PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Harimau Bonita yang sudah menewaskan dua warga di Kecamatan Pelangiran, Indragiri Hilir, belum juga tertangkap hingga sekarang. Hal ini membuat orangtua merasa cemas untuk melepas anaknya ke sekolah. Sehingga siswa belajar di rumah.
Para siswa yang belajar di rumah ada di Dusun Sinar Danau, Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran. Aktivitas sekolah sudah mulai terganggu sejak Januari lalu. Sebab, harimau muncul sejak akhir 2017 lalu.
Siswa diliburkan untuk ke sekolah. Namun sebulan belakangan, aktivitas siswa SD di Dusun Sinar Danau yang jaraknya cukup jauh dari sekolah induknya ini pun mulai kembali berjalan normal. Tapi, aktivitas belajar-mengajar tidaklah di ruang kelas sekolah. Melainkan dialihkan ke rumah penduduk, tepatnya di rumah Ketua RT Danau, Rayo.
“Kalau untuk sekarang anak seolah kami evakuasi di rumah saya,” ujar Rayo selaku Ketua RT Danau, Dusun Sinar Danau, Desa Tanjung Simpang, baru-baru ini.
Rayo menyebutkan, setidaknya ada sekitar 34 siswa yang terdiri dari siswa kelas I hingga IV yang belajar di rumahnya. Sekolah itu adalah kelas jauh SD 010 Tanjung Simpang. “Itu biar aman, makanya di rumah saya,” sebutnya.
Sebelumnya, Bonita sempat dikabarkan menjauh dari pekampungan warga dan areal perkebunan. Harimau masuk ke areal hutan produksi. Namun beberapa waktu belakangan tampaknya si raja rimba ini kembali ke areal perkebunan.
“Dia udah nggak di sini, saya dapat informasi kabarnya dia di Eboni (areal perkebunan),” ucap Rayo.
Sementara itu, Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau Suharyono mengatakan, kalau Bonita memang kembali masuk ke perkebunan. Meski begitu, hingga saat ini pihaknya masih melakukan berbagai upaya agar Bonita bisa segara dievakuasi.
“Upaya penyelamatan Bonita masih tetap dilakukan. Tim tetap fokus di lapangan. Kamera trap dan box trap tetap terpasang,” katanya.
Sebelumya, harimau kembali menerkam warga di Kecamatan Pelangiran, Indragiri Hilir. Peristiwa ini, menambah angka korban meninggal dunia akibat terkaman harimau. Setidaknya dalam tahun ini saja, sudah dua nyawa manusia melayang akibat keganasan si raja rimba.
Peristiwa nahas di 2018 ini, pertama terjadi pada 3 Januari lalu. Salah seorang karyawan PT Tabung Haji Indo Plantation (THIP) tewas diterkam harimau. Karyawan yang bernama Jumiati (30) itu, diserang harimau tepat berada di dalam perkebunan sawit, yang masuk ke dalam wilayah administrasi Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran.
Tepat 66 hari setelah kejadian itu, salah seorang warga Desa Pulau Muda, Kecamatan Teluk Meranti, Pelalawan, kembali menjadi korban keganasan harimau. Korban yang bernama Yusri (34), tewas seketika diterkam harimau, di Dusun Sinar Danau, Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, Sabtu (10/3) malam. Lokasi ini berjarak 20 km dari lokasi tewasnya Jumiati.(dal)