Laporan Muhammad Fadli, Pekaitan muhammadfadli@riaupos.co
Hanya berjarak 1,5 meter dari posisinya berdiri, Zulkifli (33), warga Kepenghuluan Pedamaran Kecamatan Pekaitan, Kabupaten Rokan Hilir, berhadapan dengan maut.
Peristiwa nahas itu terjadi pada Sabtu (10/3) sekitar pukul 00.00 WIB, kala Zul-panggilan akrabnya, siap mengambil air dari sungai. Begitu mau kembali ke rumah, langkahnya terhenti.
DI depannya, seekor buaya muara (crocodylus porosus) atau yang dikenal warga dengan sebutan buaya katak dengan bobot 600 Kg dan panjang tubuh lebih kurang lima meter, tengah menantinya dengan mulut mengangga, siap menyambar mangsa.
Zul terpaku menatap predator air itu. Hanya dalam hitungan detik ia tersadar dan secara reflek menghindar ketika buaya melakukan lompatan untuk menyambarnya.
‘’Saya baru balik dari menciduk air, begitu diserang saya langsung teriak-teriak memanggil orang di rumah. Memperingatkan bahwa ada buaya,’’ tutur Zul.
Beruntung predator sungai itu tidak terus merangsek dan memburunya. Serangan kilat itu hanya terjadi satu kali, selanjutnya buaya memutuskan untuk mundur dan melarikan diri. ‘’Setelah itu saya teriak panggil isteri, Inah, Inah, ado buayo,’’ tukasnya.
Malam itu penghuni rumah yang tengah terlelap yakni Inah, dan anaknya Suroso, Ika serta sang keponakan Sahlul, sontak terbangun dan berlarian ketakutan.
Ketika diwawancarai Riau Pos, Rabu (13/3), Zul mengaku dirinya cukup bertuah bisa luput dari predator itu, mengingat jaraknya yang sudah begitu dekat. Ia yakin, mengapa buaya tidak terus mengejarnya, dikarenakan buaya tersebut cacat.
‘’Tangan sebelah kanan buaya itu puntung, mungkin itu yang menyulitkannya untuk terus mengejar,’’ ujar Zul lagi.
Kisah penampakan, maupun penyerangan buaya terhadap manusia bukan pertama kalinya terjadi di kecamatan yang berbatasan langsung dengan Sungai Rokan ini.
Tahun 1985, di Kepenghuluan Pedamaran, seorang anak tewas ditangkap buaya. Seorang anak lainnya, meninggal dunia pasca sakit selama sepekan setelah berhasil menyelamatkan diri dari upaya penyerangan yang dilakukan oleh buaya.
Sebelum peristiwa teranyar berupa penyerangan yang berujung pada penangkapan buaya pada Ahad (11/3) pekan lalu itu, dalam waktu yang berdekatan ada tiga rentetan peristiwa penyerangan buaya terhadap manusia.
Pertama, seorang perempuan yang biasa dikenal dengan sebutan isteri Tuk Aziz, hampir menjadi makanan buaya, saat menimba air di sungai. Beruntung, timba yang dipegangnya terlepas saat disambar dan tubuhnya tidak ikut terjatuh.
Peristiwa kedua, ketika sekumpulan remaja sedang asyik bermain gitar di sekitar kediaman Zulkifli. Salah seorang di antara mereka yang menyadari keberadaan hewan predator tersebut langsung mengingatkan temannya dan berlarian menyelamatkan diri.
Peristiwa ketiga, tatkala warga bernama Isap berusaha menyeberangi sungai dengan berenang. Saat hampir sampai di tepi, tiba-tiba seekor buaya mengejarnya.
Beruntung, hewan penguasa muara tersebut tidak berhasil mengejar Isap yang duluan sampai ke seberang dan naik ke atas.
Dari empat kejadian penyerangan buaya pada manusia terutama yang bermukim di kepenghuluan Pedamaran, warga menyangsikan dilakukan oleh buaya yang sama.
Berdasarkan keterangan yang disampaikan dari saksi, ukuran buaya tersebut berbeda satu sama lain. Namun Ramli, warga Pedamaran meyakini buaya yang hampir memangsa Zulkifli merupakan yang terbesar.
Ahad (11/3), buaya yang beratnya setengah ton lebih itu ditangkap warga dengan mengunakan umpan seekor itik. ‘’Sekitar lima menit setelah di lempar, langsung disambar,’’ tukas Ramli.
Selanjutnya, warga yang terdiri atas 15 pria dewasa itu beramai-ramai menarik buaya ke darat. Penarikan buaya berjalan lambat karena bobotnya yang berat dan sempat terhalang pohon ketapang.
Hingga tengah malam baru buaya berhasil dinaikkan ke darat, itupun sempat disetrum dengan listerik untuk melumpuhkan dan memudahkan upaya evakuasi.
Selanjutnya buaya tersebut diikat dan dimasukkan ke kilang. Penangkapan tersebut diinformasikan warga dengan tim Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) wilayah II Dumai.
Namun kedatangan tim sendiri terlambat, mengingat pada Senin (12/3) pukul 05.00 WIB, diketahui buaya tersebut sudah mati. Senin itu juga buaya di bawa ke kantor KSDA di lokasi Bukit Jin, kota Dumai.
Telah Dimusnahkan
Buaya muara yang berhasil ditangkap warga Kepenghuluan Pedamaran, pada Ahad (11/3) telah dimusnahkan. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Kepala Resort Dumai, Ismail Hasibuan dan staff bidang KSDA Wilayah II Dumai, Subono kepada wartawan.
‘’Telah dimusnahkan dengan cara dibakar pada Selasa (13/3) lalu, ditanam di belakang Kantor Manggala, daerah operasi Bukit Jin Dumai,’’ tukas Ismail.
Ia menuturkan, setelah dilakukan pengecekan, buaya tersebut berbobot 600 KG dan panjang mencapai 4,7 meter. ‘’Ketika sampai kondisinya sudah membusuk dan baunya menyengat,’’ tukasnya.
Ia menerangkan, setelah dilakukan pemeriksanaan selanjutnya dibuatkan Berita Acara Pemusnahan (BAP) sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
Menurutnya, pembakaran dan penanaman buaya perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya hal yang tidak diinginkan seperti dikuliti. Ia menekankan, upaya pelestarian hewan tersebut perlu dilakukan.***