama tidak bersifat global dalam satu hamparan kebun. ‘’Hanya di pinggir-pinggir jalan saja. Mungkin di daerah yang dilalui cahaya,’’ ujarnya.
Ditanya soal langkah yang sudah diambil, pihaknya sudah memberitahu hal itu kepada pihak PTPN V selaku bapak angkat koperasi pola KKPA tersebut. Berdasarkan keterangan dari pihak PTPN V, Hermayalis menyebutkan, perkembangbiakan ulat bulu sangat cepat. Dijelaskan, ulat-ulat itu nantinya akan menjadi kupu-kupu.
‘’Satu kupu-kupu bisa hasilkan 35 sampai 40 telur. Bisa dibayangkan bagaimana cepatnya ulat itu menyebar,’’ ujarnya.
Hermayalis menuturkan, pihak PTPN V menyarankan agar sementara waktu, pemberantasan hama dilakukan dengan cara manual. Sementara ulat dikumpulkan untuk dibawa dan diuji ke laboratorium. Diharapkan, kata dia, hasil penelitian laboratorium akan mendapatkan serum pembasmi dari hasil fermentasi ulat tersebut. Jika serum sudah didapatkan, maka akan dilakukan penyemprotan.(rdh)