PLTU Peranap 1.000 MW Segera Dimulai

Riau | Selasa, 16 Oktober 2012 - 10:31 WIB

JAKARTA (RP)- Provinsi Riau bakal memiliki pembangkit listrik berskala besar. Rencananya, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang berlokasi di Mulut Tambang Peranap, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau itu berkapaitas 1.000 Megawatt (MW).

Selain itu, perusahaan listrik pelat merah itu juga berencana membangun jaringan interkoneksi (high voltage dirrect current/HVDC 250 kilo Volt) Sumatera, Indonesia-Semenanjung Malaysia.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan Joint Development Agreement (JDA) oleh Direktur Utama PT PLN, Nur Pamudji bersama CEO Tenaga Nasional Berhad (TNB) Datu’ Ir Azman Mohd dan Direktur Utama Milawarman PT Bukit Asam (Persero) Tbk di Denpasar, Bali, Senin (15/10).

‘’Penandatanganan JDA ini untuk pengembangan, desain, keuangan, konstruksi, operasi dan pemeliharaan PLTU Mulut Tambang Peranap di Kabupaten Indragiri Hulu, Riau, serta membangun jaringan interkoneksi (high voltage dirrect current/HVDC 250 kilo Volt) Sumatera-Semenanjung,’’ ujar Pamudji melalui siaran pers yang diterima Riau Pos.

JDA ini merupakan kelanjutan dari Memorandum of Understanding (MoU) yang telah ditandatangani ketiga pihak pada tanggal 18 Juni 2012 di Jakarta.

Dikatakan Pamuji, PLTU Mulut Tambang Peranap yang berkapasitas 1.000 MW ini akan secara signifikan memperkuat pasokan listrik terutama Riau dan juga ke sistem interkoneksi Sumatera.

Setelah pasokan di dalam negeri cukup, ungkap dia, maka dimungkinkan untuk jual beli listrik antara Indonesia dan Malaysia melalui HVDC yang menghubungkan Garuda Sakti, Sumatera Indonesia dan Teluk Gong, Malaka Malaysia.

‘’Rencana jual beli listrik antar kedua negara ini dinilai sangat menguntungkan kedua belah pihak karena waktu beban puncak di kedua negara ini berbeda,’’ terang Pamudji.

Disebutkan Pamudji pula, beban puncak di Sumatera terjadi pada malam hari pada pukul 17.00 - 22.00 WIB. Sedangkan beban puncak di Semenanjung Malaysia terjadi pada siang hari tepatnya pukul 10.00- 14.00 waktu setempat.

Jadi pada saat Sumatera mengalami beban puncak pada malam hari sementara di Semenanjung Malaysia beban sedang rendah, maka bisa mengirim tenaga listrik ke Sumatera.

Begitu pula sebaliknya, saat Semenanjung Malaysia sedang mengalami beban puncak di siang hari maka Sumatera yang bebannya sedang rendah bisa mengirim tenaga listrik ke Malaka,’’ pungkasnya.(yud)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook