Eliminir Anggaran-Anggaran Mubazir
Pengamat Ekonomi Dr H Edyanus Herman Halim SE MS mengatakan, refocusing akan memiliki kaitan erat dengan stabilitas ekonomi daerah di beberapa aspek. Ia berpendapat banyaknya kegiatan yang batal dilaksanakan selama pandemi Covid-19 dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sehingga dananya bisa dialihkan untuk melakukan stimulus ekonomi. Terlebih sebagian sumber pendapatan daerah tidak bisa menghasilkan karena tidak beroperasi.
"Akibat PSBB beberapa sumber pendapatan daerah tidak mungkin diperoleh karena sumber-sumber tersebut tidak beroperasi. Dengan sendirinya refocusing dapat dijadikan sarana mempertajam prioritas ke arah pemulihan ekonomi yang akan mendorong terciptanya stabilitas ekonomi pada keseimbangan yang baru," kata Edyanus.
Menurut Edyanus, seharusnya pemangku kebijakan dapat melakukan refocusing yang mengarah pada upaya stabilitas ekononi, agar kehidupan perekonomian masyarakat kembali menggeliat. Sehingga juga dapat memberikan dampak positif bagi pemerintah.
“Kembali menggeliatnya ekonomi juga akan memberi dampak positif bagi pemerintah. Dari adanya penerimaan negara dari sumber-sumber yang sempat terhenti selama pandemi,” jelasnya.
Lebih lanjut, Edyanus mengatakan refocusing anggaran harus diarahkan pada upaya-upaya menghidupkan kembali roda kehidupan masyarakat. Membantu masyarakat yang tidak mampu, agar dapat bertahan dan menyesuaikan diri dengan kondisi dan situasi normal baru yang penuh tantangan.
"Selain itu diarahkan pada pemulihan pelayanan pemerintah pada masyarakat yang sempat terganggu oleh pandemi Covid-19. Misalnya dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan administrasi kependudukan lainnya," ungkap Edyanus
Dikatakan Edyanus, pemerintah juga harus memperbaharui infrastruktur terutama teknologi yang disesuaikan dengan tantangan kehidupan normal baru. Hal ini dikarenakan, infrastruktur sebelumnya belum terlalu mengedepankan teknologi. “Sekarang karena adanya protokol kesehatan tentu harus lebih mengedepankan basis virtual yang sarat dengan IT,” jelasnya.
Lebih lanjut, Edyanus menuturkan, pemerintah juga harus mengarahkan refocusing anggaran untuk memperkuat struktur dan kualitas APBD agar setiap rupiah yang ada dan dapat digunakan memang benar-benar tepat sasaran. Melalui refocusing ini, Edyanus mengharapkan pemerintah dapat mengeliminir anggaran-anggaran mubazir.
"APBD bisa makin efisien dan efektif. Anggaran akan makin berkualitas ditinjau dari sudut output dan outcome-nya," paparnya.
Tak hanya itu, Edyanus menekankan, agar refocusing ini tidak disusupi oleh tujuan-tujuan kotor yang dapat mencederai tujuan dari refocusing anggaran.
"Misalnya dengan menitip-nitipkan program yang kurang relevan atau me-mark-up mata anggaran yang gampang ditilep. Termasuk memindah-mindahkan sasaran program dari satu wilayah ke wilayah lainnya," ujar Edyanus.
Sementara itu Pimpinan Wilayah Bank Indonesia Provinsi Riau Decymus mengungkapkan, refocusing anggaran adalah pilihan yang tepat. Karena bagaimanapun nyawa manusia lebih penting.
"Sekarang ini anggaran dialihkan ke sesuatu yang sifatnya wajib, silakan tanya ke pemda yang wajib itu apa-apa saja. Yang jelas kalau bansos itu memang wajib, karena nyawa manusia lebih penting,” katanya.
Oleh karena itu, saat pemerintah memutuskan untuk melakukan PSBB yang menyebabkan perekonomian melemah, sehingga pemerintah harus menanggung semua itu, yaitu dengan memberikan bantuan sosial. "Anggaran-anggaran banyak dialihkan untuk Covid-19 yang sifatnya wajib," ujarnya.
Lebih lanjut, Decymus menuturkan sudah pasti refocusing anggaran ini tentu saja berkaitan dengan stabilitas ekonomi. Jika tidak ada bantuan sosial ke masyarakat, maka pengangguran semakin meningkat.(rir/a/ted)