BENGKALIS (RIAUPOS.CO) - Ratusan warga Dusun Buyung Desa Kembung Luar kembali dihadapkan kondisi serba sulit disaat musim kemarau melanda.
Untuk kebutuhan mandi dan mencuci juga untuk masak dan minum, mereka harus pergi jauh ke darat, di kebun-kebun dan di pinggir hutan, karena air sumur dan parit mereka sudah berubah menjadi air asin seperti air laut.
Kondisi seperti itu terjadi saban kali musim kering melanda. Sudah berpuluh kali masyarakat meminta agar pemerintah membangun sumur-sumur bor di kampung mereka, tapi sampai hari ini belum ada sumur bor yang dibangun.
”Kasihan masyarakat, saban kali musim kering harus berjibaku mencari air bersih. Sebagian warga terpaksa pergi jauh ke darat, ke kebun-kebun yang paritnya masih ada air atau ke pinggir hutan. Soalnya air hujan di penampungan sudah habis, sementara air sumur dan parit sudah berubah menjadi air laut,’’ ujar Masitah S.Ag tokoh masyarakat setempat, Ahad (16/2).
Padahal kata Masitah, air-air parit di areal perkebunan tersebut juga mulai tidak jernih lagi. Ditengarai air di parit tersebut juga tidak layak untuk dikonsumsi.
”Tapi masyarakat tidak punya pilihan lain, mau tak mau yang tetap dikonsumsi,’’ jelasnya lagi.
Masih menurut Masitah, keinginan warga agar di kampung mereka dibangun sumur bor bukan baru satu atau dua tahun ini saja, tapi sudah begitu lama, sejak parit-parit di kampung mereka tidak lagi dialiri air dari hutan karena hutan sudah habis.
”Sumur bor bukan proyek wah yang harus menghabiskan anggaran milyaran. Satu sumur bor paling mahal Rp10 juta. Untuk membangun 10 sumur bor, baru menghabiskan anggaran Rp 100 juta. Anggaran yang sangat kecil apalagi dibanding dengan manfaat yang bakal diterima oleh masyarakat,’’ jelasnya.
Kondisi krisis air saat musim kering seperti ini kata Masitah sebetulnya tidak hanya dialami oleh masyarakat desa Kembung Luar, tapi juga sejumlah desa lainnya terutama di wilayah pesisir. Baik di pesisir Selat Melaka maupun Selat Bengkalis.
”Mohon pemerintah perhatikan ini. Kasihan masyarakat, saban tahun harus bersusah payah mencari air bersih. Anggarannya juga tidak sampai milyaran, paling besar Rp200-Rp 300 juta untuk desa-desa yang sulit mendapatkan air bersih,’’ harapnya.(evi)