Latih Guru untuk Pendidikan dengan Pendekatan HOTS

Riau | Jumat, 11 Mei 2018 - 11:39 WIB

Latih Guru untuk Pendidikan dengan Pendekatan HOTS
Hamid Muhammad

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menggelar pelatihan untuk guru agar mengajar dengan pendekatan penalaran. Pendekatan tersebut sesuai dengan konsep higher order thinking skills (HOTS) yang diterapkan pemerintah dalam ujian nasional (UN).

”Pelatihan dilakukan oleh pusat,” kata Plt Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Hamid Muhammad, Kamis (10/5).

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Direktur Pembinaan SMA merupakan penyelenggara acara tersebut dalam dua tahun terakhir. Menurut Hamid, direktur pembinaan SMA melatih guru untuk menulis soal yang menerapkan aplikasi dan penalaran. Melihat sikap kritis siswa dalam menilai soal yang diujikan menurut Hamid merupakan hal yang bagus.

Pria yang juga menjabat sebagai Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah menjelaskan, sikap kritis siswa dalam menilai soal-soal yang diujikan merupakan sinyal untuk memfasilitasi dan mengarahkan sikap kritis tersebut menjadi kompetensi yang andal.  Sehingga siswa Indonesia menjadi siswa yang mampu berpikir secara kritis, kreatif untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Untuk dapat menyelesaikan soal penalaran siswa tidak hanya perlu menguasai konsep, tapi juga perlu mengolah informasi yang disajikan untuk menemukan penyelesaian yang sesuai.

Sementara itu Kemendikbud sedang memetakan kekurangan masing-masing sekolah. Hamid mengatakan jika hasil UN tiap tahun akan dianalisis untuk mendiagnosa topik-topik yang harus diperbaiki di setiap sekolah untuk setiap mata pelajaran. Hasil analisis tersebut akan didistribusikan ke semua dinas pendidikan untuk ditindaklanjuti dengan program-program peningkatan mutu pembelajaran. Hamid menekankan bahwa hal terpenting yang perlu dilakukan dalam proses assesment adalah menindaklanjuti hasil diagnosisnya.

”Sekolah dengan hasil yang rendah biasanya setelah dipetakkan permasalahan ada di guru dan sarana prasarana,” ucapnya.

Dia berjanji akan tetap menjadikan hasil diagnosis ini sebagai salah satu acuan dalam pembuatan kebijakan peningkatan proses pembelajaran. Satu hal positif yang perlu dicatat adalah hasil UN tahun ini memberikan gambaran apa adanya tentang salah satu hasil belajar para siswa.

”Distorsi-distorsi pengukuran akan capaian siswa makin dapat dikurangi. Sehingga hasil UN tersebut bisa dijadikan pijakan yang lebih meyakinkan untuk perbaikan kualitas pendidikan ke depan,” tambah Hamid.(lyn/jpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook