Laporan M FATHRA NAZRUL ISLAM, Tembilahan m-fahtra@riaupos.co
KOTA Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir diselimuti kabut asap cukup tebal pada Senin (13/2). Badan Lingkungan Hidup (BLH) Inhil menduga kabut asap tersebut kiriman dari luar daerah seperti Jambi dan sejumlah kabupaten/kota di Riau.
Alasan BLH mengatakan bahwa kabut asap tersebut kiriman dari luar Inhil didasari sepanjang Februari 2012 di daerah itu hanya terpantau dua kali hotspot. Pertama, tanggal 1 Februari di Desa Harapan Jaya Kecamatan Kempas dan kedua, tanggal 5 Februari di Mandah.
Diakui Kepala BLH Inhil, H Tengku Edy Efrizal, melihat perbandingan data hotspot tahun 2011/2012 ada kebalikan di mana pada Januari 2011 di Inhil terpantau 2 titik hotspot sedangkan Januari 2012 terjadi peningkatan menjadi 63 titik. Sedangkan Februari 2011 tercatat 35 titik hotspot sementara Februari 2012 baru terpantau 2 titik hotspot.
‘’Kalau melihat kabut asap yang ada saat ini kita menduga kiriman dari luar daerah karena di beberapa kabupaten/kota di Riau terpantau hostpot cukup banyak seperti Pelalawan, Inhu, Rohil sampai Bengkalis,’’ ujar Kepala BLH melalui Kabid Pengendalian Kerusakan Lingkungan, Ardhi Yusuf, Senin (13/2).
Bermunculannya hotspot di berbagai wilayah di Riau terutama Inhil menurutnya disebabkan faktor cuaca ekstrim bahkan bulan Januari, Februari yang biasanya masih terjadi hujan namun kenyataannya cuaca tetap panas dan dapat disimpulkan adanya perubahan musim dikarenakan global warming.
‘’Cuaca ekstrim seperti panas ini bisa disebabkan penebangan pohon dan semacamnya,’’ tugas Ardhi Yusuf. Selain itu sebagian besar kebakaran lahan di daerah terjadi karena sengaja dibakar terutama oleh oknum masyarakat dalam membuka lahan perkebunan.
Disinggung soal kemungkinan keterlibatan perusahaan, pihaknya malah mengatakan kecil kemungkinan sebab di Inhil bisa dikatakan tidak ada lagi perusahaan yang baru membuka lahan dengan skala besar. Atas dasar ini juga BLH dengan menggandeng berbagai pihak terutama perusahaan terus memberdayakan dan memberikan pembinaan terhadap kelompok masyarakat peduli api (MPA).
‘’MPA inilah nantinya akan melakukan sosialisasi pada masyarakat di desanya. Hasilnya dilaporkan ke BLH Inhil. Setiap hari MPA juga melakukan ronda dengan jalur yang ditetapkan oleh BLH,’’ tambah Ardhi Yusuf, sembari mengatakan rencananya tahun ini ada 15 MPA yang akan dibentuk di daerah rawan Karhutla.(*1/hen)