MELIHAT PARSINI I DAN II, BAYI KEMBAR SIAM ASAL INDRAGIRI HULU

Sudah Buang Air, Detak Jantung Hanya Satu

Riau | Selasa, 17 Januari 2012 - 11:03 WIB

Sudah Buang Air, Detak Jantung Hanya Satu
Kepala Perinatologi RSUD Arifin Ahmad, dr Dewi Robinar memberi penjelasan penanganan bayi kembar siam, Senin (16/1/2012). (Foto: DEFIZAL/RIAU POS)

Laporan SYAHRUL MUKHLIS, Pekanbaru

Bayi kembar siam anak pasangan Riswanto (28) dan Parsini (29) belum diberi nama, sehingga tim medis RSUD Arifin Achmad Pekanbaru menyebut bayi tersebut Parsini I dan Parsini II.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Riswanto tidak banyak bicara saat ditemui Riau Pos di ruang Perinatologi RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru, Senin (16/1).

Hingga kemarin ia juga belum menyiapkan nama untuk anak ketiganya yang lahir kembar siam.

Tidak banyak yang bisa diterangkannya kepada wartawan pagi itu. Namun matanya terlihat berkaca-kaca saat melihat tubuh bayi perempuan dalam keranjang di ruang observasi Perinatologi tersebut.

Sebuah kemajuan yang diketahui tim medis RSUD bahwa sistem pencernaan kedua bayi asal Desa Kuala Gading, Kecamatan Batang Cenaku, Kabupaten Indragiri Hulu ini termasuk bagus karena sudah bisa buang air besar dan kecil. Melihat kenyataan tersebut, tim medis RSUD menilai sistem pencernaannya bisa bekerja baik.

Direktur Utama RSUD Arifin Achmad Pekabaru Dra Yulwiriati Moesa bersama tim medis yang dipimpin dr Tugabus Odih SpBA, dr Dewi Robinar, Dr Ayong menyebutkan secara umum kondisi kedua bayi kembar siam stabil.

Ini dilihat dari parameter medik, seperti pada fisik, pernafasan, kondisi darah, kerja kinerja alat-alat vital, dan pemeriksaan tambahan lainnya.

Namun, hasil observasi yang dilakukan oleh tim medis mendapatkan detak jantung hanya satu. Sementara jika ada dua jantung, maka biasanya ada perbedaan sepersekian detik antara detak jantung yang satu dengan detak jantung yang lainnya.

Tubagus mengatakan bahwa kondisi bayi sampai saat itu masih stabil. Untuk penindakan lebih lanjut harus penuh perhitungan dan pertimbangan karena kondisi bayi masih rentan.

‘’Kita tidak bisa terburu-buru melakukan CT Scan, atau tindakan apapun karena bisa berdampak buruk bagi bayi. Yang jelas untuk tindakan operasi dilakukan pada bayi yang sudah berumur enam atau sembilan bulan, saat ini belum bisa kita lakukan,’’ ujar Tubagus Odih saat memberikan keterangan kepada wartawan di RSUD Arifin Achmad, Senin (16/1) sekitar pukul 11.30 WIB.

Saat ini, tenaga yang terlibat adalah dari bedah anak, neonatologis, radiologi, patologi klinik, penunjang non medik dan medik. Pada prinsipnya, lanjutnya, tindakan yang dilakukan oleh RSUD adalah melakukan observasi dan identifikasi terhadap kelainan yang diderita pasien.

Soal pembedahan, Tubagus mengatakan bahwa jika dugaan sementara berdasarkan hasil analisa tim, kuat kemungkinan bayi kembar siam tersebut akan dirujuk ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.

‘’Kita akan melakukan supervisi dan koordinasi dengan rumah sakit yang bisa melakukan pembedahan dan pemisahan,’’ ujar Odih.

Dugaan sementara si bayi hanya punya satu jantung, karena Tubagus Odih hanya mendengar satu detak jantung saja, sehingga untuk sementara dugaannya adalah kedua bayi hanya punya satu jantung.

Ditanya bagaimana mungkin akan dilakukan pembedahan jika jantungnya hanya satu, Tubagus Odih mengatakan tentunya hanya diberikan pada satu saja.

‘’Asumsinya, jika detaknya hanya satu jantung, maka jantung kedua bayi hanya satu. Jika kondisinya jantungnya memang benar satu, maka satu jantung harus diberikan kepada satu pasien saja, tapi kita tidak bicara itu dulu karena itu sudah terlalu jauh,’’ ujar Tubagus.

Disebutkan juga, sampai saat ini kedua bayi masih dalam kondisi stabil dan belum kondisi berbahaya. ‘’Akan menjadi emergensi jika ada salah satu bayi meninggal, tapi saat kondisinya masih baik,’’ kata Tubagus.

Kasus Kedua

RSUD Arifin Achmad Pekanbaru baru dua kali menangani kasus kembar siam. Kembar siam yang pernah ditangani sebelumnya adalah jenis kembar siam yang memiliki dua kepala, satu badan dan dua tangan dan dua kaki. Sementara dua tangan lainnya tidak berkembang sempurna.

Dr Tubagus Odih mengatakan bahwa kasus peluang bayi lahir kembar siam adalah satu banding limaratus ribu kelahiran. Sementara jenis kembar siam juga berbeda-beda dilihat dari bagian tubuh yang menyatu.

Kembar siam yang dialami oleh bayi perempuan Parsini I dan Parsini II ini adalah Conjoined Twins Type Thoraco Omphalopagus atau dengan kata sederhana adalah kembar siam dengan bagian yang menyatu adalah dada dan perut.

Tubagus Odih menyebutkan bahwa jenis bagian yang menempel di dada dan perut ini masih termasuk langka karena kembar siam yang sering terjadi adalah kembar siam dengan bagian yang menyatu adalah perut saja.

‘’Jenis yang paling banyak adalah bagian yang menempel adalah perut, kalau ini memang datanya belum diketahui sehingga belum diketahui ini adalah kasus yang keberapa kalinya terjadi,’’ kata Tubagus.

Soal harapan hidup bagi bayi kembar siam ini, Tubagus Odih mengatakan harus dilihat dari berapa banyak kelainan yang dialami oleh pasien. Jika kelainannya hanya tunggal, maka peluang hidup lebih besar, tapi jika ada kelainan lain seperti masalah jantung, pencernaan dan organ lainnya maka kasus tersebut akan semakin rumit.

‘’Jika yang menyatu hanya perut saja, beberapa kasus yang terjadi peluan hidupnya cukup tinggi, tapi kita belum bisa memastikan untuk kasus ini,’’ kata Tubagus.

Penyebab pasti dari kelahiran kembar siam belum diketahui secara pasti dan belum ada jawaban yang pasti mengapa bisa terjadi kembar siam. Namun yang bisa dikatakan oleh ilmu kedokteran adalah kembar siam terjadi karena kegagalan dalam pemisahan saat perkembangan embrio.

‘’Penyebab pastinya belum diketahui, namun terjadi karena kegagalan pemisahan,’’ ujar Tubagus.

Parsini I dan II lahir dengan berat 4 Kg dan masa kehamilan 37 minggu melalui operasi caesar di RSUD Indrasari Rengat, Sabtu (14/1).

Operasi yang ditangani tim dokter dr Bagus (kandungan), dua dokter anastesi, dr Sabar Napitupulu dan dr Johan (anak) dimulai pukul 12.00 WIB dan berakhir pukul 13.00 WIB.      

Saat masih di RSUD Rengat, Riswanto didampingi keluarganya menyebutkan selama isterinya hamil tidak ada kendala yang berarti.

‘’Istri saya juga selalu dibawa konsultasi dengan bidan dan beberapa waktu lalu juga pernah memeriksa kandungan dengan dr Bagus. Tetapi dokter bilang, anak saya kembar dan saat itu belum diketahui kembar siam,’’ ujar Riswanto yang sehari-hari bekerja sebagai buruh sawit ini.

Ditanya, apakah isterinya ada mengalami hal-hal yang aneh selama hamil. Dijelaskannya, saat isteri saya hamil dia selalu menyebutkan adanya mimpi-mimpi buruk, tetapi tidak dijelaskannya tentang mimpi itu.

Dengan kondisi itu, ayah dari empat anak itu hanya pasrah dan selalu berdoa agar proses operasi memisahkan bayinya dapat berjalan dengan lancar.

‘’Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Bupati yang sudah membezuk dan memberikan bantuan,’’ ucapnya dengan wajah yang terlihat sedih.(ila)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook