(RIAUPOS.CO) -- Meski telah berlangsung belasan tahun, namun suasana Idulfitri 1440 H di RW 02 Kelurahan Tangkerang Labuai selalu ada yang baru. Kali ini warga menyediakan area foto (photo booth) di rumah mereka. Sehingga momen ini diabadikan sebagai kenangan Idulfitri.
Tradisi Idulfitri keliling kampung ini digelar pada hari raya kedua. Momen ini selalu ditunggu warga. Mereka rela menunda ke luar kota agar bisa bersilaturahim dengan para tetangga.
Bagi yang pulang kampung, memilih kembali ke rumah pada hari raya pertama meskipun tiba larut malam atau dini hari. “Malam tadi (Rabu dinihari, red) kami sampai di rumah pukul 12 malam, hujan lebat. Memang banyak keluarga yang Memang banyak keluarga yang dikunjungi di Kampar, tapi tengah malam kami langsung balek ke Pekan,” kata H Darmis Idris yang berasal dari Kabupaten Kampar.
Rombongan warga Idulfitri keliling kampung ini berasal dari jamaah Masjid Masyithah Jalan Harapan Baru dan jamaah Masjid Firdaus yang terletak di Jalan Firdaus Kecamatan Bukit Raya, Pekanbaru.
Warga mulai berkumpul pukul 07.30 WIB di rumah Ketua RW H Zulkifli Nasution. Berbagai menu makanan dan kue Idulfitri telah tersaji. Ada juga yang langsung ke dapur menyantap sarapan. Tak ada jarak seperti layaknya sebuah keluarga besar. Di sinilah silaturrahim saling bermaaf-maafan digelar sambil menunggu rombongan warga lainnya.
Warga tak memilih-milih rumah yang harus dikunjungi. Semua diperlakukan sama. Masing-masing rumah selalu ada kenangan dan bahan cerita yang mengundang tawa. Kadang saat baru mulai mencicipi makanan, ada saja yang mengucapkan, “Assalamualaikum.” Itu pertanda kunjungan berakhir dan perjalanan segera dilanjutkan.
Tapi tak berlaku di rumah Pak Sabri Mukhtar (80). Tak ada yang berani karena paling senior takut kualat. Mamak --biasa dipanggil adalah termasuk orang yang paling tua di sini. Kondisi badannya masih segar bugar. “Masuk 8 baru,” katanya berkelakar. Ditanya rahasia, Mamak menjawab, “Yang penting tak memilih-milih kerja. Mengecat bisa, memasak mau,” ungkapnya.
H Helmi Burman, Ketua Pengurus Masjid Masyithah yang ikut rombongan menimpali, “Kalau mau umur panjang seperti Mamak, belajar jadi tukang mandikan mayat.” Mamak selain dikenal aktif memandikan jenazah juga masih kuat memotong hewan kurban saat Hari Raya Idul Adha.
Meski telah berusia 80 tahun, Pak Sabri Mukhtar tiap tahun menyajikan es krim buatannya sendiri. Warga selalu berebut. Bukan anak-anak, tapi para orangtua.
Lain lagi pemandangan di rumah Cahyono. Usai berfoto di area photo booth, warga pun antre menerima THR dari istrinya. THR ini memang ditujukan untuk anak-anak dan bujangan, namun karena saat itu rombongan mengaku bujangan maka ikut menerima THR. “Saat ini bujangan karena kita pergi ga bawa istri,” kata Cahyono yang disambut tawa warga.
Selain rumah Cahyono, juga ada warga lain yang menyediakan lokasi foto di rumahnya. Rata-rata rumah anak muda atau baru berkeluarga. Hebatnya lagi dilengkapi dengan alat musik gitar dan piano. Warga pun bergantian mengabadikan foto. Tuan rumah pun tampak gembira dan tertawa melihat aksi para orang tua yang pura-pura mabuk tapi minum teh.
Aksi lebaran keliling kampung ini menyusuri semua jalan dan gang-gang rumah warga. Biasanya warga menyesuaikan, bila rumah tak bisa langsung menampung dalam jumlah besar, maka warga pun bergantian masuk untuk salaman sehingga terasa kebersamaan.
Tuan rumah juga berlomba-lomba menyenangkan hati tamunya. Berbagai macam makanan pun disajikan, mulai dari ketupat lebaran, soto, bakso, makanan khas daerah hingga durian dan buah-buahan lainnya.
Tak hanya itu, lebaran keliling kampung juga diisi dengan doa bersama.(aka/rpg)
Laporan RPG, Bukit Raya