Masyarakat Nelayan Selat Akar Resah

Riau | Rabu, 09 Oktober 2013 - 10:03 WIB

Laporan AHMAD YULIAR, Selatpanjang ahmad-yuliar@riaupos.com

Masyarakat nelayan Desa Selat Akar mulai resah akibat dari masih beroperasinya nelayan jaring batu di sana.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Bahkan masyarakat sudah mulai tak tahan akibat banyaknya jaring gumbang (alat tangkap ikan) milik masyarakat rusak dan menurunkan pendapatan hasil tangkap masyarakat.

Bon, Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) Desa Selat Akar mengungkapkan, saat ini pihaknya sudah tak tahan menghadapi keluhan seluruh nelayan jaring di Desa Selat Akar.

Pasalnya banyak gumbang masyarakat yang rusak akibat keberadaan jaring batu itu. Sehingga hasil tangkapan ikan masyarakat turun drastis.

‘’Kita sudah menyurati pihak Dinas Kelautan dan Perikanan sebanyak dua kali agar dapat membantu kita memberitahukan kepada nelayan jaring batu itu agar tidak menangkap ikan di wilayah perairan Selat Akar. Namun hingga kini aktivitas jaring batu itu masih saja terus berlangsung,’’ ucapnya, Senin (7/10) malam.

Ditanya nelayan dari mana, Bon mengindikasikan jaring batu itu dilakukan oleh nelayan Tanjung Balai Karimun. Hal itu dikatakannya setelah melihat kapal jaring batu tersebut.

Lebih jauh upaya yang sudah dilakukannya untuk mengusir nelayan jaring batu itu, Bon mengakui pihaknya pernah mengambil jaring batu yang hanyut karena pasang surut air laut. Namun bukan permintaan maaf yang didapatkannya, malah ancaman.

‘’Kita masih bersabar. Namun kesabaran kita ada batasnya. Kita tidak ingin terjadi lagi pertumpahan darah akibat jaring batu ini seperti yang terjadi beberapa tahun lalu. Mereka telah beraktivitas bukan sehari dua hari ini saja, tapi sejak tahun 2005 lalu,’’ katanya.

Dia menuturkan jaring batu itu dijatuhkan di tempat yang salah. Karena banyak gumbang milik masyarakat nelayan Selat Akar.

‘’Padahal kita membayar pajak atas pompong dan operasional penangkapan ikan di wilayah desa kita kepada pemerintah. Makanya kami minta agar persoalan ini dapat diselesaikan,’’ katanya.

Camat Tasik Putri Puyu, Fakhrurrozi SSos dikonfirmasi, Selasa (8/10) membenarkan hal itu. Dia menegaskan kondisi tersebut harus diselesaikan segera sebab akan berdampak lebih besar nantinya.

Menindaklanjuti keresahan masyarakat Desa Selat Akar pihaknya sudah melakukan koordinasi kepada Dinas Kelautan dan Perikanan.

‘’Kita mengharapkan solusi terbaik. Hal ini tidak bisa ditunda-tunda lagi. Sebab nantinya bisa berdampak kepada kejadian yang bisa merenggut korban jiwa seperti yang pernah terjadi beberapa tahun lalu. Makanya kita berusaha berkoordinasi langsung bersama Dislutkan agar segera turun membantu menyelesaikan persoalan ini,’’ tuturnya.

Sekretaris Dinas Kelautan dan Perikanan, Eldy Saputra saat dikontak, Selasa (8/10) mengakui bahwa sudah terima laporan atas kejadian di Selat Akar. Bahkan Dislutkan juga melakukan rapat internal dalam mengatasi persoalan itu.

Ditegaskan Eldy dalam waktu yang tidak lama pihaknya segera melakukan langkah-langkah penanganan segera. Termasuk nantinya menggandeng instansi vertikal seperti kepolisian, TNI dan lainnya.

‘’Kita akan respon segera dan mencoba menggandeng instansi vertikal seperti Pol Airut, Angkatan Laut. Makanya kita juga akan minta surat dari camat sebagai dasar. Kita memang ada kapal pengawasan namun SDM kita seperti penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) tidak punya,’’ akunya.(hen)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook