LAM Dinilai Tak Bijak Urus Cabor PON

Riau | Selasa, 17 April 2012 - 08:33 WIB

PEKANBARU (RP)- Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau dinilai salah kaprah sebab terjebak dengan isu-isu bias urban (perkotaan).

Salah satu akibatnya, LAM jadi mengalami kekaburan fungsi dan struktur yang terhibernasi dalam mahkota pemimpinnya.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

‘’LAM malah terlibat dengan isu-isu politik perkotaan dan konstruksi orang kota seperti pelaksanaan PON, pengembangan kawasan Bandar Serai (Purna MTQ), yang bertabiat fenomena kota,’’ ujar Budayawan Riau, Yusmar Yusuf, Ahad (15/4).

Sejatinya, lanjut guru besar Universitas Riau ini, cabang dansa memang tak masuk dalam rumpun atau percabangan olahraga (sukan) yang diperlombakan.

Walaupun cabang ini masuk dalam majelis panjang kepengurusan KONI Pusat dan memiliki divisi khusus pula.

‘’LAM tak perlu mengomentari ihwal ini, bahwa dansa tak sesuai dengan adat resam orang Melayu Riau,’’ tuturnya.

Kalau ini dijadikan sandaran, lanjut Yusmar, maka seluruh cabang olahraga (cabor) PON tak satu pun sesuai dengan adat resam tempatan. Contohnya saja, renang memakai bikini, terjun payung berbusana body fit, polo air, loncat indah, senam irama, senam dalam hampir semua gaya, sepeda dengan pakaian ketat, dan malah bola kaki pun bukan mainan lokal yang dibuat oleh orang Melayu. Paling-paling main halma dan congkak atau bola keranjang, yang mengenakan baju kurung dan tengkolok saja yang diperlombakan.    

‘’Jikapun ingin mengomentari, carilah alasan yang lebih civilized, atau lebih intelek sedikit,’’ ungkapnya.

Menurut Yusmar, kalau menolak dansa, karena dia berbau Barat, maka hampir semua cabang olahraga itu berasal dan ditemui oleh Barat, termasuk bola kaki. ‘’Kalau begitu kenapa tak diajukan saja tari zapin sebagai pengganti dansa? Lengkap dengan baju Melayu dan kain samping, sopan sesopan-sopannya,’’ katanya.

Tak disuruh menyembah pun, penari zapin tetap akan nyembah melalui ‘’tahto’’ kata orang Siak alias tahta atau sesembahan. 

‘’Jangan karena di cabor ini kita tak memiliki peluang untuk menggaet medali, karena di cabor ini kita tak memiliki sumberdaya, langsung ditebas dengan alasan adat dan resam orang tempatan.

Seolah-olah adat dan resam itu menjadi legitimasi ketika para pengurus PB PON Riau kehabisan hujah untuk melawan logika yang sebenarnya salah dibangun oleh Jakarta selama ini. Sebut sajalah bahwa dansa bukanlah cabang olahraga. Sebagaimana permainan domino, bukan olahraga. Tetapi, catur bisa dipersepsikan sebagai olahraga,’’ bebernya.

LAM dinilai Yusmar juga sudah lancang bicara tentang ‘’netralitas’’ Pemilihan Gubri 2013. ‘’Kenapa memulai mengomentari? Semestinya dia jaga pintu, bahkan palang pintu. Di ujung-ujung perbincangan nanti baru memberi komentar. Belum apa-apa sudah menjebakkan diri untuk masuk ke wilayah cultural-politicking atau bahkan custome-politicking. Semestinya, isu itu tak perlu diseret ke wilayah manajemen adat,’’ kritiknya.

Dikatakannya, banyak pekerjaan LAM yang sejatinya mengarah dalam bentuk gebrakan pernyataan dan perbuatan kepada persoalan-persoalan kebudayaan dan hak adat masyarakat adat di Riau, khususnya masyarakat adat yang di kampung-kampung.

Lebih molek jika LAM bersetia mengurus tanah ulayat, mempertahankan sisa hutan Riau yang habis dilesak oleh industri berbasis hutan.

Lebih baik menggiring ke pertobatan kultural orang Melayu, yang dimulai dari upaya membangun keinsyafan ekologik dan keinsyafan diri pengurus LAM terhadap isu lingkungan.

Lebih elok melakukan advokasi taktis bagi masyarakat yang tinggal di kampung-kampung. LAM tidak hanya terlibat dan terjebak dengan isu-isu perkotaan semata.(nhk)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook