EKONOMIKA

Di Balik Petuah Tuntutlah Ilmu sampai ke Negeri Cina

Riau | Kamis, 10 Mei 2018 - 12:19 WIB

Di Balik Petuah Tuntutlah Ilmu sampai ke Negeri Cina

Oleh: Dr H Irvandi Gustari, Dirut Bank Riau Kepri

MENGAPA harus belajar ke negeri Cina? Siapa yang pertama kali menyampaikan pepatah tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina? Memang tidak ada yang tahu sampai saat ini, dan tetap masih menjadi misteri.

Baca Juga :RUPSLB BRK Syariah Tingkatkan PAD

Tentunya kita tidak perlu larut dengan polemik yang tidak perlu itu. Pepatah itu memang sudah ada sejak zaman nenek moyang kita. Makna di balik pepatah itu sesungguhnya juga tidak ada yang tahu, dan seolah-olah malah terkesan China memang sudah jauh lebih maju sejak dulu.

Sehingga kita memang harus belajar dari Cina. Tapi pendapat itu juga masih diperdebatkan, di mana dari Timur Tengah dan Eropa maupun Amerika memiliki pandangan lain dengan dukungan data-data yang tak kalah akuratnya.

Ya, memang kita harus membahas hal ini tidak perlu terlalu merumitkan diri. Sebab apalah arti dari sebuah pepatah yang tak lebih sebenarnya untuk memotivasi diri ke arah yang lebih baik dalam proses kehidupan ini. Namun secara data dan fakta pada zaman now ini, kita memang dikejutkan oleh berbagai macam kemajuan di Cina. Dari segi perekonomian yang menjadikan negara-negara lain harus angkat topi pada Cina. Apakah ke semuanya itu bukti dari pepatah itukah? Sehingga muncul pepatah bahwa kita harus kejar ilmu sampai ke negeri Cina? Ya, memang tidak ada tahu pasti atau adanya kesatuan pandangan dan pendapat sampai saat ini.

Dari berbagai literatur disebutkan Cina memang sudah terlihat lebih maju peradabannya sejak dahulu kala. Ketika petualangannya sampai di Cina, Marco Polo (1254-1324 M) terkagum-kagum dan juga penasaran melihat kemajuan Cina. Marco Polo menyebutkan dalam berbagai buku, dalam sejumlah lawatannya ke berbagai negara, saat ini masih menggunakan uang emas dan perak sebagai alat pembayaran dan pertukaran barang, bukan kertas.

Lompatan besar dari segi perekonomian, adalah pada saat ketika Mao Zedong wafat kemudian digantikan Deng Xiaoping. Cina menjadi lebih terbuka terhadap dunia barat. Sejak tahun 1978 Cina bahkan menjadi sebuah negara dengan dua sistem; secara politik tetap menggunakan sistem komunis,  namun secara ekonomi telah berubah menjadi negara yang kapitalis.

Atau sering dikenal sebagai sistem ekonomi liberalis. Sejak itulah Cina melejit menjadi negara  dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia selama berpuluh tahun di atas 10 persen. Dan  memang kena krisis global pada tahun 2015, itu pun pertumbuhan ekonominya masih di atas 6 persen dan sekarang sudah kembali menuju kepulihan. Itulah hebatnya Cina, cepat sekali melakukan perubahan tanpa harus malu dan tanpa harus mempertentangkan dengan sistem pemerintahannnya yang menganut komunisme.

Dari sejumlah bukti data bahwa Cina memang maju pesat, kita paparkan saja dua contoh lagi. Bicara tentang Fintech (financial technology) ternyata Cina juga yang terdepan saat ini.

Buktinya,  pertama, Ant Financial adalah perusahaan yang masih bernaung dalam raksasa e-commerce Cina Alibaba. Ant Financial dikenal sebagai perusahaan dengan platform pembayaran digital Alipay. perusahaan dengan kapitalisasi pasar minimal 60 miliar dolar AS, merupakan fintech paling maju di dunia. Kedua, perusahaan fintech yang terbesar di dunia adalah ZhongAn. Perusahaan ini bernilai lebih dari 110 miliar dolar Hongkong atau (14 miliar Dolar AS) sekarang. Platform online Cina pertama satu-satunya yang berfokus kepada perusahaan asuransi.

Contoh terakhir adalah Jack Ma dengan Alibaba-nya. Sejak Agustus 2014 menjadi miliarder nomor satu di Cina. Hasil IPO di New York menjadikan nilai saham yang melonjak hingga 38 persen, harta kekayaan Jack Ma kini bertambah hingga menjadi 26,5 miliar Dolar AS. Jack Ma menjadi orang terkaya di Cina dan menempati posisi ke-23 di jajaran miliarder dunia.

Jadi kita memang tidak perlu terbelit dengan polemik mengapa harus belajar ke negeri Cina, namun yang paling penting adalah kita memang setiap saat harus siap dengan perubahan. Jangan terus hanya jadi follower terus, namun harus berubah menjadi lokomotif inovatornya.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook