PEKANBARU (RP) - Kampus Bina Wydia Universitas Riau (Unri) di Jalan HR Subrantas, Tampan, Kamis (14/6) sekitar pukul 00.15 WIB dinihari mencekam. Ratusan massa dari kelompok pro dan kontra kongres mahasiswa, terlibat bentrok di Gedung Rektorat.
Akibat peristiwa itu, gedung rektorat berantakan, kaca berserakan dan puluhan mahasiswa terluka. Begitu pula tiga wartawan media cetak dan elektronik yang tengah meliput menjadi sasaran.
Pantauan Riau Pos di lokasi kejadian, kondisi mencekam ini sudah mulai terpantau sejak Rabu (13/4) sekitar pukul 20.00 WIB.
Kelompok massa berjumlah puluhan orang yang memperotes jalannya Kongres Mahasiswa Unri datang memenuhi pelataran parkir rektorat. Massa menuntut kongres dihentikan dan meminta agar pihak Rektorat Unri mengusut pengeroyokan terhadap tiga orang rekan mereka yang terjadi Rabu (13/6) petang sekitar pukul 16.00 WIB.
Massa ini juga menuntut puluhan orang mahasiswa yang berada di dalam rektorat agar keluar. Saat itu, massa dari kubu yang menolak kongres bisa diredam Pembantu Rektor (PR) III, Rahmat MT yang menemui massa dengan menjanjikan kongres dihentikan serta pelaku pemukulan akan diproses.
‘’Silakan laporkan, pemukulan ini akan kita proses,’’ ujar Rahmat MT menenangkan massa saat itu.
Meski massa sudah diredam, namun massa penolak kongres tetap bersikeras dan menginginkan puluhan orang yang berada di dalam rektorat keluar.
Sekitar pukul 21.00 WIB, kondisi kembali memanas. Saat itu, kelompok massa yang mendukung kongres berjumlah sekitar puluhan orang berkumpul dan membentuk barisan di depan musala rektorat.
Hal ini memancing emosi kelompok massa yang menolak kongres. Apalagi sempat beredar kabar bahwa kelompok pendukung kongres disusupi oleh mahasiswa dari kampus lain.
Sempat terjadi baku pukul di sana hingga dilerai dan akhirnya massa pendukung kongres mundur melalui jembatan di sebelah musala dan berkumpul di depan Laboratorium Bahasa Inggris UP2B Unri.
Usai keributan itu, kondisi kembali tenang, namun berangsur memanas. Karena, masing-masing kubu tampak mengumpulkan massa. Terlihat, massa yang berada di depan UP2B Unri, dari berjumlah puluhan bertambah hingga ratusan. Massa penolak juga tak mau kalah, mereka juga melakukan penggalangan massa.
Teguh Prihatna, fotografer dan M Ali Nurman reporter Riau Pos terkena lemparan di bagian kepala hingga bocor mengeluarkan darah. Sementara Danata, kameramen RTv terkena lemparan pada bagian wajah hingga terluka.
Sebelumnya, salah seorang yang mengaku alumni dan diketahui berinisial H, sempat melerai namun akhirnya juga terlibat keributan mulut dengan wartawan. ‘’Kau dari mana?,’’ tanyanya sambil menunjuk ke arah seorang reporter Harian Pekanbaru MX, Hendra.
Saat dijelaskan bahwa Hendra adalah wartawan yang sedang melakukan peliputan, ia kembali mempertanyakan dengan meminta pembuktian. Ia sendiri saat ditanyakan berasal dari mana, mengaku adalah alumni. ‘’Aku alumni,’’ ujarnya.
Intimidasi terhadap wartawan tak hanya berhenti di sana saja. Fotografer Riau Pos, Teguh Prihatna malah sempat diminta secara paksa kamera yang sedang dipegangnya.
Salah satu mahasiswa meminta untuk melihat isi foto dalam kamera Teguh, karena diintimidasi oleh beberapa orang, Teguh memperlihatkan isi kameranya. Beberapa orang yang mengintimidasi ini selanjutnya meminta Teguh untuk menghapus foto-foto yang ada di dalam kamera tersebut. Namun hal tersebut ditolak tegas olehnya.
Ancaman lain juga dialami Teguh. Saat ia duduk, seorang mahasiswa bersikeras ingin melihat dengan jelas wajah Teguh. Saat dijelaskan oleh rekannya bahwa Teguh adalah fotografer yang sedang bertugas, mahasiswa ini tetap berkeras.
Karena saat itu beberapa wartawan yang lain tetap melindungi, dan akhirnya mahasiswa ini sambil mengacungkan kayu balok yang dipegangnya mengeluarkan ancaman. ‘’Mati dia nanti,’’ ujar mahasiswa ini lalu pergi.
Sementara itu, Presiden Mahasiswa (Presma) Unri, Novri Andri Yulan memaparkan kericuhan kongres dikarenakan pro kontra saat kongres berlangsung. Massa pro kongres ini diduga ada yang berasal dari luar kampus atau bukan dari massa mahasiswa. Namun terkait hal ini pihak SC yang diwakili Ketua BEM Unri Novri Andri Yulan, mengakui tidak mengetahuinya.
‘’Saya tidak tahu kalau ada massa bukan mahasiswa, yang saya tahu, setelah lama terkurung dalam kondisi terkepung di rektorat, ada yang menggedor meminta kami keluar. Mereka adalah massa pro kongres,’’ ujar Novri.
Puluhan Wartawan ke Polresta
Sebagai wujud solidaritas, puluhan wartawan cetak dan elektronik mendatangi Mapolresta Pekanbaru, Kamis (14/6/12) siang. Puluhan wartawan yang mendatangi Polresta ini termasuk Pemred Riau Pos Raja Isyam Azwar disambut Kasat Reskrim, Kompol Arief Fajar Satria SH SIK mewakili Kapolresta Pekanbaru, Kombes Pol Drs R Adang Ginanjar. Kepada perwakilan wartawan ini Kasat Reskrim berjanji akan menindaklanjuti dugaan intimidasi terhadap wartawan yang sedang meliput saat itu.
‘’Laporan kita terima. Kasus ini akan diusut tuntas. Para pelakunya akan diproses sesuai dengan hukum yang berlaku,’’ ujar AKP Arief.
Sementara di Polresta Pekanbaru, Pemimpin Redaksi Riau Pos, Raja Isyam Azwar saat mendampingi Teguh Prihatna membuat laporan polisi mengatakan kepada Kasat Reskrim Polresta Pekanbaru, Kompol Arif Fajar SIK bahwa tindakan mahasiswa tersebut sudah masuk pada ranah pidana.
‘’Ini kami nilai sudah menghalangi dan mengganggu tugas wartawan kami saat bekerja. Sebagai mahasiswa mereka seharusnya tahu bahwa tugas wartawan dilindungi oleh undang-undang,’’ kata Raja Isyam.
Sementara itu Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Pekanbaru Ilham Muhammad Yasir sangat menyayangkan peristiwa intimidasi terhadap wartawan di lapangan. Apalagi menurut Ilham salah seorang anggotanya menjadi sasaran bentrokan tersebut.
‘’Kalau mahasiswa memahami tugas jurnalis, kejadian intimidasi dan pelemparan terhadap jurnalis takkan terjadi,’’ ungkap Ilham.
PWI Minta Diusut Tuntas
Dalam pada itu, PWI Cabang Riau, setelah melakukan investigasi terhadap kasus pemukulan dan intimidasi terhadap wartawan di Rektorat Unri, Kamis (14/6), mereka mencabut pendampingan LBH PWI terhadap mahasiswa yang terlibat kasus perusakan tugu PON.
Hal ini ditegaskan Ketua PWI Cabang Riau, H Dheni Kurnia di Pekanbaru. ‘’Dari dokumentasi yang kami peroleh, ternyata yang melakukan intimidasi dan pemukulan terhadap wartawan adalah mahasiswa dari kelompok yang dipanggil polisi karena terlibat perusakan tugu PON. Hal ini tak bisa didiamkan,’’ kata Dheni Kurnia.
‘’Kami sangat kecewa ternyata mahasiswa kelompok itu tak bisa memilah dan menghormati peraturan dan UU. Pekerjaan jurnalis itu dilindungi UU. Seharusnya mereka memahami. Dengan kenyataan ini kami jadi meragukan laporan yang disampaikan ke PWI kemarin, apalagi ada indikasi keterlibatan parpol dalam bentrok di Rektorat Unri,’’ tambah Dheni.
Menanggapi laporan wartawan ke pihak kepolisian baik massa pro maupun kontra kongres sama-sama menyerahkan penyidikan ke pihak yang berwajib. ‘’Saya tidak tahu karena saya tidak ada di lokasi pemukulan, namun silakan pihak kepolisian mengusutnya, siapapun pelaku silakan ditindak,’’ ujar Presma Unri Novri.
Hal senada juga dikatakan salah seorang Koordinator FMPK Haris. ‘’Di rektorat itu ada delapan unit CCTv, silakan dicek disitu. Security dan wartawan seharusnya tahu siapa yang pelaku dan siapa yang teraniaya di situ,’’ ujar Haris yang juga Ketua BLM Faperika Unri ini.
Rektor: Terbukti Kriminal, Kita Kriminalkan
Menyikapi bentrok yang melibatkan mahasiswa di Universitas Riau (Unri) Rektor Prof Dr Ashaluddin Djalil MS akan segera mengambil tindakan tegas. Rektor mengaku sedih, terutama berkaitan dengan perusakan gedung rektorat Unri yang menjadi sasaran amukan massa.
Rektor menanggapi serius hal ini dan akan segera membahasnya dalam rapat bersama jajarannya. ‘’Jika mereka bertindak kriminal, kami juga bisa mengkriminalkan mereka,’’ ujar Ashaluddin.(tim)