Suaka Elang-Chevron Lepas Duduy

Riau | Minggu, 15 Juli 2012 - 08:10 WIB

Suaka Elang-Chevron Lepas Duduy
Elang Brontok (Foto: journalhome.com)

Laporan Buddy Syafwan, Pekanbaru

Duduy seekor elang Brontok, Sabtu siang (14/7) di Hutan Adat Buluh Cina terbang bebas di alam liar. Ini setelah dilepas secara seremonial oleh manajemen PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) bekerja sama dengan Suaka Elang, yang dihadiri Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kemenhut RI, Bambang Supriyanto. Melepas ke alam liar yang dilaksanakan ini merupakan kali pertama untuk wilayah Sumatera. Pertimbangannya karena hutan adat Buluh Cina dianggap representatif, juga dinilai dari luas areal dan ketersediaan makanan, cukup mendukung kembang biak elang dan kecil kemungkinan terjadinya konflik antar sesama raptor.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Gunawan, pengelola Suaka Elang menyebutkan, elang brontok bernama Duduy ini berasal dari Sumatera. Untuk menempatkannya di Riau, khususnya Buluh Cina, pihaknya sudah melakukan survei selama beberapa bulan. ‘’Alasan strategis mengapa harus di Riau, karena masih tersedia lahan yang cukup. Juga mengedukasi agar masyarakat menjaga kelestarian hutan. Riau, khususnya Pulau Rupat menjadi wilayah perlintasan elang migran yang biasa melakukan breading di Siberia. Jumlahnya bisa mencapai puluhan ribu dan kehadiran mereka berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem,’’ sebut Gunawan.

Dia mencontohkan pada 1997, terjadi kebakaran hutan dan lahan. Saat itu, elang migran dari beberapa penjuru dunia itu tak bisa melintas. Dampaknya, terjadi lonjakan jumlah hama belalang di Lampung yang menyebabkan gagal panen. ‘’Elang itu menjadi predator puncak, ketika elang gagal melintas, terjadi ketidakseimbangan. Setiap tahun mereka rutin melintasi wilayah ini dan hutan menjadi salah satu indikator tempat hidup mereka,’’ imbuh Gunawan.

Sementara itu, Manajer PGPA Chevron Pacific Indonesia, Imamul Ashuri yang juga Koordinator Pelepasliaran Elang menyebutkan, komitmen perusahaan dalam menjaga lingkungan tak sebatas elang. Pihaknya bahkan menggambarkan bahwa saat ini, perusahaanlah yang tinggal di hutan, jadi bukan satwa yang harus menghindar, namun manusia.

Dia mencontohkan perihal upaya PT Chevron untuk tetap mempertahankan keanekaragaman hayati hutan lindung seluas 400 hektare di areal perusahaan. ‘’Sampai saat ini, kita masih mendapat laporan ada cukup banyak satwa, seperti harimau, gajah, babi, rusa, beruk serta sejumlah lainnya. Tak jarang juga masuk ke pemukiman. Namun, karena ini memang habitat mereka, kita tak berani menyentuh, apalagi mengusiknya,’’ paparnya.(ksm)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook