KEPULAUAN MERANTI

Serangan Hama Kendala Tingkatkan Produksi Nipah

Riau | Rabu, 16 Desember 2015 - 09:24 WIB

MERANTI (RIAUPOS.CO) - PENGELOLAAN tanaman nipah di Kepulauan Meranti yang dilakukan oleh PT First Flower masih belum maksimal. Serangan hama masih menjadi kendala utama bagi perusahaan tersebut dalam meningkatkan produksi.

  Asisten Lapangan First Flower, Hamdan, menuturkan saat ini yang menjadi musuh utama kelompok penyadap di lapangan adalah serangan kera, musang dan tikus. Hewan hutan tersebut selalu memakan nira-nira hasil sadap dari pohon nipah. “Hewan-hewan ini menjadi kendala terbesar dalam penyadapan nipah,” kata Hamdan, Selasa (15/12).

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

  Lebih jauh dijelaskannya untuk mengantisipasi hal tersebut, pihaknya telah coba merancang jenis wadah penampung nipah yang aman dari serangan hama. Namun hal itu masih dibicarakan oleh perusahaan dan belum dilaksanakan di lapangan.

  “Sebenarnya tanaman nipah di Meranti sangat berpotensi untuk dikembangkan. Tinggal saja teknis pengelolaannya yang perlu ditingkatkan,” tambahnya.

  Disebutkannya saat ini ada 7 kelompok masyarakat yang dibentuk untuk menyadap nira nipah untuk dijual ke First Flower, dengan jumlah masing-masing kelompok sebanyak 20 orang. Namun baru dua kelompok di Dusun Tanjung Baru Desa Darul Takzim yang sudah dilatih dan memulai proses penyadapan. “5 kelompok lagi di Bagan Melibur belum berjalan,” ujarnya.

Diakui Hamdan, jumlah produksi nira nipah yang diolah menjadi sirup di Singapura itu belum memuaskan. Dalam 3 bulan, jumlah nira yang dihasilkan baru mencapai 1000 liter saja.

Selain itu, ada faktor alam juga mempengaruhi proses penyadapan. Dimana dalam satu tahun penyadapan maksimal hanya bisa dilakukan selama 4 bulan, yakni Bulan April, Mei, Juni dan Juli. Sedangkan di bulan lain, tanaman endemik Meranti itu akan memasuki musim berbunga.

  “Memang masih bisa disadap, cuma hasilnya tidak sebanyak 4 bulan tersebut,” kata laki-laki yang aktif mengembangkan potensi nipah di Meranti itu.

  First Flower telah mengantongi izin seluas 8000 hektare lahan di Kepulauan Meranti. Sejauh ini baru sekitar 20 hektare yang telah dikelola untuk memproduksi nira.(amy)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook