STSR Harus Jadi Pusat Keunggulan Melayu

Riau | Sabtu, 15 September 2012 - 10:08 WIB

STSR Harus Jadi Pusat Keunggulan Melayu
KULIAH UMUM: Pendiri Yayasan Sagang, Rida K Liamsi memberikan kuliah umum di hadapan mahasiswa baru Sekolah Tinggi Seni Riau (STSR), disaksikan Ketua Yayasan Sagang Kazzaini Ks, Syamsul Bahri Samin dan Menrizal Nurdin, Jumat (14/9/2012). foto: said mufti/riau pos

PEKANBARU (RP)- Sekolah Tinggi Seni Riau (STSR) diharapkan menjadi pusat keunggulan budaya Melayu Riau.

Ia juga diharapkan menjadi tujuan masyarakat untuk menuntut ilmu dan mengetahui segala hal tentang budaya Melayu.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Hal ini disampaikan budayawan dan tokoh jurnalis Riau H Rida K Liamsi saat memberikan kuliah umum kepada mahasiswa baru STSR, Jumat (14/9).

‘’Saya berpesan, bukan hanya kepada mahasiswanya saja, tapi juga kepada pengurus STSR. STSR ini harus menjadi pusat keunggulan budaya Melayu Riau,’’ kata Rida.

Dipaparkannya, saat ini STSR mencoba menunjukkan mimpi besar untuk menjadikan Melayu sebagai pusat keunggulan.

‘’Ke sinilah orang akan pergi untuk menuntut ilmu segala hal tentang Melayu,’’ ujarnya.

Dalam eksistensinya, STSR mempunyai prospek untuk menjadi lembaga budaya yang diperhitungkan.

‘’Meminjam istilah Bung Karno, sepuluh saja mahasiswa STSR ini yang hebat, kita akan mengguncang Asia Tenggara,’’ ucap Rida disambut riuh tepuk tangan mahasiswa yang mengikuti kuliah umum itu.

Dalam materi yang bertema ‘’Mempertahankan Martabat Tamaddun Melayu dan Tantangannya, Perlu Semangat Melayu Baru’’, Rida K Liamsi memaparkan tamadun Melayu adalah segala hasil karya, warisan sejarah dan kebudayaan masyarakat Melayu yang kemudian menjadi roh dan semangat kehidupan masyarakat Melayu dalam mengarungi kehidupan sepanjang zaman.

‘’Tamaddun melayu adalah salah satu tamaddun terbesar dan sangat berpengaruh di dunia. Tamaddun Melayu kini menghadapi berbagai tantangan zaman untuk mempertahankan eksistensi dan jati dirinya,’’ ungkapnya.

Tantangan utama saat ini adalah warisan budaya yang membeku, masyarakat pendukung yang miskin, serta kebudayaan yang hanyut dalam pusaran budaya dunia.  

‘’Warisan budaya membeku karena rumpun Melayu kini tak pernah belajar dari kebesaran masa lampau. Warisan budaya hanya jadi artefak, museum, dan monumen tapi tidak lagi melahirkan hal yang inspiratif, sesuatu yang besar terhadap dunia,’’ katanya.

Dijelaskannya, pewaris tamaddun Melayu kini lemah dalam sumber daya manusia, tidak memiliki dukungan politik, dan miskin secara ekonomi. Lembaga kebudayaannya tidak mandiri, dan kehilangan motivasi.

Negeri Melayu yang kuat secara ekonomi tidak mempunyai akses ke kawasan rumpun Melayu lainnya. Karena halangan politik, ideologi dan jaringan ekonomi.

‘’Bahwa kita ini sebetulnya bagian dari kelompok masyarakat. Kita harus selalu merasa diri kita ini adalah seseorang yang berharga. Kita ini adalah sebuah nilai. Sekecil apapun manusia, manusia itu adalah sebuah nilai. Kita wajib melakukan sesuatu yang berharga. Masyarakat Melayu harus baik secara ekonomi. Karena perkembangan budaya sangat tergantung dengan pertumbuhan ekonomi,’’ urai pendiri Yayasan Sagang ini.

Dengan perkembangan dunia sekarang ini, Rida berujar, rumpun Melayu Riau kini memerlukan semangat Melayu baru yang sadar dan mau bekerja keras untuk meraih kembali kebesaran masa lalu.

‘’Rumpun Melayu memerlukan kesadaran Melayu baru melalui upaya membangun imperium bisnis Melayu bersatu untuk meraih kekuatan dalam bidang ekonomi dan keuangan agar kesempatan dalam meraih ilmu pengetahuan bisa diwujudkan,’’ terangnya.

Kata Rida lagi, STSR dan Yayasan Sagang yang menaunginya harus mengambil bagian dari perjuangan besar menyelamatkan tamaddun dan mempertahankan kebesaran rumpun Melayu.

‘’Hanya negeri yang makmur yang dapat meneruskan tradisi mewariskan kebudayaan masa depan negerinya. Hanya bangsa yang makmur yang dapat meninggalkan tamaddun yang besar. Begitulah Melayu dulunya,’’ tutupnya.(ali) 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook