(RIAUPOS.CO) - WARGA yang bermukim di kawasan Sebanga, Duri masih saja dilanda krisis air bersih. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sebagian warga terpaksa membeli air. Pasalnya, air tanah di area tersebut tidak bisa diharapkan. Sementara air PDAM pun tidak pula mengalir ke rumah penduduk.
“Sudah lima belas hari air PDAM tidak mengalir ke rumah. Terpaksalah beli air. Satu tangki Rp40.000 ribu. Biasanya sekali beli dua tangki. Itu hanya cukup untuk empat hari saja,” ujar Supriandi, warga Jalan Utama Kelurahan Talang Mandi, Duri, Senin (14/5).
Diakui Andi, air bersih untuk mandi dan mencuci di Sebanga kini sudah jauh lebih mahal dibanding beras. “Kami hanya bertiga beranak. Sebulan habis 30 kilogram beras. Kalau per kilo dipatok Rp15.000, sebulan baru Rp450.000. Sementara untuk air bisa habis Rp600.000 sebulan,” bebernya.
Keberadaan PDAM Duri, lanjut Andi, sangat tidak membantu. Terutama sejak pasokan air baku dari PT Chevron tidak memadai lagi. Akibatnya, air menuju Sebanga sangat tidak mencukupi. “Kalau pun air PDAM hidup, kadang tak mengalir karena duluan disedot warga lain menggunakan mesin pompa,” tambah dia lagi.
Walau air PDAM tak lancar, pelanggan tetap harus bayar rekening air setiap bulan. Andi sendiri mengaku bayar rekening air sekitar Rp90.000 tiap bulan. “Padahal dalam sebulan belakangan, air PDAM baru sekali saja hidup. Itu pun cukup hanya untuk kebutuhan empat hari saja,” ucapnya.
Sungguh pun demikian, Andi mengaku, dirinya tidak lagi akan berharap banyak pada pemerintah.
“Kami tak perlu lagi berharap banyak pada pemerintah. Kami ragu, apakah kami masih diperhatikan oleh mereka-mereka yang di atas sana,” pungkas dia.(fia)