Gempa, Pekerja di Surya Dumai Berhamburan

Riau | Kamis, 12 April 2012 - 09:27 WIB

Gempa, Pekerja di Surya Dumai Berhamburan
Sejumlah karyawan yang berkantor di Gedung Surya Dumai keluar setelah merasakan adanya gempa Rabu, 11 April 2012. (Foto: Didik/Riau Pos)

PEKANBARU (RP)- Gempa berkekuatan 8,5 skala richter (SR) yang terjadi di Aceh petang kemarin dirasakan hampir di seluruh wilayah di Provinsi Riau. Bahkan kepanikan sempat terjadi di gedung tinggi seperti Gedung Surya Dumai, RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.

Bahkan dari Kabupaten Pelalawan dilaporkan permukaan air Sungai Kampar sempat naik.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Pantauan Riau Pos kemarin, akibat getaran gempa yang terjadi, puluhan karyawan di gedung Perkantoran Surya Dumai, Jalan Sudirman dievakuasi, Rabu (11/4) petang sekitar pukul 15.57 WIB.

Penuturan Domi, salah satu karyawan yang ikut menyelamatkan diri, gempa terasa kuat mulai di lantai tujuh gedung itu. ‘’Pukul 15.57 WIB terasa besar. Hampir lima menit lamanya,’’ kata Domi.

Setelah merasakan gempa tersebut, para karyawan lalu berhamburan lari keluar menyelamatkan diri. ‘’Melalui tangga darurat keluarnya,’’ lanjutnya.

Sambil menyelamatkan diri, beberapa karyawan tampak berteriak histeris sambil berdoa. Pantauan Riau Pos di lokasi, sekitar pukul 16.20 WIB, pihak keamanan gedung mengumumkan bahwa gedung sudah aman dan boleh dimasuki lagi.

Namun beberapa karyawan masih tetap duduk di halaman karena masih khawatir. Banyak juga di antaranya yang akhirnya memilih pulang ke rumah karena saat gempa terjadi bertepatan dengan waktu pulang kantor.

Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) stasiun Pekanbaru, menyebutkan bahwa gempa yang terjadi di Nanggro Aceh Darussalam (NAD) kemarin tidak berpengaruh bagi Riau.

‘’Lokasinya jauh dari Riau, paling hanya terasa getarannya. Tidak ada pengaruh langsung,’’ begitu ujar kepala BMKG Pekanbaru, Philip Mustamu melalui pesan singkatnya via handphone kepada Riau Pos, Rabu (11/4).

Dijelaskan, kekuatan gempa yang terjadi mencapai 8,9 SR pada sekitar pukul 15.38.29 WIB dengan lokasi 2.31 LU, 92.67 BT di kedalaman 10 Km.

Setelah itu data terbaru yang dikirimkan lagi via SMS menurun menjadi 8,5 SR, dan pantauan terakhir sekitar pukul 15.38.33 WIB di lokasi 2.40LU, 92.99 BT kedalaman 10 Km.

Untuk diketahui, guncangan gempa terjadi sebanyak dua kali, setelah guncangan pertama, terjadi lagi goncangan pukul 17.43.06 WIB dengan kekuatan 8,8 SR lokasi 0.78LU, 92.15 BT kedalaman 10 Km. Terjadi lagi goncangan sekitar pukul 17.43.11 WIB dengan kekuatan 8,1 SR lokasi 0.82 LU, 92.42 BT kedalaman 24 Km.

‘’Peringatan dini tsunami yang disebabkan gempa dinyatakan berakhir di kekuatan 8,1 SR sekitar pukul 17.43.11 WIB. Gempa susulan biasanya semakin mengecil kekuatannya, bisa saja akibat gempa awal tadi mempengaruhi gempa baru, tetapi posisinya berubah dari semula. Seperti gempa pertama terjadi di pukul 15 -an dan yang kedua pukul 17 -an,’’ tuturnya.

Air Sungai Kampar Naik

Kepanikan juga dirasakan warga Pelalawan setelah mengetahui permukaan air di Sungai Kampar mengalami kenaikan. Saat bersamaan juga disusul munculnya gelombang dari arah hilir. Diduga pasang naik ada kaitannya dengan gempa yang terjadi sekitar setengah jam sebelumnya.

‘’Rupanya air sungai berangsur-angsur naik. Sekitar 20 menit kenaikannya lebih satu meter, pas mirip dengan waktu tsunami Aceh tahun 2004. Waktu itu ada pasang naik juga di Pelalawan,’’ ujar Ansol, salah seorang warga kepada Riau Pos.

Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi Kabupaten Pelalawan, HT Ridwan Mustafa mengaku tak merasakan goncangan gempa yang terjadi di Provinsi Aceh. ‘’Saya belum dapat laporan apakah ada wilayah kita yang merasakan getaran. Yang jelas saya berkoordinasi dulu dengan pihak kecamatan,’’ kata Ridwan.

Dari Bengkalis dilaporkan, sebagian warga ikut merasakan gempa. Tika warga Senggoro, merasakan badannya oyong (oleng). Semula ia tidak mengira itu dikarenakan gempa, namun ketika dia melihat lampu gantungan di rumah bergoyang-goyang dia baru menyadari ada gempa.

‘’Saya macam tak percaya ada gempa. Di televisi memang ada running text, ada gempa di Aceh, dan ketika melihat lampu hias di rumah bergoyang dan bunga gantungan juga bergoyang, baru saya menyadari, kalau goncangan gempa sampai ke Bengkalis,’’ ujar Tika.

Marni (38), warga Duri ikut merasakan getaran gempa petang kemaren.

‘’Tadi lagi duduk. Sekitar jam empat. Getaran pertama terasa sekali. Bumi serasa diayun, tapi tak terlalu lama. Kepala terasa pening dan perut agak mual. Setelah dua kali getaran dan susulannya tak begitu kuat lagi,’’ ujarnya.

Rupanya, tak semua warga Duri merasa getaran itu. Apalagi yang tengah beraktivitas atau naik kendaraan. ‘’Kebetulan tadi lagi di atas bus hendak pulang kerja. Jadi tak terasa kalau ada gempa,’’ kata Supriandi Al-Rasyid, warga Sebanga, Duri yang dikontak terpisah.

Di sejumlah kawasan di Kabupaten Rokan Hilir, warga juga merasakan getaran gempa, sekitar pukul 15.40 WIB. Gempa berlangsung beberapa kali. Kejadian tersebut sempat menimbulkan kepanikan, karena terasa agak kuat dan intensitasnya cukup lama.

Sejumlah karyawan RTv yang bekerja di gedung tiga tingkat di areal taman kota, Kota Bagansiapiapi harus keluar dari gedung saat gempat terjadi.

Wildani (27) menuturkan dirinya sempat khawatir gempa menimbulkan hal yang tak diinginkan. ‘’Apalagi ini cukup kuat, rasanya mau pusing saja,’’ kata Wildani.

Di Kota Dumai getaran gempa hanya terasa seperti mengayun saja, beberapa warga sebelum mengetahui gempa banyak yang bingung tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Warga nampak hanya keluar dari rumah dan tidak terjadi kepanikan, ayunan terasa terjadi beberapa kali, sebagian warga juga ada yang berteriak, ‘’Gempa...gempa...’’

Pantauan Riau Pos,  pengunjung di pusat keramaian seperti Ramayan Dumai juga nampak tidak begitu panik. Kebetulan saat itu pengunjung juga belum begitu ramai.

Store Manager, Ramayana Indra kepada Riau Pos mengatakan, gempa tidak terlalu kuat. ‘’Kebetulan pengujung belum banyak ya, saya tidak begitu merasakan, memang katanya ada gempa,’’ paparnya.

Warga Sumbar Panik

Gempa besar yang mengguncang Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) juga membuat panik warga di sejumlah kabupaten dan kota di Sumatera Barat, terutama yang tinggal di dalam radius hingga 2 kilometer dari pesisir pantai.

Ketika gempa berkekuatan 8,5 skala Richter (SR) mengguncang Aceh sekitar pukul 15.38 WIB, warga Kota Padang merasakan goyangan yang berlangsung sekitar 3 menit. Warga langsung berhamburan ke luar rumah, kantor, sekolah dan kampus. Selain itu, pasien di rumah sakit seperti RSUP M Djamil Padang langsung di evakuasi ke luar.

Saat sirine peringatan tsunami berbunyi dan informasi di televisi adanya potensi tsunami di Aceh, Sumbar dan Bengkulu menyebar, sebagian besar warga menjadi panik dan eksodus ke dataran yang lebih tinggi radius lebih dari 5 kilometer dari bibir pantai seperti kawasan bypass Aiapacah, kampus Unand dan Indarung. Jalanan menjadi macet total, karena banyak warga menyelamatkan dirinya menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat.

Kemacetan terjadi di kawasan Jalan Proklamasi, Kuranji, Pemuda, Bagindo Aziz Chan, Sawahan, Jati, Andalas, Tunggul Hitam, Air Tawar, dan di kawasan Lubuk Begalung dan Aiapacah. Bunyi sirine tsunami di Lapangan Imam Bonjol dan GOR H Agus Salim serta kawasan pesisir pantai, menambah panik warga Padang.

Sejumlah pasien yang berada di rumah sakit seperti Yos Sudarso, BMC, M Djamil, Aisiyah, tampak dievakuasi ke pelataran parkir dan ada sejumlah pasien ke luar meninggalkan rumah sakit menggunakan kendaraan pribadi. Selain itu pasien juga berlarian membawa infusnya untuk ke luar.

Sejumlah SPBU penuh kendaraan yang ingin mengisi BBM. Sejumlah kawasan di bibir pantai cukup sepi, seperti kawasan Purus, Taplau, Muaro Penjalinan, Bung Hatta, hingga Pasie Nan Tigo. Namun masih ada tampak warga yang menatap ke laut guna memastikan apakah air surut atau tidak, melihat pertanda tsunami. Selain itu, ada pula nelayan yang masih terlihat melaut, meski gempa susulan kembali mengguncang dan dirasakan warga di daratan.

Sementara itu di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Muaro Padang suasana aman terkendali, walaupun diinformasikan bakal ada tsunami. Warga tidak ke luar LP, meski posisi LP berada di tepi laut. Namun, petugas LP tampak tetap memantau kondisi air laut guna memastikan kemungkinan adanya tsunami, baru mengungsikan warga binaan.

Guru SD Kartika I-11 Padang Hesbi mengatakan, para guru dan murid terpaksa dipulangkan, karena murid banyak yang dijemput orang tuanya, khawatir terjadi tsunami. Informasi kami peroleh secara berantai,’’ kata Hesbi.

Guru Mengaji Masjid Muhammadiyah Babussalam Simpangharu Padang juga terpaksa memulangkan santrinya, karena dapat informasi dari tetangga akan terjadi tsunami di Padang, usai gempa besar mengguncang Aceh.

Kapolresta Padang Kombes Pol. Moch Seno Putro mengatakan, pasca gempa pihaknya langsung mengintruksikan seluruh personel untuk mengatur arus lalu lintas dan melakukan patroli ke setiap rumah yang ditinggalkan pemiliknya.

‘’Kita telah memerintahkan seluruh satuan sekaligus di Polsek-Polsek untuk mobile agar tidak terjadinya tindak kriminal serta mengatur arus lalu lintas yang penuh warga,’’ kata Seno.

Wakil Wali Kota Padang, Mahyeldi Ansharullah juga tampak memantau air laut sebagai tanda-tanda terjadi tsunami, dan menenangkan warga agar tidak panik serta tidak terpancing isu-isu yang menyesatkan. Hingga sore kemarin, belum ada kerusakan bangunan akibat gempa Aceh. Sekitar pukul 19.00 WIB warga yang eksodus berangsur pulang ke rumah masing-masing.

1 Tewas di Pariaman

Sementara itu di Kabupaten Padangpariaman, seorang warga yang panik dan ingin menyelamatkan diri usai gempa susulan 8,1 SR mengguncang meninggal dunia.

Korban bernama Kutar, 69, Sungai Sariak, Sungai Garian Malai Lima Suku, Kecamatan Batang Kasan tewas terjatuh saat menyelamatkan diri ke daerah aman, berjarak sekitar satu kilometer dari rumahnya.

Saat beristirahat, warga Kutar duduk di ujung sebuah jembatan. Nah, saat terjadi gempa susulan, korban terkejut lalu terjatuh masuk ke dalam sungai yang diperkirakan tingginya lima meter.

Bupati Padangpariaman Ali Mukhni yang dikonfirmasi soal itu, mengakui ada warganya yang meninggal ketika menyelamatkan diri ke daerah aman, usai gempa.  ‘’Meskipun masyarakat telah mencoba menyelamatkannya, tapi nyawa Kutar tetap tidak tertolong,’’ ujar ketika dihubungi, kemarin.

Ke depan, untuk mengurangi kepanikan warga, Pemkab Padangpariaman menyiapkan sejumlah pembangunan seperti shelter di Sungai Limau dan Ulakan. ‘’Dengan adanya shelter ini, bisa memberikan ketenangan bagi masyarakat terutama yang berada di pesisir pantai,’’ kata dia.(ali/dik/gus/evi/sda/bun/f/nzr/rpg/ila)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook