BENGKALIS (RIAUPOS.CO) — Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Pemadam Kebakaran (BPBD-Damkar) Kabupaten Bengkalis memastikan penyebab terjadinya Kebakaran Lahan dan Hutan (Karlahut) di Kabupaten Bengkalis dikarenakan adanya warga yang membakar sampah di areal kebun, sehingga memunculkan hotspot atau titik panas melalui deteksi satelit.
Hal itu disampaikan Kepala BPBD-Damkar Kabupaten Bengkalis Moh. Jalal, Kamis (10/3/2016) kemarin usai mengikuti Rapat Koordinasi (Rakor) Pencegahan dan Penanggulangan Karlahut di kantor Bupati.
Menurut Moh. Jalal, memasuki siaga darurat dari tanggal 1 Maret sampai 28 April 2016, seluruh Tim Damkar dibantu personil TNI dan Polri melakukan upaya pencegahan karlahut. Terdapat lebih kurang 128,5 hektar lahan yang diperoleh dari sejumlah kecamatan terus dilakukan upaya pemadaman oleh petugas di lapangan.
Sementara pada bulan Februari 2016 lalu, itu sudah mencapai 136, 3 hektar dari lima kecamatan dengan jumlah hotspot yang terpantau satelit berjumlah 37 titik. Namun sejak siaga darurat, mengalami penurunan drastis setelah dilakukan upaya pemadaman.
“Kalau ditotal dari sebelum siaga darurat itu mencapai sekitar 300 hektar. Namun kondisi terakhir sejak siaga darurat dari tanggal 1 Maret lalu, itu sekitar 128,5 hektar lahan yang terbakar, dan malah saat ini sudah berkurang dan hanya sekitar 3 hotspot saja yang masih sedang dievakuasi oleh tim,” kata Moh. Jalal.
Tiga hotspot tersebut sambung Moh. Jalal, terjadi di Kecamatan Bukitbatu 2 titik, dan 1 titik di Rupat, sedangkan di Kecamatan Mandau hari ini baru terpantau sebanyak 1 titik lagi, dengan luas areal lahan yang terbakar mencapai 15 hektar. Peristiwa itu terjadi di Batin Betuah.
“Insya Allah, kondisi terakhir dari pemaparan Camat tadi, di Batin Betuah sedang dalam proses pemadaman sisa-sisa lahan terbakar, karena di sana air sulit didapati dan saat ini tim Damkar juga sudah bekerja secara ekstra dibantu dengan TNI dan Polri,” kata Moh. Jalal.
Menurut Jalal, grafik karlahut sudah mulai sedikit menurun, dari 37 titik panas, setelah berhasil dikendalikan menjadi 12 titik panas, dan baru-baru ini turun lagi menjadi 3 titik panas atau hotspot.
“Pangdam kemarin sempat menghubungi saya, bahwa Kabupaten Bengkalis sudah dua kali juara titik panas. Pertama, Pangdam mengabarkan 37 titik. Kemudian turun 12 titik panas, dan saat ini turun lagi 3 titik panas, dan beliau mengintruksikan agar tuntaskan semuanya. Alhamdulillah, seperti di Sri Tanjung dengan areal luas terbakar mencapai 15 hektar, terakhir bisa dikendilkan, tinggal sisanya yang saat ini minta bantuan kepada perusahaan-perusahaan agar turut membantu selama pemadaman,” terangnya.
Ia pun mengutarakan, hampir seluruh lahan yang terbakar dengan rata-rata per 2 hektar lahan milik masyarakat terbakar dengan sengaja dibakar. Warga ada yang merun (membakar) sampah atau ranting-ranting, sehingga api menyala dan merembet ke lahan-lahan sepadan.
“Membakar sampah di lahan dan merun (membakar) inilah yang menjadi pemicu terjadinya lahan terbakar. Saya berharap, masyarakat tidak gegabah melakukan pembersihan lahannya dengan menggunakan api, karena saat ini musimnya cukup ekstrem, dan jika ditemukan, tak segan-segan akan kita tindaklanjuti langsung ke ranah hukum, yakni ke kepolisian,” tegasnya.(MXH)