Tiga Meninggal dan Belasan Dirawat karena DBD

Riau | Sabtu, 16 November 2013 - 06:57 WIB

SEIBEDUK (BP) - Penyakit demam berdarah dangue (DBD) kembali terjadi di Batam. Tiga bulan belakangan ini, tiga warga yang berdiam di wilayah Kecamatan Seibeduk tepatnya di Kelurahan Mangsang meninggal akibat terserang penyakit DBD.

Mereka adalah Saron Jatinegara (3), Rindani (6,5) dan Atikah Dwi M berusia delapan bulan.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

‘’Selama ini tiga bulan ini, ada 16 pasien yang berobat ke sini, tiga anak-anak meninggal,’’ ujar dr Suriyanti Kepala Puskesmas Seibeduk, kemarin (15/11).

Mereka yang meninggal karena positif mengidap penyakit DBD. Sementara 13 lainnya berhasil diselamatkan karena kondisi penyakit yang disebabkan oleh nyamuk aedes aegypty ini belum begitu parah.

Sementara itu, infomasi yang diterima RPG dari warga dan tokoh masyarakat Seibeduk secara umum diinformasikan ada enam warga yang meninggal akibat DBD ini. Sementara yang menderita sakit DBD biasa dan masih menjalani perawatan medis sekitar 25 orang.

‘’Kebanyakan anak-anak yang terjangkit. Di RW 02 dan RW 01 Kelurahan Mangsang masing-masing satu orang yang meninggal dan ada laporan masuk ke RW. Sementara 25 lainnya diselamatkan dan masih dirawat di rumah sakit,’’ ujar Ketua RW 02 Nurdin Ariyanto.

Penuturan warga dari mulut ke mulut sedikitnya enam orang warga yang dikabarkan meninggal akibat DBD ini. Namun, tiga lainnya tak melapor ke perangkat RT/RW.

‘’Sudah enam orang meninggal kebanyakan anak-anak. Sementara belasan orang lainnya masih dirawat di rumah sakit,’’ kata Lambertus tokoh masyarakat Mangsang.

Kebanyakan warga yang terserang DBD ini adalah anak-anak. ‘’Ada dalam satu keluarga bisa dua tiga orang sekali kena. Beberapa karena tak ada biaya diam saja tak berobat,’’ tambahnya lagi.

Menjangkitnya DBD ini diakui warga karena kurang bersihnya lingkungan sekitar. Program pengasapan dari Diskes Batam sudah tak berjalan lancar lagi.

‘’Terakhir fogging sekitar empat bulan lalu. Sekarang sudah jarang. Bubuk abate pembasmi jentik nyamuk juga tak dibagikan lagi,’’ tutur Darwin warga Mangsang lainnya.

Jumlah penderita DBD ini menurut dr Suriyanti cukup meningkat dari bulan-bulan sebelumnya. Ini disebabkan musim penghujan dan kurangnya kesadaran masyarakat menjadi penyebab DBD tersebut.

‘’Tiga bulan belakangan ini memang banyak pasien DBD, apalagi musim hujan sekarang ini, sehingga perkembang biakan nyamuk meningkat,’’ katanya.

Dengan kondisi ini Suryati berharap warga kembali memperhatikan kebersihan lingkungan. Bagaimana pun keberadaan nyamuk aedes aegypty ini disebabkan karena lingkungan kurang sehat. Upaya fogging bukan langkah pencegahan yang tepat. Pasalnya nyamuk ini dapat hidup di air bersih.(eja/rpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook