Laporan Marrio kisaz, Pekanbaru
Seperti anak ayam kehilangan induk, mungkin kondisi itu yang saat ini mencerminkan kegalauan aparatur pemerintah di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau. Tanpa Sekretaris Daerah, aktivitas pemerintahan seakan mati suri.
Memasuki bulan kedua, kekosongan posisi Sekretaris Daerah Provinsi Riau masih belum terisi. Berbagai tahapan dari pengajuan hingga fit and propertest telah dilakukan, namun tanda tanya siapa yang melanjutkan estafet kepemimpinan dari Wan Syamsir Yus belum terjawab.
Sekilas tidak terlihat kepincangan aktivitas pemerintahan, sejumlah pegawai negeri sipil terlihat melakukan aktivitas dan tugas rutin seperti hari-hari sebelumnya. Namun, ada sesuatu yang berbeda.
Pegawai negeri sipil saat ini kerap mengeluh karena proses perputaran uang yang tidak lagi normal.
Kondisi itu dirasakan untuk beberapa rangkaian aktivitas dan kegiatan pemerintah. Seperti proses pencairan Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD) yang tak kunjung dicairkan karena ketiadaan posisi tertinggi untuk jabatan pegawai tersebut.
Awalnya, sejumlah pegawai terlihat mencoba memahami situasi yang terjadi. Lambat laun, ketidakpastian itu menyebabkan pegawai berpikir seribu kali ketika akan ditugaskan ke luar daerah.
Banyak yang menjadi pertimbangan, mulai dari pikiran hingga utang yang sudah menjadi ‘’teman akrab’’ aparatur pemerintah beberapa waktu belakangan ini. Tak ayal lagi, kantin dan kedai kopi menjadi pelarian membicarakan isu seputaran Sekdaprov Riau.
Seperti yang dirasakan salah seorang pegawai IJ (34). Menurutnya, ketidakpastian posisi Sekdaprov Riau sudah berimbas dengan semangat bahkan kondisi finansial pegawai.
‘’Ya kalau sekarang mikir-mikir dinas ke luar kota. Galau sekarang ne, Tak jelas sebelum ada Sekda. SPPD dari beberapa bulan yang lalu saja belum dicairkan,’’ keluh pria yang bekerja di salah satu Biro di sekretariat daerah Provinsi Riau itu.
Ia pun sempat mempertanyakan apa yang menyebabkan posisi yang begitu penting di pemerintahan itu kosong dalam waktu yang cukup lama. Dia berharap, kondisi itu tidak terus berlarut-larut.
‘’Untuk SPPD itu kan pakai uang pribadi dulu. Kalau sudah lama gini, pening juga jadinya. Jadi siapa Sekdaprov Riau? Kalian kan lebih tahu,’’ ujar pria yang terlihat ramah berbincang dengan Riau Pos.
Hal senada dirasakan pegawai lainnya, DR (33). Pegawai yang tinggal di jalan HR Soebrantas ini juga mengaku ‘’galau’’ dengan kondisi yang saat ini terjadi. Selain SPPD, beberapa kegiatan pencairan kegiatan yang memerlukan tanda tangan sekretaris daerah provinsi Riau juga harus tertunda.
‘’Ya pasti ada imbasnya. Bagaimanapun di sekretariat tentu berhubungan dengan Sekda. Kalau sudah seperti ini, ya kami bisa apa. Paling menunggu saja,’’ ulas wanita berjilbab itu.
Saat ditanyakan mengenai kurangnya aktivitas kerja, karena ketiadan Sekda, wanita berkulit putih itu mengaku secara tidak langsung kegiatan sedikit terganggu. Namun, untuk kegiatan-kegiatan rutin tetap dilaksanakan.
‘’Ya mudah-mudahan segera ada solusi. Apalagi kemarin sempat terkendala pembayaran tunjangan beban kerja karena ketiadaan Sekda. Kalau sudah begini, banyak pengaruhnya. Apalagi, bagi yang memiliki kredit dan pinjaman. Kan nggak lucu ditagih-tagih bank atau lainnya,’’ ungkap wanita berkacamata itu tersenyum.(bersambung)