Laporan AHMAD YULIAR, Merbau ahmad-yuliar@riaupos.com
Bagi Nuradila, dapat bersekolah merupakan suatu anugerah tak terhingga. Karena usahanya untuk dapat melanjutkan pendidikan hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) tidaklah mudah.
Jerih payah dan pengorbanan panjang pun harus ia lalui dengan tegar bersama kedua orangtua dan saudara-saudaranya yang lain.
Dia pun bertekad untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan Sang Pencipta. Tekadnya, akan tetap bersekolah paling tidak hingga tamat SMA.
Maklum saja, meski dia anak ke-6 dari delapan bersaudara, dia merupakan anak pertama yang mengenyam pendidikan hingga duduk di bangku SMA.
Nuradila, seorang remaja yang sedang menyandang status pelajar di SMAN 2 Merbau, Kecamatan Merbau, Kabupaten Kepulauan Meranti.
Dila, begitu dia akrab disapa. Memiliki perawakan tinggi dan kurus. Dia dikenal ramah dan ceria. Kulitnya tidak termasuk cerah karena sehari-hari harus bergumul dengan panasnya mentari.
Pagi itu, Senin (9/9) seperti biasanya, Nuradila mengayuh sepeda hingga ke halaman sekolah. Sepeda pemberian orangtuanya diperoleh dengan susah payah.
Kemudian dia memarkirkan sepeda tersebut dengan hati-hati.
Mungkin tak ingin tergores, maklum saja sepeda bagi Dila dan keluarga merupakan barang mahal yang tidak mudah didapatkan. Sepeda itu pula menjadi saksi bisu perjuangan panjangnya demi mengenyam pendidikan.
Untuk dapat bersekolah, Dila harus mengayuh sepedanya hingga 5 kilometer. Barangkali bagi sebagian besar masyarakat akan letih jika harus mengayuh sepanjang itu, tapi tidak bagi Dila. Dia terus bersemangat setiap paginya untuk bersekolah.
Keluarganya merupakan salah satu keluarga nelayan di kampungnya, Sungai Hiu, Desa Tanjung Padang, Kecamatan Tasik Putri Puyu, Kabupaten Kepulauan Meranti.
Penghasilan yang diperoleh ayahnya tidak menentu. Namun jika dirata-ratakan, penghasilan yang didapatkan oleh keluarganya itu berkisar Rp1,5 juta sebulan.
Tentu saja uang segitu tidak dapat memberikan hak-hak yang cukup bagi anak dan istrinya. Itulah sebabnya mengapa hanya Dila yang sekolah hingga SMA.
‘’Hidup kami sejak dulu ya seperti ini (susah). Jangankan untuk sekolah, makan saja terkadang sulit. Tapi belakangan ini kami baru menyadari bahwa pentingnya pendidikan bagi anak-anak kami untuk dapat meningkatkan hidup anak-anak nanti,’’ ujar Marawi, ayah Dila beberapa waktu lalu.
Di tengah kerasnya kehidupan yang ‘’mencekik’’, Marawi sempat khawatir, jikalau anaknya Dila harus berhenti bersekolah di tengah jalan.
Namun, Tuhan berkehendak lain, lewat bantuan guru-guru di sekolahnya, iapun diajukan menjadi salah satu siswa penerima beasiswa.
‘’Kami kaget menerima bantuan sebanyak itu,’’ tutur ibu Dila, Aniah. Dengan segala keterbatasan, Aniah pun berharap agar anaknya dapat terus melanjutkan pendidikannya. Aniah menuturkan, baginya dan keluarga, beasiswa yang didapatkan Dila adalah sebuah lentera untuk menerangi jalan Dila mencapai cita-citanya. Begitupun pada keluarganya.
Dila menjelaskan bahwa beasiswa yang diterimanya itu akan digunakan sebaik-baiknya untuk keperluan biaya sekolahnya. ‘’Beasiswa ini akan saya gunakan untuk biaya pendidikan dan tabungan pendidikan saya,’’ ujar Dila.***