Setiap Tahun Potang Balimau di Rohul Makan Korban

Riau | Kamis, 11 Juli 2013 - 10:05 WIB

Setiap Tahun Potang Balimau di Rohul Makan Korban
Suasana potang bolimau di Jembatan Sungai Batang Lubuh Pasirpengaraian. Foto: Engky Prima Putra/Riau Pos

PASIRPENGARAIAN (RP) - Setiap tahun pelaksanaan tradisi adat potang bolimau dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan di Kabupaten Rokan Hulu selalu memakan korban nyawa manusia.

Kejadiannya kadang di Batang Lubuh Pasirpengaraian, kadang di Sungai Rokan di Ujung Batu.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Seperti pelaksanaan bolimau potang di Pasirpengaraian, dan bolimau cono, Selasa (9/7) petang, tiga warga hanyut dibawa arus sungai, sehingga saat ditemukan sudah tidak bernyawa lagi. Pada umumnya korban masih pelajar.

Informasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Rohul, dua warga yang hanyut tenggelam di Sungai Rokan saat mengikuti bolimau cono di Ujung Batu bernama Lusi Setia Dewi (10) siswa Kelas IV SD dan Iis Ariska (17) salah seorang siswi Kelas II SMK Pemdes Ujung Batu.

Kedua pelajar ini, dikabarkan kakak-beradik, yang merupakan warga Tapun Jaya Kecamatan Tandun. Jasad korban ditemukan oleh warga dan relawan BPBD Ujung Batu yang telah memiliki perlengkapan perahu.

Kepala BPBD Rohul Aceng Herdiana ST MM menyebutkan, dua warga Tapung Jaya tenggelam di Sungai Rokan, saat mengikuti acara bolimau cano. Mulanya Tim BPBD dan masyarakat sempat kesulitan melakukan pencarian.

Jasad pertama kali ditemukan masyarakat adalah Iis Ariska. Sedangkan adiknya Lusi ditemukan relawan BPBD Ujung Batu karena memiliki alat menyelam lengkap. Keduanya ditemukan setengah jam kemudian sekitar 10 hingga 20 meter dari lokasi.

Pasca dievakuasi tim BPBD dibantu masyarakat, kedua korban kakak-beradik ini dibawa ke RS Awal Bros Ujung Batu untuk menjalani visum. Tak lama berselang, keduanya dijemput pihak keluarganya ke kampungnya di Desa Tapung Jaya, Tandun.

Sementara pelaksanaan acara tradisi adat potang bolimau di Batang Lubuh Pasirpengaraian juga menelan korban seorang anak Kelas V SDN 002 Rambah bernama Syaida (11), warga Kelurahan Pasirpengaraian.

Saat mandi di Batang Lubuh Pasirpengaraian, sekitar pukul 16.30 WIB, dari tepi sungai Syaida melompat, sehingga kakinya terbenam ke lumpur. Korban kemudian tewas. Jasad korban ditemukan oleh warga petang itu juga, di tempat korban melompat yang kakinya terbenam lumpur.

Salah seorang keluarga korban Andre kepada Riau Pos, Rabu (10/7) menyebutkan, setiap tahun pelaksanaan tradisi adat potang bolimau di Rokan Hulu menelan korban nyawa manusia. Tahun sebelumnya ada seorang warga yang hanyut dan meninggal.

Menurutnya, Syaida (11) yang tahun ini naik kelas V SDN 002 Rambah, merupakan anak sulung dari M Rafi yang berprofesi sebagai tukang jahit di Pasirpengaraian. Ia tenggelam saat mandi bersama ibunya.

Syaida melompat ke dasar sungai yang terlihat dangkal. Saat itu, Syaida kakinya terbenam di lumpur dan tidak muncul ke permukaan sungai.

Saat mandi, ibu korban bingung dan tidak mengetahui kalau anaknya melompat ke tepi Batang Lubuh, karena ramainya masyarakat yang mandi di sungai tersebut.

Syaida anak pertama dari tiga bersaudara itu ditemukan setengah jam setelah korban tenggelam.

Andre menyebutkan, M Rafi sebelumnya, telah mempunyai firasat dengan berpesan kepada istrinya, untuk tidak membawa anak-anak mandi potang bolimau, sebelum suaminya pulang ke rumah. Kebetulan siang itu, M Rafi sedang mengantar orang tuanya ke Ujung Batu.

Namun sebelum ayah korban sampai ke rumahnya di Jalan Riau Pasirpengaraian, anaknya menangis dan memaksa ibunya untuk pergi mandi ke sungai dalam acara potang bolimau.

‘’Ternyata sudah ada firasat dari ayahnya. Syaida ditemukan sudah tidak bernyawa saat berada di RSUD Pasirpengaraian. Korban ditemukan warga di tempat ia melompat dengan kondisi kakinya terbenam di dasar sungai yang dangkal,’’ ujarnya.

Andre mengatakan, jasad korban Syaida, Rabu (10/7) telah dikuburkan oleh masyarakat dan keluarga korban, menjelang masuknya salat Zuhur. Kedua orang tua korban terlihat masih berduka.

Di tempat terpisah, Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Rohul Drs H Ahmad Supardi Hasibuan MA, kepada wartawan, Rabu (10/7) menyebutkan, ia sebenarnya menyambut baik digelarnya tradisi adat potang bolimau ini. Sebab ini warisan nenek moyang atau leluhur masyarakat Rohul.

Menurutnya, seharusnya warga yang mandi ke sungai hanya sekadar saja, jangan bercampur baur antar laki-laki dan perempuan.

Sebab Rokan Hulu ini dijuluki Negeri Seribu Suluk. Kalau membawa mudarat tentu sangat dilarang. Sebab potang bolimau ini, ibaratnya mandi dengan air limau atau mandi taubat dalam membersihkan diri. Disarankannya, ke depan kegiatan potang balimau, masyarakat tidak mandi di tepi sungai agar tidak menimbulkan korban jiwa lagi. (egp)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook