PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Titik api di wilayah Sumatera masih ada. Berdasarkan pantauan Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) masih ada 315 hot spot (titik panas) yang tersebar. Empat di antaranya di Riau. Langkah pemadaman terus diintensifkan Satuan Tugas (Satgas) Darat dan Udara Siaga
Darurat Bencana Asap Provinsi Riau. Selain itu proses Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk membuat hujan buatan juga terus dilakukan. Penyemaian garam yang kini dilakukan BNPB RI tersebut diapresiasi Plt Gubernur Riau Ir H Arsyadjuliandi Rachman.
“Kalau memang ada awan TMC perlu dilakukan untuk membersihkan udara ini dari asap. Sekaligus kalau bisa dengan pengisian waduk di PLTA Koto Panjang untuk menjaga pasokan listrik,” terangnya.
Disinggung mengenai helikopter yang diterbangkan satu unit ke Sumatera Selatan (Sumsel), Plt Gubri mengatakan provinsi tetangga itu memerlukan helikopter untuk water bombing.
“Kebetulan kita sudah berkurang. Mudah-mudahan angin tak membawa asap lagi ke Riau. Ini tentu sudah dipertimbangkan oleh tim satgas,” sambungnya.
Terpisah, Kepala BPBD Riau Edwar Sanger mengatakan jumlah titik panas di Sumsel masih tinggi. Yakni 221 titik, Jambi 28, Lampung 1 dan Riau 4. Yang terpantau di Riau terdapat 4 titik di Indragiri Hilir (Inhil).
“Tim darat langsung memadamkan titik panas di lokasi. Dan koordinatnya diinformasikan ke satgas udara untuk dibom (water bombing,red),” tegasnya.
Kemudian berdasarkan data titik api petang kemarin, dari pantauan BMKG. Jumlah hot spot bukan malah berkurang, namun bertambah. Dari laporan pukul 16.00 WIB, meningkat menjadi 487. Di mana Sumsel terdapat 334 titik, Jambi 29, Lampung 38, Babel 64, Bengkulu 6, Sumut 1, Kepri 1, dan Riau 14.
“Seluruh tim terus memadamkan hingga sekarang (malam tadi). Karena dari 14 hot spot, konfiden di atas 70 persen hanya 9,” tambahnya.
Sembilan titik api tersebut seperti di Inhil 6 dan Meranti 3. Karenanya mulai pagi ini dua helikopter water bombing akan diturunkan ke dua daerah tersebut.
Pemadaman di OKI Terus Dilakukan
Upaya Satgas Siaga Darurat Bencana Asap Provinsi Sumatera Selatan bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berhasil menekan jumlah hot spot di wilayah Ogan Komering Ilir (OKI) Sumatera Selatan, setelah kemarin dibombardir dengan setengah juta liter air.
Namun, penurunan jumlah hot spot belum serta merta membuat wilayah di sebelah utaranya terutama di Jambi, terbebas dari paparan asap. Kualitas udara dilaporkan masih di tingkat sangat tidak sehat.
“Meskipun jumlah hot spot turun signifikan, kualitas udara yang diukur dengan konsentrat partikulat masih menunjukkan kualitas sangat tidak sehat,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, Kamis (15/10).
Pos Komando Satgas Siaga Darurat Bencana Asap Provinsi Sumsel mengimbau warga untuk menggunakan masker dan mengurangi aktivitas di luar rumah. Di samping itu, pemerintah daerah setempat juga mengimbau masyarakat untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
“Sebaran asap berasal dari Palembang ini masih berdampak pada kualitas udara tidak sehat di Jambi,” ujar Sutopo.
Jumlah hot spot yang turun drastis tidak menghentikan pemadaman api dan asap. Satgas darat dan udara melakukan pemadaman dan pendinginan (mopping up) di area terbakar dan berasap. Satgas udara yang dibantu pihak asing, Australia, Malaysia, dan Singapura, mengoptimalkan operasi pemadaman api dan asap, kemarin.
Jadwal Ujian Semester Mundur, UN Tetap
Dampak bencana asap tak hanya pada masalah kesehatan. Tapi juga terganggunya proses belajar mengajar di sekolah. Menyikapi hal ini, Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan Dasar Menengah (Kemenbuddikdasmen) memutuskan untuk mengubah kalender akademik sekolah-sekolah di daerah terdampak asap.
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Kemendikbud Hamid Muhammad menyampaikan, sebagian sekolah di enam provinsi terdampak akan mengalami perubahan jadwal akademik. Seperti misalnya, sekolah-sekolah di Riau. Rencananya, ujian semester siswa di sana akan diundur kurang lebih dua pekan dari jadwal semula.
“Sehingga, mereka akan ujian semester mulai tanggal 17-23 Desember 2015,” tuturnya di Jakarta, Kamis (15/10).
Dengan demikian, jadwal penerimaan rapor juga akan molor ke pekan pertama Januari 2016. Liburan semester pun otomatis ikut tergeser ke tahun depan.
Tapi, kali ini jadwal libur tidak diberikan selama dua pekan. Pasalnya, libur semester akan dipangkas satu pekan. Pemangkasan ini bertujuan untuk mengejar ketinggalan pelajaran yang ditinggalkan selama mereka diliburkan.
“Untuk menutupi jam belajar mereka,” ungkapnya.
Selain Riau, siswa-siswi di Jambi juga bernasib sama. Mereka akan mengikuti perubahan perubahan kalender akademik yang ditetapkan oleh Kemenbuddikdasmen.
Lalu, bagaimana dengan siswa-siswi di empat provinsi lain yang terdampak seperti Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan? Hamid mengatakan, sejauh ini kondisi belajar mengajar di sana masih dalam keadaan aman. Terlebih, kondisi asap di bulan Oktober ini semakin membaik. Sehingga, proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan lancar.
“Saat ini semua sekolah sudah normal kembali. Mudah-mudahan situasinya terus membaik sehingga tidak akan mengganggu proses kegiatan belajar mengajar siswa,” jelasnya.
Dalam kesempatan sama, Hamid memastikan bila jadwal ujian nasional (UN) dari siswa-siswi di enam provinsi tersebut tidak berubah. UN tetap dijalankan pada April 2016.
Menurutnya, skenario yang disiapkan sebelumnya tidak terpenuhi untuk kategori libur lebih dari 28 hari, yang mengharuskan UN diundur.
“Tidak ada yang diliburkan lebih dari itu. Sehingga semua masih on the track,” paparnya.
Dari data Kemenbudikdasmen sendiri, ada lebih dari 10 ribu sekolah di Riau dan Jambi yang diliburkan akibat kondisi asap yang memburuk.
“Di Riau, ada 3.588 SD, 1.079 SMP, 440 SMA, dan 200 SMK yang meliburkan siswanya selama dua pekan. Sedangkan Jambi, 5.410 sekolah diliburkan sepekan,” ujarnya.(mia/jpg/egp/fat)