PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Bekerja dibagian IT di sebuah perusahaan minyak terbesar di Indonesia tak membuatnya merasa berpuas diri. Budi, begitu ia akrab disapa memilih untuk terus membasahi otaknya dengan ilmu ilmu baru.
Lingkungan menjadi hal yang menarik baginya, karena menurutnya saat ini permasalahan lingkungan masih sangat membutuhkan kepedulian besar dari SDM.
Alhasil, sembari bekerja ia juga mengambil gelar S2 dan S3 ilmu lingkungan di Unri. Disana, ia menjadi tahu banyak mengenai kondisi lingkungan saat ini.
Untuk penelitian S2 sendiri, pria yang kini menjabat sebagai Team Leader Decission Suport Centre , Operation and Maintanance South PT CPI ini meneliti mengenai pencemaran di Sungai Siak.
‘’Untuk penelitian tersebut saya mengangkat tema mengenai pencemaran Sungai Siak menggunakan metode Willingness To Pay.
Metode tersebut menjelaskan kemampuan masyarakat untuk membayar. Kalau sungai diperbaiki dan membutuhkan dana, berapa kira-kira mereka akan membayar. Alhasil, keinginan tersebut bisa dibilang sangat rendah.
Yakni hanya Rp50 ribu hingga Rp80 ribu per orang,” papar Budi kini tinggal di Minas ini.
Hal tersebut membuktikan bahwa kepedulian masyarakat untuk merawat sungai sangat rendah.
Menurutnya, dinegara negara besar lain dibelahan dunia, Willingness To Pay dari masyarakat tinggi. Itu berarti kepedulian mereka terhadap lingkungan juga cukup tinggi.
Adapun solusi yang ditawarkan adalah, pemerintah dari tiga kabupaten/kota yang dialiri Sungai Siak harus berpadu mengatasi pencemaran tersebut.
‘’Kita sudah ada solusinya. Sekarang tinggal sejauhmana pemerintah ingin menciptakan lingkungkungan yang bebas pencemaran. Jika sangat ingin, tentu solusi tersebut bisa dijadikan panduan,’’ ungkapnya.
Sementara itu, untuk penelitian doktoralnya, ia mengangkat tema mengenai gambut. Kebakaran lahan di Riau yang sudah terjadi belasan tahun mengusik hatinya.
Ia ingin mengetahui akibat dari kebakaran tersebut bagi lingkungan. Berbabagi hal diuji dilingkungan sampel di Teluk Meranti.
Meski ia adalah orang yang bekerja diperusahaan, namun untuk melakukan penelitian tersebut ia mengambil sample dilahan gambut yang dibuka oleh masyarakat.
Kondisi antara lahan gambut sebelum dan sesudah dibakar dibandingkan. Hasilnya beberapa hal positif memang ditemukan, seperti peningkatan unsur hara atau ph tanah dan lainnya.
Namun menurutnya hal tersebut hanya dampak positif sesaat saja. “Jauh lebih banyak efek negatifnya.
Seperti asap, kerusakan lahan dan lainnya sehingga kita membuat sebuah rancang bangun model untuk simulasi kebakaran tersebut.
Ada beberapa hal yang ingin kita ketahui, yakni bagaimana dampak kebakaran bagi lingkungan, bagaimana partisipasi masyarakat, keberlanjutan dan hal lain,” tambahnya.
Melalui sebuah software, hal tersebut bisa diketahui. Kondisi lahan saat ini dimasukkan, setelah itu software bisa mensimulasi bagaimana kondisi tersebut dibeberapa tahun kedepan.
Baik itu karakteristik, jumlah api atau hot spot dan lainnya. Simulasi tersebut tentunya sangat membantu berbagai pihak dalam penanganan kebakaran.
‘’Konseptualnya sudah jelas dan ni bisa dikembangkan lagi jika pemerintah membutuhkannya. Inilah salah satu bentuk kontribusi kita sebagai orang ilmu lingkungan untuk daerah,’’ lanjutnya.
Meski saat itu sibuk disertasi, pekerjaannya di perusahaan tetap berjalan. Ia bahkan dipercaya sebagai tim leader dalam mengawasi, mengkontrol dan mengambil tindakan dari setiap alat alat yang berada di dalam kawasan south, yakni distrik Minas.
Ia bersama tim bekerja disebuah ruang yang dipenuhi monitor monitor besar yang menampilkan kondisi dari berbagai alat, mesin maupun cctv dari wilayah keberadaan alat tersebut. Sehingga, jika terjadi sesuatu, ia bisa langsung mengetahuinya dan cepat mengambil tindakan.
Pria yang sudah 15 tahun bekerja di PT CPI ini berharap kedepan jikalau ilmu yang ia miliki mengenai lingkungan tak bisa ia tuangkan di perusahaan, ia nantinya bisa menjadi seorang konsultan khusus lingkungan.
‘’Memang antara kesibukan diperusahaan dan penelitian lingkungan sulit untuk berjalan beriringan. Namun, disini peran kita sebagai alumni ilmu lingkungan dituntut.
Untuk itu, kedepan target memang ingin menjadi konsultan lingkungan. Sehingga ilmu yang ditimba di Unri ini bisa lebih dirasakan manfaatnya,’’ tutupnya.(eko)