Umat Islam Mulai Sadari Ketertinggalan

Riau | Kamis, 12 September 2013 - 10:45 WIB

PEKANBARU (RP) - Dunia Islam telah mengalami tiga kali globalisasi. Pada globalisasi ketiga di abad 18 hingga 20, umat Islam baru menyadari keterbelakangan dan ketertinggalan maupun keterpurukan dibandingan dunia Barat dan Eropa.

Hal itu dikatakan oleh Guru Besar Ilmu Pendidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan serta Dekan Fakultas Dirasat Islamiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Dr H Abuddin Nata MA di hadapan mahasiswa Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Riau (UIR) pada kuliah umum, Rabu (11/9) di Audotorium Fakultas Agama Islam (FAI) UIR.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Hadir Dekan FAI UIR Drs M Yusuf Ahmad MA. Bertindak sebagai moderator Syahrami Tambak MA.

‘’Saat itu, umat Islam hanya mementingkan ilmu agama dan tasawuf yang diwariskan ulama sebelmumnya. Sedangkan ilmu tentang rasional empiris dan eksprimen mereka tinggalkan. Akibatnya, mereka terbelakang ilmu sosial, ekonomi, politik, teknologi, kebudayaan dan peradaban,’’ ungkapnya.

Kemudian globalisasi ketiga ini umat Islam mulai mencari akar permasalahan. Penyebabnya adanya konflik, perpecahan, harta, tahta, wanita, kekuasaan dan hawa nafsu dikalangan umat Islam sendiri.

Sebagian berpendapat lain, umat Islam meninggalkan spirit sebagaimana yang tertuang dalam Alquran yakni semangat dan paham integrasi tentang ilmu agama (ayat Quraniyah), ilmu sosial (ayat insaniyah), sains (ayat alkauniyah).

Dikatakannya, pendidikan dunia Islam telah mengalami perjalanan panjang dan mampu menghadapi dunia globalisasi. Berhasil merubahnya menjadi peluang yang membawa berkah yang bukan hanya untuk umat Islam sendiri melainkan juga bagi masyarakat dunia umumnya.

‘’Di Indonesia sendiri, pendidikan Islam mampu beradaptasi dengan globalisasi. Terlihat dari modrenisasinya pesantren dan madrasah. Begitu juga pendidikan agama diperlukan dalam segala bidang, di antaranya untuk melahirkan toleransi, tolong menolong, kesederajatan, keadilan kemusyawarahan dan sebagainya,’’ ungkapnya.

Di sisi lain, kata Abuddin, harus ada peninjauan ulang terhadap komponen pendidikan, baik itu visi misi, kurikulum, guru, proses belajar mengajar, manajemen harus direformulasi sesuai tuntutan era globalisasi dengan berpegang teguh universalitas ajaran Islam.(nto)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook