Budaya Melayu Jangan Tergerus Arus Globalisasi

Riau | Sabtu, 16 November 2013 - 06:48 WIB

PEKANBARU (RP:) - Kajian tentang sejarah dan budaya Melayu adalah hal penting untuk ditingkatkan.

Hal ini selaras dengan dengan visi dan misi Provinsi Riau yang telah ditetapkan bersama menjadikan Riau sebagai pusat kebudayaan Melayu.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

”Hilang identitas suatu bangsa, apabila hilang sejarah dan budayanya,” kata Plt Gubri HR Mambang Mit di sela-sela pembukaan seminar Diaspora Melayu, Jumat (15/11) di Siak.

Hadir dalam Bupati Siak Drs H Syamsuar MSi, sejarawan Riau Prof Suwardi MS, Wakil Bupati Siak Drs H Alfedri MSi, pengurus Ketua Legiun Veteran Riau Kol Pur Abbas Jamil, pimpinan projek Diaspora Nusantara Univesity Sains Malaysia (USM), Majelis Islam Kerajaan Terenggano Datok Tengku Ismail, akademisi Universitas Tun Husein On Johor Datok Akbal, Kajari Siak Zainul Arifin SH MH, Ketua Pengadilan Negeri Irfanuddin SH MH, Kapolres AKBP Dedi Rahman Dayan SIK, Sekda Drs H Amzar, kepala dinas, badan, bagian dan kantor di lingkungan Pemkab Siak.

Kata Mambang, apa yang bisa dibanggakan, ditonjolkan pada masa kini adalah sejarah dan kekayaan khasanah budaya.

Namun, diera globalisasi, bagaimana generasi muda kita mampu memajukan daerah ini melebihi pencapaian-pencapaian para tokoh dan masyarakat di masa lalu.

Di masa lalu, kata dia orang Melayu dapat berbuat banyak, bagaimana dengan era globalisasi sekarang ini. “Pada masa lalu terjadi hubungan yang snagat erat antara daerah Riau dengan semenanjung tanah Melayu,” sebutnya.

 ”Kami berharap generasi muda dapat mempertahankan dan melestarikan kebudayaan Melayu ini, jangan sampai hilang apalagi tergerus dengan arus globalisasi,” ujar Mambang,

Bupati Siak Drs H Syamsuar MSi menambahkan, komitmen Pemkab Siak dalam menjadikan diri sebagai pusat kebudayaan Melayu di Riau terus dilakukan. Berbagai pola dan juga rencana telah disusun dalam mengemas pembangunan kebudayaan.

Diakuinya kebudayaan Melayu ini sangat penting, dan Pemkab menyadari sebagai daerak eks kesultanan, yang dulunya tempat berkembangnya budaya Melayu memiliki tanggung jawab moral dan juga sosial dalam melestarikannya.

Namun dalam hal ini, tak hanya Pemkab semata, melainkan juga semua elemen masyarakat ikut andil didalamnnya, bersama-sama memajukan dan melestarikan budaya Melayu ini. “Kalau bukan kita siapa lagi,” ujar dia.

Kata dia, dalam persiapan pembangunan kebudayaan itu, Pemkab telah menyiapkan grand design dengan melibatkan para pakar. Kajian grand desain itu sebut dia, ada lima,  pertama, grand design sikap tingkah laku, kedua  produk budaya, tenun, makanan, kesenian tradisional.

Ketiga, pelestarian cagar budaya, dan ditentukan UU, ada konsep pestarian budaya. Keempat, kampung budaya, dan kelima museum, balai kerapatan, museum abalai adat, bemteng tangsi museum perjuangan.(adv/a)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook