PANGKALANKERINCI (RIAUPOS.CO) - Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang telah menyelimuti Kabupaten Pelalawan khususnya Kecamatan Pangkalan Kerinci sejak satu bulan terakhir, tampak tak kunjung menghilang. Bahkan, kondisi kabut asap ini semakin parah dan menebal pada Rabu (14/8) siang sekitar pukul 12.00 WIB.
Meski upaya pemadaman hingga bermunajat agar "Sang Pencipta" menurunkan berkahnya (hujan) melalui pelaksanaan Salat Istisqa massal, namun jerebu tampak kian menebal sehingga telah memberikan dampak yang sangat buruk terhadap kehidupan masyarakat.
Bahkan, Menteri LHK, Kapolri, Panglima TNI hingga Kepala BNPB telah turun ke Negeri Bono ini untuk meninjau kondisi karhutla dan telah mempersiapkan berbagai langkah penanggulangannya. Namun kabut asap tak kunjung sirna sehingga menganggu jarak pandang pengguna jalan.
Tidak hanya menyebabkan terjadinya peningkatan penyakit akibat kabut asap khususnya ISPA serta melemahnya perekonomian masyarakat, tapi udara kotor tersebut juga membuat keceriaan para anak -anak "tercuri" (hilang) karena terpaksa harus bermuram durja atau bersedih hati mengurung diri di dalam rumah.
Tidak ada lagi bantuan masker bagi ribuan masyarakat yang terkena ISPA, penghentian aktivitas sekolah hingga penetapan status darurat kabut asap oleh pemerintah. Kondisi ini pun telah membuat masyarakat di Negeri Seiya Sekata khususnya para orangtua menjadi resah karena khawatir anak mereka terkontaminasi udara yang tidak lagi sehat.
Seperti yang dituturkan salah seorang pengendara sepeda motor bernama Azima saat melintas di Jalan Sultan Syarif Hasyim Kecamatan Pangkalan Kerinci tepatnya di depan Kantor Bupati Pelalawan. Dikatakannya, dengan kondisi kabut asap yang kian menebal ini, maka dirinya terpaksa harus menjemput paksa anaknya di sekolah karena khawatir udara tak sehat mengganggu kesehatannya.
"Saya terpaksa menjemput anak saya dari sekolah di salah satu SDN Kecamatan Pangkalan Kerinci karena khawatir kabut asap yang kian menebal ini mengganggu kesehatannya. Bahkan, karena saya takut, saya terpaksa harus membeli masker untuk anak saya agar tidak terserang ISPA," ujarnya.
Diungkapkan ibu rumah tangga yang berdomisili di Jalan Akasia Pangkalan Kerinci ini, bahwa dirinya menilai Pemerintah khususnya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pelalawan setengah hati dalam menanggulangi masalah akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) ini.
Pasalnya, dengan kondisi kabut asap yang semakin parah ini, Pemkab Pelalawan masih belum meningkatkan status dari Siaga Darurat Karhutla dan Kabut asap menjadi dDarurat Kabut asap. Tidak hanya itu, Pemkab Pelalawan juga masih belum mengambil kebijakan untuk meliburkan aktivitas anak sekolah. Padahal, udara kotor saat ini, sangat berdampak terhadap kesehatan para anak-anak yang kondisi fisiknya masih belum kuat.
Parahnya lagi, lanjutnya, dengan kondisi jerebu yang kian menebal ini, pemkab melalui instansi terkait juga masih belum mengambil langkah cepat antisipasi peningkatan penderita ISPA dengan membagikan masker kepada warga.
Editor: Deslina