Laporan FADHLI MU’ALLIM, Pujud dan JOKO SUSILO, Pekanbaru
Kawanan Gajah kembali merusak tanaman sawit yang berada pada areal perkebunan milik warga di Kepenghuluan Siarang-Arang, Kecamatan Pujud.
Hingga Senin (15/10) sebagaimana diterangkan Herman, warga dusun I RT 01/01 kawanan hewan bertubuh tambun itu diperkirakan masih ada di kepenghuluan tersebut. Namun titik keberadaan persisnya di mana tidak terdeteksi.
“Kedatangan gajah sudah disadari oleh salah seorang warga dalam dua hari terakhir saat turun ke kebun. Diperkirakan gajah datang dari kawasan Ulak Kemahang, Rokan Hulu karena di kawasan kita ini tidak pernah menjadi tempat tinggal gajah. Hanya lintasan saja,” tutur Herman diamini Datuk Penghulu Siarang, Rusman.
Curah hujan yang kerap terjadi sepanjang bulan September ini diperkirakan turut menjadi penyebab gajah mengungsi mencari dataran yang lebih tinggi.
Kepenghuluan Siarang selama ini kerap menjadi jalur lalu lalang gajah dengan tujuan menyasar tanaman sawit yang masih muda.
“Mereka berpindah-pindah merusak tanaman. Diperkirakan wilayah yang terkena dampak mencapai lima hektare,” ujar Herman.
Menurutnya ada beberapa kelompok gajah yang datang secara berombongan dan terpisah satu sama lain.
“Saya sendiri sempat melihat lima ekor kawanan gajah yang merusak sawit yang saya tanam. Sementara warga yang lain juga mengaku melihat kawanan gajah dengan ukuran berbeda di kebun mereka,” cetus Herman.
Diperkirakan ada lima kawanan gajah yang berkeliaran di kepenghuluan itu. Beruntung sejauh ini tidak menimbulkan korban jiwa, maupun kerusakan pada rumah yang ditempati warga.
Sebagian warga dengan areal perkebunan yang masih selamat dari pengrusakan saat ini mesti ekstra berjaga-jaga menunggui kebun mereka agar tidak dirusak.
Bagi yang tidak dirusak terpaksa sering di kebun, menjaga dari kemungkinan dirusak. Untuk mengusir gajah, warga membunyikan alat-alat yang menimbulkan suara berisik maupun menyalakan api dari pelepah kelapa kering atau membunyikan petasan.
“Menyedihkannya sawit rusak kan punya warga yang dikerjakan dengan susah payah. Kalau punya perusahaan, tak apa-apalah, karena dana mereka banyak. Begitu dirusak dapat ditanam lagi. Kalau warga seperti kita yang rusak tanamannya terpaksa mengumpulkan modal lagi dari awal,” cetus Herman.
Dirinya pun mengaku lebih memilih menunggu kawanan gajah itu benar-benar hengkang dari kepenghuluan, baru kembali mengurus kebun yang rusak tersebut.
“Tanaman sawit saya masih muda, ada 50 pohon, yang dimakan atau dirusak 45 batang. Kalau sudah begitu mau apa lagi, terpaksa menanggung saja. Mau diurusi sekarang takutnya bahaya. Mau dikasih pembatas, kebun tu tak terbatas do,” ungkapnya dengan logat Melayu Rokan Hilir yang kental.
Dia mengharapkan pemerintah daerah dapat memberikan tindakan penanggulangan agar kerugian yang menimpa warga tidak bertambah besar.
“Demikian juga dengan pihak terkait kami harapkan cepat tanggap. Jangan sampai ada korban antara gajah maupun manusia nantinya,” pungkas Herman.
Sampel Gajah Mati Dikirim ke Lab
Penyebab matinya gajah jantan di Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) yang ditemukan Tim TNTN pada Rabu (10/10) lalu, diduga kuat akibat memakan racun.
Hal itu diketahui berdasarkan hasil uji laboratorium dengan pengujian sampel pada organ gajah yang berumur lima tahun itu.
‘’Diduga memang memakan yang mengandung racun. Pihak BBKSDA sendiri telah mengirim sampel dari organ bangkai gajah tersebut ke lab. BBKSDA sepertinya yang lebih mengetahuinya,’’ kata Humas WWF Riau Syamsidar kepada Riau Pos, Senin (15/10).
Berdasarkan informasi yang diterima WWF Riau, gading gajah tersebut masih utuh. Kemungkinan tewasnya gajah tersebut jauh dari lokasi ketika dia memakan racun. Gading gajah tersebut saat ini telah diamankan. ‘’Gading gajahnya utuh dan sekarang diamankan oleh Balai TNTN,’’ katanya.
Sepanjang tahun 2012 ini, gajah yang mati di daerah TNTN Kabupaten Pelalawan mencapai delapan ekor. ‘’Kedelapan bangkai gajah yang ditemukan tim balai TNTN itu semuanya berkelamin jantan,’’ katanya.(muh)