SELATPANJANG (RIAUPOS.CO) - Setelah dinyatakan zero hot spot (titik panas) selama dua hari, Kamis-Jumat (10-11/3) , sejak Ahad pagi (13/3) pagi tiba-tiba hot spot di wilayah Kepulauan Meranti mencapai 16 titik.
Melihat itu, Tim Siaga Karhutla Kepulauan Meranti langsung turun ke sejumlah lokasi kebakaran. Mereka turun ke sejumlah titik terparah.
Tim Siaga Karhutla Kepulauan Meranti yang turun di antaranya, Kapolres Kepulauan Meranti, AKBP Zahwani Pandra Arsyad SH MSi bersama Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), M Edy Aprizal SH MSi, Danramil, Kapolsek setempat dan Camat setempat.
Pada Sabtu (12/3) Tim Siaga Karhutla Kepulauan Meranti turun lebih dulu ke wilayah Desa Semukut, Kecamatan Pulau Merbau. Setelahnya pada Ahad (13/3) tim turun ke Desa Mekarsari Kecamatan Merbau.
“Makanya dengan berbagai keterbatasan, kami tetap berupaya turun ke lapangan dan membantu upaya pemadaman.
Selain itu kami juga mengkoordinasikan kejadian karhutla di wilayah kita kepada Tim Satgas Karhutla di Provinsi Riau yang ada di Pekanbaru. Sehingga dapat dilakukan upaya pemadaman bersama,” ungkap Kepala BPBD Kepulauan Meranti itu, Ahad (13/3).
Menurutnya kejadian kebakaran di Semukut Pulau Merbau yang dipadamkannya bersama tim lainnya sempat padam pada Sabtu (12/3). Namun, api kembali hidup dan membakar kebun sagu dan semak belukar yang ada di sana.
Sementara dari karhutla yang disaksikan di Desa Mekarsari Kecamatan Merbau, api hidup kembali dilokasi kebakaran lama. Padahal kebakaran di sana sempat padam dan tidak terbakar lagi.
“Angin yang bertiup kencang menjadi pemicu api hidup kembali. Sehingga api kembali membesar dan melahap hutan yang ada di sekitar kebakaran,” terangnya.
Dalam upaya pemadaman di Mekarsari, Tim Siaga Karhutla Kepulauan Meranti juga mendapatkan bantuan dari Tim Satgas Riau dengan pemadaman melalui water bombing menggunakan helikopter. Hal itu tentunya sangat diharapkan agar upaya pemadaman dapat lebih maksimal.
“Selain pemadaman dari darat, dilakukan juga upaya pemadaman lewat udara dengan heli. Mudah-mudahan saja api bisa padam secepatnya,” harapnya.
Kendala yang dihadapi di lapangan kata Edy Aprizal adalah keterbatasan peralatan. Selain itu angin kencang juga menghambat upaya pemadaman lebih baik. Karena api malah menjadi lebih besar.
“Sejauh ini sumber daya manusia (SDM) cukup. Peralatan yang masih kurang. Kita juga sudah dibantu pihak perusahaan,” terangnya.
Sementara itu karhutla di Desa Semukut, Kecamatan Pulau Merbau masih terjadi. Dalam upaya pemadaman dipimpin oleh Camat Pulau Merbau, H Edi M Nur. Dia mengakui kebakaran yang sudah terjadi seluas lebih kurang 60 hektare.
“Sudah lebih kurang 60 hektare. Padahal kemarin sudah mati. Tapi karena angin bertiup kencang, makanya api hidup kembali,” kata dia.
Camat Pulau Merbau itu menjelaskan yang terbakar adalah kebun sagu masyarakat dan juga semak belukar. Hingga kini belum bisa ditaksir kerugian akibat karhutla di wilayahnya.
“Memang kebun sagu yang terbakar. Tapi sebagiannya semak belukar,,” sebutnya.
Kebakaran di Pulau Merbau tersebut terjadi sejak Kamis (10/3) lalu.
Kondisi lahan gambut dan angin kencang menjadi penyebab utama kebakaran terus menerus kembali terjadi setelah api berhasil dipadamkan.
“Peralatan kita ada dari Damkar dan mesin bantuan tahun lalu. Luas kebakaran dan mesin tidak seimbang membuat kebakaran terus meluas,” terangnya.(mng)