PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Dalam pada itu Kepala Laboratorium Udara Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Pekanbaru, Syahrial menyebut angka ISPU, kemarin (12/8) tercatat masih dikategorikan sedang dengan angka 65. Data itu setiap pukul 15.00 WIB diperbaharui lagi. Syahrial mengatakan terdapat dua data display milik Pemko Pekanbaru. Yakni di Jalan Jendral Sudirman, di depan Mal Pelayanan Publik dan Jalan Tuanku Tambusai.
"Kalau yang di Jalan HR Soebrantas itu milik KLHK. Bukan milik Pemko," ungkap Syahrial kepada Riau Pos.
Data display ISPU yang dimiliki KLHK, kata Syahrial, menggunakan sistem yang berbeda dengan pihaknya. Akibatnya, menimbulkan persoalan.
"Orang bertanya ke saya, sementara saya tidak bisa jawab. Karena itu yang kelola mereka," ujarnya.
Hasil pemantauan Riau Pos, ISPU Yang berada di Jalan HR Soebrantas itu menunjukan O3 (ozon) berada di level tidak sehat hingga sangat tidak sehat. Sementara, dua display lainnya tidak menunjukkan hal itu. "Untuk menyatukan data itu ada instrumen harus diubah. Ini susah untuk orang IT menyatukannya. Perlu biaya, siapa yang mau menanganinya," jawabnya.
Untuk masalah karhutla, ujar Syahrial, seharusnya yang tinggi itu parameternya PM10 untuk partikel debu.
"Kalau lagi asap gini, tinggi ozonnya aneh juga," sambungnya.
Dijelaskan Syahrial, untuk pencemaran udara (PM10) itu biasanya dipengaruhi karhutla. Sementara SO2 (sulfur dioksida) dihasilkan dari pembakaran diesel, pembangkit tenaga listrik, emisi dan lainnya. "Untuk parameter CO (karbondioksida), NO2 (nitrogen dioksida), SO2 dan O3 itu gas l. PM10 itu pencemaran udara seperti debu dan karhutla," jelasnya.(ayi/*1/wir/fat)
Editor: Arif Oktafian