Laporan Marrio Kisaz dan Agustiar, Pekanbaru marriokisaz@riaupos.com
Dinas Perhubungan Provinsi Riau memastikan tidak ada ‘’permainan’’ dalam pengoperasionalan jembatan timbang.
Untuk itu, Dishub Riau siap dievaluasi sebagai wujud keseriusan dalam pengelolaan jembatan timbang.
Hal itu diungkapkan Kepala UPT Jembatan Timbang, Alexander kepada Riau Pos, Rabu (11/1). Menurutnya, sistem pengerjaan jembatan timbang menerapkan sistem IT, sehingga seluruh data dimiliki valid dan dapat dipertanggung jawabkan.
Hanya saja, dalam penertiban, Dishub tidak memiliki sarana dan prasarana yang memadai. Seperti, alat pemindahan dan penampungan komoditi yang melebihi tonase yang diberlakukan.
Padahal, menurutnya, lima jembatan timbang memberikan pelayanan untuk 2.000-an kendaraan setiap harinya. Secara detail dia menjelaskan, jembatan timbang di Terantang Mauka, Kabupaten Pelalawan melayani sampai 700-900 kendaraan. Jembatan timbang di Duri Kabupaten Bengkalis melayani 900-1.200 kendaraan barang yang bermuatan. Serta jembatan timbang di Rantau Berangin Kabupaten Kampar, di Logas Kabupaten Kuansing dan di Ujung Batu Rohul berkisar 250 kendaraan per harinya.
Saat ditanya mengenai kondisi lima jembatan timbang tersebut, dia mengatakan sarana yang ada dapat digunakan. Hanya saja, karena merupakan perangkat elektronik, sarana tersebut rentan rusak. ‘’Namanya juga peralatan IT, namun kita lakukan perawatan secara berkala,’’ tambahnya.
Lebihi Kapasitas Dipungut Uang
Operasional jembatan timbang di Duri masih berlanjut. Namun mobil bermuatan yang masuk dan melebihi muatan dari standar, petugas timbangan meminta sejumlah uang kepada supir dengan angka beragam. Mulai dari Rp50 ribu, Rp80 ribu hingga Rp150 ribu.
Hal ini berdasarkan pengakuan salah seorang supir, Yon warga Dumai. Dia menyebutkan jembatan timbang di Duri masih beroperasi dan meminta kepadanya uang. Untuk uang diminta itu tegantung barang yang dibawa, kebetulan mobil yang dikendarainya jenis fuso roda enam.
Kepada Riau Pos dia menceritakan, kejadiannya, Senin (9/1) sekitar pukul 23.30 WIB. Malam itu dirinya dari Dumai menuju Kandis dengan membawa semen berat lebih kurang 15 ton. Dia mengaku petugas, setelah menimbang minta uang Rp80 ribu karena muatannya berlebih dari standarisasinya 7,5 ton.
‘’Masih berjalan jembatan timbangnya, dan saya dimintai uang. Saat bawa semen dengan berat kira-kira 15 ton diminta Rp80 ribu, saat saya bawa beras dengan berat 18 ton diminta Rp100 ribu, namun kalau beras dari luar daerah seperti Jambi, Padang, dan Palembang diminta Rp150 ribu,’’ jelas Yon kepada Riau Pos, Rabu (11/1).
Dia juga mengaku sempat bilang sama petugas, bahwa dirinya adalah warga Dumai dan bukan pendatang.
‘’Dikasi pemotongan harga tapi hanya Rp20 ribu dari Rp100 ribu yang diminta,’’ ungkapnya. Padahal disebutkannya, berdasarkan berita di media bahwa mulai Januari sampai Juni jembatan timbang tidak beroperasi lagi dan hanya menggunakan portable.
Dijelaskan Kepala bidang Perhubungan Darat Dinas Perhubungan Riau, Indra Satria Lubis sebelumnya kepada Riau Pos, tidak menampik adanya pungli di jembatan timbang, namun dengan kejadian itu pihaknya bertekad akan menindaklajuti.
‘’Untuk pungli yang terjadi di jembatan timbang itu memang ada, dan kita sudah mengambil sikap untuk melakukan sanksi terhadap petugas yang melakukannya, semua perlu direformasi demi kemajuan kantor,’’ tegasnya Indra.
Untuk penghentian sementara operasional jembatan timbang itu, disebutkan berdasarkan hasil hearing dengan anggota DPRD Riau dari Komisi C, diminta untuk melakukan reformasi regulasi jembatan timbang, kemudian juga untuk mereformasi prilaku-prilaku oknum yang ada dijembatan timbang, yang saat ini menjadi gonjang ganjing.(rnl)