DURI (RIAUPOS.CO) - Pilgubri 2018 sejati要ya bukanlah pertarungan antar suku, agama, ras, dan antar golongan. Hal itu dikatakan pemuka masyarakat Mandau Agus Salim di Duri, Ahad (15/4).
"Mungkin perlu kami ingatkan bahwa Pilgubri 2018 ini bukanlah pertarungan SARA melainkan pesta rakyat lima tahunan untuk mencari pemimpin Riau lima tahun ke depan yang bisa membawa kemajuan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat," kata Salim.
Ia merasa perlu mengutarakan itu karena di balik riuhnya berita Pilkada Serentak 2018 ini, ada sedikit hal yang merisaukan. Sebab pilkada akan membuat masyarakat terkotak-kotak dan berkubu-kubu. Itu lumrah untuk sebuah pesta demokrasi guna mencari pemimpin ideal di sebuah daerah. Namun ia berharap kondisi itu hanya buat sementara saja.
"Akhir-akhir ini ada kekhawatiran kami, yang mana seolah-olah pilkada ini pertarungan suku atau golongan yang bisa menimbulkan gesekan di tengah masyarakat Riau yang heterogen," katanya.
Karenanya Salim berharap kepada tokoh-tokoh agama untuk tidak memposisikan diri menjadi corong untuk calon tertentu. Apalagi sampai mengatakan bahwa calon tertentulah yang paling benar, paling baik dan paling layak untuk dipilih.
"Bukankah Allah, Tuhannya orang Islam mengatakan bahwa kebenaran itu hanya milik Dia dan kita umat Islam, tidak terkecuali tokoh-tokoh agama (mubalig dan para ustaz, red) untuk tidak mengingkari itu. Semoga tokoh agama kita arif dan bijaksana dan tidak terjebak untuk kepentingan politik sesaat yang mana itu akan sangat merugikan kita untuk jangka panjang," ujarnya.
Salim juga berharap Pilkada Riau 2018 bisa mendapatkan pemimpin yang rahmatan lil ’alamin, pemimpin yang tidak memandang suku, agama, ras, dan antar golongan.(sda)