PEKANBARU (RP) -Sebanyak 445 Jamaah Calon Haji (JCH) Kloter 5 asal Kota Pekanbaru bertolak ke Embarkasi Batam, Jumat (13/9).
Keberangkatan JCH ini dilepas haru pihak keluarga yang mengantar hingga ke Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II, Pekanbaru.
Pantauan Riau Pos di Bandara SSK II, jamaah Kloter ini diberangkatkan ke Bandara Hang Nadim Batam dengan tiga penerbangan yakni pukul 09.00 WIB, 11.30 WIB dan 14.30 WIB.
Sebelum keberangkatan pertama terlihat suasana sangat berbeda. Tak seperti kebiasaannya pengantar bisa melihat dan melambai keluarga yang masuk pesawat, kali ini keluarga hanya bisa melihat JCH masuk terminal Bandara saja.
Salah seorang keluarga yang mengantar, Wati (37) terlihat melepas suaminya dengan tangis bahagia. Dia mengharapkan, suaminya yang berangkat beribadah ke Tanah Suci dapat kembali ke Tanah Air dengan menjadi haji yang mabrur.
‘’Saya iklas melepaskan suami saya beribadah dan berharap selamat pergi dan selamat pulang nantinya. Dan bisa menjadi haji yang mabrur,’’ harap Wati sambil air bening yang meleleh di pipinya.
Dengan menggunakan kostum haji dan dilengkapi paspor dan tanda pengenal, JCH Riau terlihat cukup tertib memasuki bandara hingga menaiki ‘’burung besi’’ itu.
Wajah-wajah penuh kebahagian terpancar dari JCH yang siap menunaikan ibadah Rukun Islam kelima itu di Tanah Suci.
‘’Alhamdulillah sudah siap sejak lima tahun lalu. Doakan saja jamaah haji Kota Pekanbaru sehat dan dapat mengikuti seluruh rangkaian ibadah haji di Tanah Suci Makkah. Persiapan kita sudah sangat matang, kita kan sudah pernah mengikuti bimbingan manasik haji baik tingkat kecamatan maupun tingkat Kota Pekanbaru,’’ ungkap salah seorang JCH sebelum menuju ruang tunggu Bandara.
Sebelum tiba di bandara, JCH Pekanbaru dilepas Assisten II Pemko Pekanbaru HR Dorman Johan di Masjid Agung An-nur. Dorman yang didampingi Kepala Kemenag Kota Pekanbaru Edwar S Umar, berpesan agar jamaah dapat melaksanakan seluruh proses rangkaian ibadah haji di Tanah Suci.
Jamaah juga diingatkan agar menjaga nama baik Pekanbaru dan Riau. ‘’Nama baik itu penting dijaga, dan jangan lupa juga menjaga kesehatan karena kondisi di sana berbeda dengan di Indonesia serta jadilah JCH yang mandiri,’’ ungkap Dorman.
Pantauan Riau Pos, di ruang tunggu penjemputan di Masjid Agung An-Nur para JCH diberikan sedikit pemahaman terkait rangkaian proses ibadah haji. Serta kondisi udara yang berbeda sekali dengan di Indonesia.
Kasi Haji dan Umrah, Kemenag Kota Pekanbaru H Darwison MA mengatakan, dijadwalkan JCH Kloter 5 ini diberangkatkan menuju Madinah menumpangi Saudi Arabian Airlines, Sabtu (14/9).
‘’Insya Allah sekitar pukul 9.00 WIB jamaah sudah diberangkatkan ke Madinah,’’ kata dia. Lanjutnya, perjalan udara tersebut diperkirakan bakal memakan waktu 9 jam. Darwison mengatakan, secara keseluruhan kondisi jamaah Kota Pekanbaru dalam keadaan sehat.
‘’Doakan saja jamaah kita selalu sehat,’’ tutup Darwison.
Sementara Kasi Pendaftaran dan Dokumen Haji Kemenag Riau H Defizon mengatakan, JCH Kloter 5 masuk asrama pada 13 September. JCH yang berjumlah 450 orang tersebut berangkat ke Tanah Suci pukul 09.30 WIB dari Bandara Hang Nadim Batam dan diperkirakan tiba di Madinah pukul 14.20 WAS. JCH berangkat menggunakan pesawat Saudi Arabia Airlines dengan nomor penerbangan SV 5611.
‘’Insya Allah keberangkatan berjalan seperti yang direncanakan. Besok (hari ini, red) giliran JCH asal Kota Pekanbaru yang berangkat ke Madinah,’’ ungkapnya.
JCH Riau tersebut dijadwalkan dilepas Wakil Gubernur Riau HR Mambang Mit bersama pihak Kanwil Kemenag Riau di Asrama Haji, Batam. Keberangkatan JCH Riau tersebut juga didampingi tiga tenaga medis dan Tim Pemandu Haji Indonesia serta Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TPHI).
Dia juga menjelaskan, untuk JCH Kloter 4 yang tiba di Madinah bermaktab di Jumaizah. Sedangkan untuk Kloter 5 dan 6 di Jarwal yang jaraknya tak jauh dari tempat-tempat ibadah.
JCH Kloter 5 ini akan berada sekitar 40 hari di Tanah Suci. Dijadwalkan pada 24 Oktober pukul 22.05 waktu Jeddah bertolak kembali ke Tanah Air.
Dari jadwal tersebut, JCH asal Kota Pekanbaru itu akan tiba di Indonesia pada 25 Oktober pukul 11.05 WIB dengan nomor penerbangan SV S410.
Sedangkan Sabtu (14/9) ini, JCH Kloter kedua Pekanbaru akan diterbangkan ke Embarkasi Batam dengan jumlah 167 JCH menggunakan pesawat Sriwijaya Airline.
Penghapusan Transit di Jeddah
Kemudian, Kementerian Agama (Kemenag) menyayangkan sistem baru urusan transportasi kepulangan jamaah haji dengan menghapus masa transit sekitar 24 jam di Jeddah. Sebagai gantinya, jamaah haji yang bergerak pulang dari Makkah langsung digiring menuju Bandara King Abdul Aziz. Jika tidak disiapkan sedini mungkin, sistem baru ini berpotensi menimbulkan banyak masalah.
Sekretaris Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Sesditjen PHU) Kemenag Cepi Supriyatna mengatakan, sistem baru ini membutuhkan pengaturan pergerakan jamaah haji dengan perencanaan waktu yang matang. ‘’Jika dilakukan asal-asalan, bisa terjadi penumpukan jamaah haji di pelataran pemondokan atau bahkan di bandara (King Abdul Aziz, red),’’ kata dia.
Hal ini disampaikan Cepi kepada 414 orang petugas haji daerah kerja (Daker) Makkah Kamis malam lalu. Dia menuturkan bahwa tahun ini, beban tugas petugas haji khususnya di Makkah lebih berat. Cepi mengatakan pemangkasan kuota haji, bukan berarti membuat beban pekerjaan petugas haji semakin ringan.
Cepi menuturkan untuk mengatasi penghapusan sistem transit di Jeddah ini, setiap kepala regu atau kepala rombongan (karu dan karom) wajib melapor ke petugas haji maksminal tiga hari sebelum jamaah pulang dari Makkah. ‘’Tolong paparan teknis ini diperhatikan sebaik-baiknya,’’ paparnya.
Dia menuturkan bahwa para Karu dan Karom wajib melaporkan kesiapan dokumen imigrasi jamaah haji sebelum pulang ke tanah air. Khususnya adalah kelengkapan paspor.
Pemeriksaan paspor tiga hari sebelum kepulangan ini penting, karena untuk mengatasi jika ada kasus paspor hilang. Cepi menuturkan jeda tiga hari itu bisa dipakai untuk pengurusan SPLP (Surat Perjalanan Laksana Paspor).
Setelah dokumen imigrasi jamaah haji dicek, Cepi menuturkan petugas wajib menenangkan jamaah haji.
Dia mengatakan setiap menjelang kepulangan, jamaah haji selalu resah dan ingin cepat-cepat keluar dari pemondokan.
‘’Mereka umumnya sudah terbayang-bayang Monas (Monumen Nasional, red),’’ papar Cepi lantas tertawa.
Jika tidak diantisipasi, Cepi mengatakan jamaah akan meluber ke pelataran pemondokan beberapa waktu sebelum diberangkatkan ke bandara di Jeddah. Jika terjadi kasus peluberan jamaah haji di pelataran pemondokan, pemerintah Indonesia selalu mendapat teguran dari kementerian urusan haji Arab Saudi.
Potensi masalah lainnya adalah, jika pergerakan jamaah haji dari Makkah menuju bandara di Jeddah lebih cepat dari jadwal yang ditetapkan.
Bisa terjadi penumpukan di bandara King Abdul Aziz. Idealnya persiapan pemberangkatan dari Makkah menuju Jeddah dilaksanakan sekitar 10 jam sebelum penerbangan.
Sebaliknya jika jamaah haji tidak segera diberangkatkan ke bandara King Abdul Aziz, pesawat bisa mengalami keterlambatan penerbangan.
‘’Tahun ini adalah tahun pertama penghapusan transit di Jeddah. Jadi harus diperhatikan dan diatur dengan tertib,’’ ucap Cepi.
Dia meminta petugas haji mulai awal sudah berkoordinasi dengan karu dan karom terkait penghapusan sistem transit di Jeddah itu. Sehingga secara berjenjang bisa disampaikan ke jamaah haji.(wan/jpnn/rio/ilo)