KAMPAR (RP) - Para petani karet gusar dengan keadaan jembatan penghubung antara perbatasan Desa Merangin dan Desa Pulau Terap. Pasalnya jembatan sepanjang lebih kurang dua puluh meter tersebut mulai lapuk di makan usia.
‘’Jangankan pengendara sepeda motor, pejalan kaki yang melalui di atasnya pun sudah terasa goyah, sehingga masyarakat yang lewat mulai waspada. Sebagai alternatif, masyarakat sekitar secara swadaya membuat jembatan di sebelahnya dengan susunan kayu ala kadarnya,’’ kata Kepala Desa Pulau Terap, Husni, melalui Sekretaris Desa, Syaiful, kepada Riau Pos, Kamis (16/2).
Selain faktor usia, sebutnya, air sungai yang deras bila hujan turun juga mempengaruhi kekokohan jembatan. Tidak hanya jembatan saja, bila hujan tergolong cukup deras, maka pepohonan karet yang berada di areal tebing rubuh terkena gerusan aliran sungai dan menghantam kaki-kaki jembatan. Maka untuk mengantisipai warga dengan swadaya seadanya membuat jembatan dengan tumpukan kayu seadanya asal bisa dilalui.
Meski beberapa kali telah di ajukan permohonan agar bisa di bangun jembatan permanen, namun warga hanya bisa menunggu tanpa kepastian. Bahkan bukan dari pihak Desa Puau Terap saja yang mengusulkan agar ada perhatin terhadap jembatan tersebut, akan tetapi dari Desa Merangin juga ikut mengajukan permohonan.
Dia menyatakan, pihaknya mencoba memberi pengertian kepada warga agar bersabar dengan kondisi tersebut, karena pihak desa juga sedang melakukan permohonan pada Pemerintahan Kabupaten Kampar agar permohonan tersebut mampu direalisasikan.
‘’Jembatan tersebut memang cukup menjadi urat nadi hilir mudik warga, terlebih mereka yang ingin bekerja memotong karet, karena itu hanyalah satu-satunya jembatan yang ada. Namun bila jembatan tersebut di kemudian hari memang tidak bisa difungsikan lagi, maka yang terjadi, para petani dan pekerja karet akan terhenti aktivitasnya dan menyebabkan perekonomian tersendat,’’ ujarnya.
Menurutnya lagi, meski bisa dilalui dengan cara membuat jembatan tumpukan kayu seadanya, hal tersebut juga membuat proses pekerjaan itu tersendat karena harus dilakukan secara perlahan.
‘’Bisa dilalui dengan jembatan swadaya warga, tapi cukup menyendat pekerjaan, karena hasil karet harus dibawa dengan cara di angkat dan secara bergantian,’’ tambanhnya.(rdh)