SIAK (RP)- Peringatan haul ke-112 sekaligus peringatan Hari Pahlawan Nasional Sultan Syarif Kasim (SSK) II menjadi momentum mengingat jasa pahlawan yang telah membela bangsa.
Dinilai tidak cacat dalam perjuangannya, pada 6 November 1998 SSK II ditetapkan sebagai pahlawan Nasional.
Bupati Siak Drs Syamsuar MSi mengajak masyarakat mengisi kemerdekaan dengan berbagai pembangunan.
“Sultan Syarif Kasim II merupakan sultan terakhir Kesultanan Siak. Dia mengabdikan dirinya untuk daerah dan bangsa. Buktinya beliau menyatakan Kesultanan Siak bergabung dengan NKRI tahun 1945,” kata Syamsuar pada peringatan haul ke-112 Sultan sekaligus peringatan Hari Pahlawan Nasional Sultan Syarif Kasim II, Sabtu (10/11) di komplek Islamic Centre Sultan Syarif Hasyim Siak Sri Indrapura.
Turut hadir dalam kesempatan itu, mantan Menteri Agama RI Prof Dr Said Agil Al Munawar MA, Wagubri HR Mambang Mit, tokoh masyarak Siak Azali Johan SH, mantan Mendagri Letjen (purn) Syarwan Hamid, wakil bupati Drs H Alfedri MSi, Sekda Drs H Amzar, kerabat sultan dan unsur Muspida.
Bupati menyebutkan, Sultan telah menunjukkan kesetiannya kepada NKRI. Dia bertemu Soekarno untuk bergabung kepada NKRI bahkan menyerahkan bantuan berjuang di Aceh, bergabung dengan Rencong Aceh. Berjuang di sekitar Medan dan Aceh tahun 1915, lalu diangkat jadi Sultan Siak.
Siak menjadi ancaman pemerintah Belanda saat Sultan memimpin Siak. Sultan juga berjasa dalam pembukaan jalan Siak-Simalinyang, termasuk pembangunan Bandara Simpang 3 tahun 1943.
Pada tahun 1968, SSK II meninggal. Nilai kepahlawanannya akan menjadi spirit bagi semua komponen untuk membangun dan memajukan daerah Siak.
Sementara itu, Wagubri HR Mambang Mit menambahkan, kehidupan adalah satu proses yang sambung-menyambung. Yang sudah tiada dengan diperingati seperti yang telah dilakukan SSK. Apa yang sudah ditinggalkanya akan dapat diteruskan dan dikembangkan untuk Siak, Riau, bangsa dan negara.
“Hal pokok yang harus sama-sama kita ingat dan patut kita perjuangkan adalah berbuat dan berpikir dengan ikhlas,” ujar Mambang.
“Inilah yang harus kita tanamkan dalam jiwa raga kita semua. Kalau kita bekerja dengan jujur dan ikhlas, tentu akan diwujudkan,” tambah dia.
Tengku Muhtar Anom menambahkan, untuk mengenang jasa dan perjuangan SSK II, perlu ditiru semangat pengorbanannya. “Kita tanamkan kecintaan kepada tokoh dan pahlawan bukan untuk mengkultuskan pribadinya tapi perbuatannya,” kata Muktar.(aal)