Laporan M Amin, Pangkalankuras dan Mario Kissaz, Pekanbaru redaksi@riaupos.co
Setelah pada awal 2013 lalu ditemukan tiga ekor gajah di Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) yang diduga mati akibat diracun ditemukan tanpa gading, kembali ditemukan seekor satwa mamalia raksasa itu ditemukan mati telah menjadi kerangka.
Satu ekor gajah dewasa yang mati diduga karena diracun itu, ditemukan diperbatasan konsesi PT RAPP sektor Baserah KM 89, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan. Namun masih di luar kawasan TNTN. Kematian gajah ini sebenarnya tidak terhitung lagi jumlahnya.
Karena kejadian kematian dialami kawanan gajah di Kabupaten Pelalawan baik di areal TNTN Kabupaten Pelalawan maupun luar TNTN sudah yang kesekian kalinya.
Humas WWF Riau Syamsidar dikonfirmasi, Selasa (10/9) membenarkan ditemukannya kerangka gajah yang telah mati tersebut,Ya, memang benar pada Senin (9/9) sore lalu, tim monitoring pemantau gajah telah menemukan satu ekor gajah dewasa yang ditemukan telah mati menjadi kerangka di perbatasan konsesi PT RAPP sektor Baserah KM 89, Kecamatan Pangkalan Kuras, Pelalawan. Dugaan sementara, kematian gajah yang diperkirakan telah mati sebulan lalu ini, akibat diracun, terangnya.
Syamsidar mengaku bahwa selama ini kematian gajah diakibatkan karena keracunan. Hal ini terjadi disebabkan ruang wilayah para gajah yang berada di TNTN sudah semakin sempit, sehingga menyebabkan para kawanan gajah liar mencari lahan lainnya.
Akibatnya konflik antar manusia dengan hewan besar yang dilindungi ini makin kerap terjadi. Selain itu, meningkatnya angka kematian gajah juga disebabkan pengembangan perkebunan pada jalur-jalur lintasan gajah yang memicu terjadinya konflik berkepanjangan antara manusia dan gajah.
Di satu pihak, manusia berusaha menjalankan kegiatan ekonominya dengan membuka perkebunan, namun di lain pihak gajah berusaha mempertahankan habitat mereka. Akibatnya, gajah marah ketika habitat mereka juga dijadikan lahan perkebunan. Serangan gajah ini yang juga membuat ada oknum berusaha membunuh dengan memberi racun, ungkapnya.
Dijelaskannya, bahwa pada 31 Mei lalu satu ekor gajah dewasa betina dan satu ekor anak gajah jantan ditemukan telah mati diperbatasan konsesi PT RAPP sektor Ukui. Kemudian pada 6 Mei lalu, pihaknya mendapat laporan dari masyarakat soal kematian anak gajah jantan yang terjadi di konsesi PT RAPP sektor Baserah KM 89 atau luar TNTN. Namun, saat itu, gajah tersebut telah mati tanpa ditemukan gadingnya.
Artinya, selain ruang habitat semakin sempit, gajah ini sengaja diracun oleh oknum untuk mengambil gadingnya, paparnya.
Syamsidar menyebutkan, persoalan kematian gajah selalu terjadi di Riau. Dari data WWF sendiri, sejak 2004 sudah ratusan gajah mati dan sepanjang 2012 lalu, populasi gajah telah ditemukan mati 17 ekor dari jenis jantan dan betina. Sedangkan hingga September 2013 ini, kembali gajah ini mati sebanyak 4 ekor.
Namun ironisnya kasus penegakan hukumnya sendiri terbilang minim sampai saat ini. Terlihat kerap terjadi penegakan hukum untuk kasus kematian gajah ini selalu menguap tanpa ada proses hukumnya.
Terkait temuan kerangka gajah yang mati di Pangkalan Kuras, Kepala Bidang Teknis Badan Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Riau, Ir Syahimin mengaku belum mendapatkan informasi pasti tentang matinya gajah di Pangkalan Kuras, Pelalawan. Kendati demikian, ia berkomitmen untuk memeriksa kebenaran informasi tersebut.(ade)